Pagi ini Renjun masih berada di bawah selimutnya, mengingat ini adalah hari Minggu. Jadi, dia mau bermalas-malasan. Tapi sepertinya acara malas-malasannya harus terganggu karena ada suara yang memanggilnya dari luar rumah. Ia tau kalau itu suara Caramel. Tapi untuk apa gadis itu datang ke rumahnya sepagi ini? Bahkan ini masih jam enam pagi. Renjun tidak habis pikir dengan Caramel. Dengan malas, Renjun keluar dari kamarnya dan turun ke bawah untuk menemui Caramel. Renjun melihat Caramel sedang mengobrol dengan Bundanya.
“Renjun, sana kamu siap-siap,” titah Bunda.
Renjun mengernyitkan keningnya, “ngapain? Emang mau kemana?” tanyanya.
“Car free day!” jawab Caramel dengan antusias.
Renjun membulatkan matanya, “ngapain ngajak gue? Udah tau ini waktunya males-malesan, malah di ajak car free day.”
Caramel cemberut, “biar sehat! Lo kan harus olahraga biar punya roti sobek. Katanya mau punya? Kok ga mau di ajak car free day?”
Renjun mendengus, “ya udah, tunggu bentar. Gue mau ganti baju.”
Mau tak mau Renjun kembali ke kamarnya untuk berganti baju. Dia memakai celana training, kaos, dan topinya. Oh, sebelum itu Renjun sudah cuci muka dan gosok gigi. Setelah siap, dia kembali turun ke bawah. Tak lupa membawa dompet dan ponselnya.
“Nah, itu Renjunnya udah siap, Bun. Kita pergi dulu, ya!” Caramel tersenyum pada Bunda dan mengecup punggung tangannya. Begitupun dengan Renjun.
“Hati-hati,” kata Bunda.
Renjun sudah duduk anteng di atas motornya, menunggu Caramel yang masih mengikat tali sepatunya. Setelah itu Caramel menghampiri Renjun yang berdiam diri di atas motornya.
“Ayo,” kata Caramel setelah memakai helmnya.
Renjun menjalankan motornya menuju alun-alun yang sedang mengadakan car free day. Renjun pernah pergi ke car free day, itupun dengan Haidar dan Shotaro. Baru kali ini dia pergi bersama Caramel. Apalagi gadis itu yang mengajaknya secara tiba-tiba. Bahkan semalam Caramel tidak memberi taunya apa-apa. Padahal Renjun masih ingin tidur dan melanjutkan mimpinya. Tapi Caramel merusaknya.
Sampai di alun-alun, mereka berdua langsung bergabung ke orang-orang yang ada di sana. Alun-alun ini beda dengan alun-alun yang biasanya mereka kunjungi. Kalau ini adalah alun-alun besar, maka yang biasanya itu adalah alun-alun kecil. Renjun berjalan di samping Caramel, wajahnya terlihat mengantuk. Sedangkan Caramel terlihat senang. Bahkan gadis itu terus mengajak Renjun mengobrol.
“Loyo banget, sih? Semangat dong! Katanya mau punya roti sobek,” kata Caramel.
“Harusnya kita pergi ke gym,” sungut Renjun.
Caramel tertawa, “gapapa dong. Jalan-jalan kaya gini juga ada manfaatnya, bakar lemak misalnya.”
“Percuma, nanti juga lo bakalan jajan,” cibir Renjun.
Caramel menyengir. Renjun tau kalau Caramel mengajaknya hanya untuk membeli jajanan yang banyak di jual di sepanjang jalan. Kan Caramel suka makan. Pasti gadis itu bakalan beli jajan yang banyak dengan uangnya. Renjun tidak masalah kalau Caramel membeli jajanan dengan uangnya. Tapi harusnya Caramel memberi tau dirinya terlebih dahulu agar dia punya persiapan dan tidak malas seperti sekarang. Renjun menghela nafasnya membuat Caramel menoleh ke arahnya.
“Daritadi hela nafas mulu, jadi ikutan sumpek. Kenapa, sih?” tanya Caramel heran.
“Lo yang kenapa.” Renjun melirik Caramel.
Caramel mengernyitkan keningnya, “gue? Gue gapapa tuh.”
“Bukan itu maksud gue,” kata Renjun sambil menahan kekesalan. “Lo kenapa tiba-tiba ngajak gue? Mana ga bilang dulu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] The End of Us (END)
Teen Fiction[End] [Follow sebelum baca] [Vote dan komen] [OC] "Gak bisa, ya?" tanya gadis itu dengan air mata yang menumpuk di sudut matanya yang siap tumpah kapan saja. "Enggak. I love you, but we can't be together," jawab laki-laki yang berdiri di hadapannya...