Setiap orang pasti pernah mengalami masa terberat dalam hidupnya. Bermacam-macam alasannya. Entah itu urusan pekerjaan, percintaan, atau kehilangan seseorang yang membuat dirinya down. Masa terberat itu bisa di bilang adalah masa yang sulit di lewati. Gimana rasanya harus berpura-pura baik-baik aja di depan semua orang, padahal sebenarnya lagi ngga baik-baik aja? Dan kalimat yang terlontar dari bibir pasti kalimat “gapapa”. Cuma kalimat itu aja yang bisa bikin orang lain percaya kalau dirinya baik-baik aja. Tapi apa bisa melewati masa ini sendirian? Jawabannya adalah engga. Dalam masa terberat ini, harusnya ada seseorang yang bersedia menjadi penopang dan menjadi penyemangat. Setiap orang butuh penyemangat. Setiap orang juga butuh pendengar, buat mendengarkan ceritanya yang sedang mengalami hari buruk atau hari baik. Jadi, gimana kalau kamu ngga punya siapapun yang ada di samping kamu? Apa kamu bakalan terus diam aja? Apa kamu bakalan mencurahkan isi hatimu sama buku diary?
Caramel pernah mengalami masa terberat dalam hidupnya. Itu terjadi ketika dia kelas 3 SMA. Saat itu banyak siswa yang di sibukkan oleh beberapa materi ujian dan latihan soal. Begitupun dengan Caramel. Dirinya merasa kalau dia bisa melalui ujian sekolahnya dengan baik dan lancar tanpa hambatan. Tapi siapa sangka kalau semuanya terjadi malah kebalikan dari yang dia harapkan?
Hari pertama Caramel menjalankan latihan ujian, dia masih bisa. Dia masih bisa mengerjakan semuanya tanpa hambatan.
Hari ke dua, Caramel masih bisa mengerjakannya dengan cermat. Caramel juga mulai tambah giat belajar.
Hari ke tiga, Caramel merasa kalau belajarnya kurang. Makanya dia berniat untuk mengerjakan beberapa latihan soal di bukunya.
Hari ke empat, semua terasa sulit. Bahkan Caramel sampai kehilangan fokusnya. Dia tidak bisa mengerjakannya dengan baik.
Hari ke lima, Caramel merasa dirinya tidak bisa mengerjakan semuanya. Dia tetap berusaha untuk mengerjakannya.
Hari ke enam, Caramel mulai lelah. Dia menangis semalaman karena dia tidak bisa belajar dengan fokus.
Hari ke tujuh, harusnya Caramel bisa beristirahat. Tapi dia malah mengerjakan latihan soal dari pagi sampai malam tanpa jeda. Sampai akhirnya dia jatuh sakit.
Caramel memikirkan bagaimana nasibnya ke depannya kalau dia harus terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Caramel ingin mendapatkan nilai sempurna di ujiannya nanti. Agar dia bisa masuk ke kampus pilihannya. Maka dari itu, setelah Caramel sembuh, Caramel langsung memulai belajarnya lagi. Tapi kali ini terjadwal. Padahal Bunda sudah melarang Caramel untuk belajar terlalu keras. Ayah juga sudah berbicara pada Caramel, kalau dia jangan terlalu memaksakan diri untuk belajar 24 jam. Dirga sudah menasehati Caramel beberapa kali. Namun semua itu hanya di anggap angin lalu oleh Caramel. Caramel bersikeras untuk belajar. Setiap hari. Bahkan hampir menghabiskan 10 jam perhari untuk belajar.
Semua orang tau kalau masing-masing memiliki batas untuk melakukan sesuatu. Bahkan tidak bisa di paksakan untuk melakukannya ketika dirinya benar-benar merasa lelah atau sudah tidak sanggup lagi. Jangan memaksakan dirimu ya kalau sudah tidak sanggup lagi. Nanti semua itu akan terasa berat untukmu.
Puncaknya saat Caramel sudah lelah belajar. Tubuhnya menjadi kurus, matanya seperti panda, dia kekurangan gizi. Sampai akhirnya dia harus di rawat di rumah sakit untuk ke dua kalinya.
Malam itu, Caramel sedang menikmati pemandangan bintang-bintang yang bertebaran di langit dari jendela kamarnya. Ah, dia sudah boleh pulang ke rumahnya setelah beberapa hari rawat inap di rumah sakit. Bunda masuk ke dalam kamarnya sambil membawa secangkir cokelat hangat kesukaan Caramel. Bunda tersenyum dan mengusap surai milik Caramel dengan lembut.
“Nak, jangan belajar terlalu keras lagi, ya? Bunda ga mau kamu sakit. Semua bakal ada hasilnya kalau kamu sudah berusaha sebaik mungkin, semaksimal mungkin, dan sebisa mungkin. Kalau kamu belajar terus-terusan, apa itu berarti kamu bakalan mendapatkan nilai yang sempurna? Hasil yang memuaskan? Engga, Caramel. Itu cuma bikin kamu jatuh sakit dan akhirnya kehilangan semua konsentrasi kamu. Belajar secukupnya, 3 jam mungkin cukup. Jangan sampai 10 jam kamu gunakan untuk belajar. Bunda yakin kok kamu bisa mendapatkan hasil yang sempurna. Bunda, Ayah, dan kak Dirga selalu mendoakan yang terbaik buat kamu. Kamu juga harus berdoa, ya? Mulai sekarang, belajar secukupnya. Sebentar lagi kamu ujian, kan? Jangan sakit lagi, Caramel.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] The End of Us (END)
Jugendliteratur[End] [Follow sebelum baca] [Vote dan komen] [OC] "Gak bisa, ya?" tanya gadis itu dengan air mata yang menumpuk di sudut matanya yang siap tumpah kapan saja. "Enggak. I love you, but we can't be together," jawab laki-laki yang berdiri di hadapannya...