Hari ini hari Minggu, biasanya Caramel bakal males-malesan di kamarnya. Tapi buat sekarang, dia udah rapi dengan setelan celana jeans, kaos berwarna putih, dan jaket denim kesayangannya. Penasaran ngga dia mau kemana? Caramel di ajak Renjun buat nonton pameran lukisan. Caramel sih mau-mau aja kalau nontonnya bareng Renjun. Kalau Haidar yang ngajak, paling udah di tolak mentah-mentah sama Caramel. Caramel seneng banget karena bakal nonton pameran lukisan yang dia tunggu-tunggu sejak lama. Apalagi nontonnya bareng crush. Nikmat mana lagi yang engkau dustakan.
Dan sekarang Caramel lagi nunggu Renjun. Caramel nunggunya di depan komplek, katanya biar cepet. Awalnya sih Renjun nyuruh Caramel nunggu di rumahnya aja, soalnya Renjun takut kalau Caramel di culik. Tapi ya yang namanya Caramel mana pernah mau nurut. Dia ngotot buat nungguin Renjun di depan komplek. Akhirnya Renjun ngalah deh.
Ga lama, motornya Renjun berhenti di depan Caramel. Cowok itu pakai celana panjang robek-robek sama hoodie. Bayangin lah betapa gantengnya Renjuandra Arkarna. Caramel yang liat pun sampai terpesona.
Terpesona, aku terpesona. Batin Caramel.
“Lo jadi nonton atau mau gue tinggal?” tanya Renjun pas Caramel malah ngelamun liatin dia. Renjun sadar kok kalau dia ganteng.
Caramel mengerjapkan matanya, “ya jangan di tinggal dong!” Caramel mengambil helm yang di berikan Renjun lalu memakainya. Setelah itu naik ke atas motor Renjun.
Renjun jalanin motornya. Dia bawanya hati-hati banget, soalnya dia bawa dua nyawa. Nyawanya dia sama nyawanya Caramel. Dia kalau mau ngebut juga mikir dua kali. Nanti kalau motornya rusak, gimana? Kalau dia mati, gimana? Kalau dia koma, gimana? Dalam hati Renjun berdoa, semoga selamat sampai tujuan. Caramel asik liatin jalanan, liatin orang-orang yang jalan di trotoar, liatin orang yang lagi jualan. Karena masih pagi, sekitar jam 10. Cuacanya masih belum panas banget. Untung aja Caramel udah pakai sunblock buat jaga-jaga.
Sampai di tempat pameran lukisan yang udah ramai banget. Bahkan Caramel yang liat pun ikutan sesak, padahal belum masuk. Dia noleh ke Renjun yang lagi benerin rambutnya. Pas Renjun balik liatin Caramel, Caramel langsung buang muka. Biasalah. Salah tingkah.
“Yuk,” ajak Renjun.
Mereka berdua masuk ke dalam. Banyak lukisan yang di pajang buat di liat sama orang-orang. Lukisannya banyak, bagus-bagus. Caramel berdecak kagum. Dia mikir, kok bisa ya orang-orang ngelukisnya bagus? Ya iyalah, udah ahli. Coba kalau Caramel yang ngelukis, palingan lukisannya berakhir di tempat sampah. Sesekali Caramel foto lukisan yang menurutnya bagus pakai camera hpnya.
Meski begitu, biasanya seseorang ngelukis sesuai dengan yang dia rasa. Meski abstrak, tapi lukisan itu yang menggambarkan perasaannya. Orang ga sembarang buat ngelukis. Jadi setiap lukisan itu ada makna tersendiri. Kalau paham makna yang ada di lukisannya, pasti juga bakal paham sama perasaan orang yang ngelukisnya.
“Lo sering dateng ke pameran kaya gini, Mel?” tanya Renjun saat melihat wajah antusias Caramel.
Caramel ngangguk, “iya, kadang gue dateng sendirian atau ngga sama kakak gue. Gue suka banget liat lukisan orang-orang,” jawabnya.
“Kenapa lo suka liatnya? Padahal cuma lukisan doang?” tanya Renjun.
Caramel tersenyum tanpa menatap Renjun, “ga tau juga, ya ... Gue suka aja gitu liat lukisan orang. Kaya keren aja gitu, kagum. Siapa tau habis liat lukisan orang, gue jadi dapet niat buat belajar melukis.” meski jawabnya kaya gitu, tapi itu bener-bener dari hati yang paling dalam.
Renjun terkekeh, “lagian cuma liat lukisan doang kok, bakal buang-buang waktu lo.”
“Ya terus kenapa lo ngajak gue ke sini, bego?!” Caramel menatap Renjun dengan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] The End of Us (END)
Teen Fiction[End] [Follow sebelum baca] [Vote dan komen] [OC] "Gak bisa, ya?" tanya gadis itu dengan air mata yang menumpuk di sudut matanya yang siap tumpah kapan saja. "Enggak. I love you, but we can't be together," jawab laki-laki yang berdiri di hadapannya...