hai, aku update lagi. jangan bosen buat baca cerita aku ya, hehe. semoga kalian suka. jangan lupa vote! selamat membaca (✷‿✷)
Hari ini Renjun mendapat kelas sore. Sekarang jam tiga sore dia sudah mandi, sudah wangi juga, sudah ganteng juga. Kelasnya di mulai jam empat sore, jadi dia masih punya waktu buat makan. Buat ganjel perutnya biar ga laper pas lagi merhatiin penjelasan dosen. Kalau di depan orang-orang, Renjun itu ga suka banyak gaya. Gak suka narsis. Tapi sekarang dia lagi di depan cermin sambil bergaya. Seolah-olah dia adalah model yang lagi berjalan di atas catwalk. Sok keren. Tapi, Renjun merasa percaya diri dengan penampilannya sekarang. Ganteng banget gua. Padahal Ayah gak seganteng gue, batinnya. Emang anak kurang ajar.
Gak mau berlama-lama, Renjun turun ke bawah buat makan. Katanya Bundanya udah bikinin semur telur kesukaan dia. Pas dia udah sampai di bawah dan pergi ke ruang makan, ada Bundanya yang lagi siapin piring. Renjun langsung aja narik kursi dan duduk anteng.
“Asik, ada semur telur,” ucap Renjun senang.
Sang Bunda tersenyum, “makan yang banyak. Biar kamu fokus kuliahnya,” ujarnya. Beliau memberikan sepiring nasi dan semur telur pada Renjun. Renjun menerimanya dengan senang hati. Tanpa berlama-lama, dia melahap makanannya.
“Enak, Bun. Bunda emang paling top!” puji Renjun di sela-sela makannya.
“Pinternya anak Bunda.” Bunda mengusap rambut putra semata wayangnya, “sekarang udah gede aja, kayanya baru kemarin Bunda ngajarin kamu jalan.”
Renjun tersenyum. Hatinya merasa tersentuh dengan perkataan sang Bunda. Memang waktu berlalu begitu cepat. Kayanya baru kemarin dia masuk TK, sekarang udah kuliah aja. Waktu emang gia sebercanda itu. Makanya harus bisa gunain waktu sebaik mungkin, jangan sampai sia-siakan waktu kalian yang masih banyak. Hidup kan gak ada yang tau.
“Udah punya pacar belum, nih?” tanya Bunda. Membuat Renjun tersedak dan terbatuk-batuk.
“Uhuk, uhuk, uhuk.” Renjun meraih gelas yang terisi air putih dan meminumnya hingga tersisa setengah gelas.
“Bunda kok nanya gitu?” tanya Renjun. Rasanya dia pengen pergi ke Mars biar gia jawab pertanyaan Bundanya.
“Kenapa? Udah punya pacar, ya? Kok gak di bawa ke rumah? Kenalin ke Bunda,” kata Bunda.
“Engga, Bun! Aku gak punya pacar. Gak minat,” balas Renjun tanpa melihat ke Bundanya.
Bundanya menggelengkan kepalanya, “kok nggak minat? Berarti gak mau punya pacar?”
Renjun menggeleng, “bukan gak mau, tapi belum tepat aja waktunya. Tunggu Renjun sukses dulu,” katanya.
“Iya deh, anak Bunda. Bunda percaya sama kamu. Padahal kalau sekarang kamu punya pacar, Bunda seneng banget. Nanti bisa Bunda ajak belanja sama masak bareng,” ujar Bunda sambil tersenyum.
Renjun telah menghabiskan makanannya, dia meneguk air putihnya hingga habis tak tersisa. Mendengar perkataan Bunda, Renjun jadi merasa sedih. Selama Renjun kuliah, Bundanya selalu sendirian di rumah. Ayahnya telah meninggalkannya dan Bundanya dua tahun yang lalu. Karena kecelakaan pesawat saat sang Ayah akan pergi ke Jepang untuk urusan bisnis. Ternyata pesawatnya hilang kendali dan jatuh. Membuat penumpang yang ada di sana termasuk ayahnya meninggal dunia. Dan baru saja Bundanya mengatakan kalau dia kesepian, meskipun tidak secara langsung. Tapi Renjun paham dengan perasaan sang Bunda.
Renjun menggenggam tangan Bunda, “Bun, nanti kalau Renjun udah sukses, Renjun bakal cari perempuan yang bisa serius sama Renjun. Nanti aku bakal ajak dia menikah, terus tinggal bareng di sini. Biar Bunda ada temennya. Makanya, Bunda harus selalu mendoakan dan merestui Renjun kalau Renjun mau berangkat kuliah, oke?” Renjun mengukir sebuah senyuman di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] The End of Us (END)
Teen Fiction[End] [Follow sebelum baca] [Vote dan komen] [OC] "Gak bisa, ya?" tanya gadis itu dengan air mata yang menumpuk di sudut matanya yang siap tumpah kapan saja. "Enggak. I love you, but we can't be together," jawab laki-laki yang berdiri di hadapannya...