Masih ingat perkataan Caramel kalau dia akan membuat Renjun menoleh ke arahnya? Awalnya Caramel merasa ragu dan tidak akan melanjutkan niatnya. Tapi dia mau egois untuk kali ini. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Apalagi Renjun juga malah menantangnya. Bagi Caramel, itu semua bukan hal yang mudah. Akan terasa sulit kalau di lakukan, akan terasa mudah kalau di bayangkan. Katakan Caramel bodoh. Itulah dia. Tapi Caramel tidak peduli. Dia tetap melanjutkan langkahnya, siap menerima konsekuensinya.
Hari pertama.
Hari ini Caramel mendapat kelas siang, entah sebuah kebetulan atau bukan. Renjun juga mendapat kelas siang seperti dirinya. Caramel tau karena dia bertanya pada Haidar. Soal rencananya ini, Caramel sudah menceritakannya pada Giselle dan Shotaro. Tanggapan mereka? Awalnya mereka menyebut Caramel bodoh, tapi akhirnya mereka setuju. Karena Caramel yang melakukannya. Giselle juga memberikan nasihat pada Caramel, kalau dia harus menerima apapun konsekuensinya. Shotaro juga menyuruh Caramel untuk berhenti kalau dirinya sudah menyerah.
Dari rumah, Caramel sudah menyiapkan satu bekal untuk Renjun. Ini adalah awal mulanya. Caramel membuatkan nasi goreng spesial dengan isi sosis, udang, dan juga ada kentang goreng. Tadi pagi saat Caramel sedang membuat bekal, Dirga yang melihatnya tampak bingung. Dia bertanya pada Caramel, untuk siapa bekalnya. Tapi Caramel menjawab kalau bekalnya untuk Haidar. Berbohong adalah satu-satunya cara agar tidak di ledekin oleh Dirga.
Sebelum masuk ke kelasnya yang di mulai lima belas menit lagi, Caramel pergi ke fakultas kedokteran. Tentu saja sendirian. Karena Giselle sedang menunggunya di kantin fakultasnya. Caramel mencari-cari sosok yang ingin ia berikan bekal, tapi tak kunjung ketemu.
Hingga maniknya menatap sesosok laki-laki yang ia cari, langsung saja Caramel memanggilnya. “Renjun!”
Untung saja koridor fakultas kedokteran tidak begitu ramai, orang-orang hanya acuh saat Caramel berteriak memanggil nama Renjun. Renjun yang mendengar ada yang memanggilnya pun mencari sumber suara. Begitu mendapati Caramel yang berjalan ke arahnya dengan senyuman lebar, Renjun jadi mendadak teringat kejadian kemarin.
“Ngapain?” tanya Renjun. Berpura-pura acuh, padahal jantungnya sudah berdegup kencang.
Caramel tersenyum, lantas memberikan kotak bekal yang ia bawa kepada Renjun. “Ini buat lo, gue bikinin khusus buat lo!” kata Caramel.
Renjun mengernyit, “buat gue?” tanyanya ragu. Tangannya mengambil kotak bekal berwarna biru laut yang di berikan Caramel.
Caramel mengangguk, “betul! Di makan, ya. Awas aja kalau ga di makan. Jangan di kasihin ke orang lain! Itu gue bikin cuma buat lo doang,” ucap Caramel.
Renjun terkekeh, “iya, nanti gue makan. Makasih, ya. Padahal ga perlu repot-repot,” katanya.
“Ah, gapapa. Santai aja. Gue emang lagi niat bikin bekal,” ucap Caramel lalu tertawa.
“Gue kira lo ga bisa masak,” ucap Renjun.
Caramel mendelik, “lo meragukan kemampuan masak gue, ya?!”
Renjun mengangguk, “orang kaya lo emang bisa masak? Palingan bisanya rebahan sambil main hp.” Caramel tertohok dengan perkataan Renjun. Tapi itu benar adanya.
Caramel berdehem, “ga usah meragukan kemampuan masak gue! Gue udah pinter masak,” katanya dengan percaya diri.
Renjun menganggukkan kepalanya, “ya udah, percaya deh gue. Daripada nanti ngamuk.”
Caramel mendengus, “sialan,” desisnya. “Gue balik dulu deh, bentar lagi kelas mulai. Di makan loh, ya! Jangan lupa balikin tempat makannya, soalnya itu punya Bunda! Bye-bye, Renjun!” Caramel berjalan mundur sambil melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] The End of Us (END)
Dla nastolatków[End] [Follow sebelum baca] [Vote dan komen] [OC] "Gak bisa, ya?" tanya gadis itu dengan air mata yang menumpuk di sudut matanya yang siap tumpah kapan saja. "Enggak. I love you, but we can't be together," jawab laki-laki yang berdiri di hadapannya...