Terhitung sudah satu minggu lamanya Caramel tidak melakukan kebiasaannya, yaitu membuatkan bekal untuk Renjun atau melakukan hal-hal bucin pada Renjun. Sejak saat itu Caramel sudah bertekad untuk melupakan Renjun. Tapi sekarang perasaannya masih sama. Ya, perasaannya masih ada untuk Renjun. Harusnya Caramel bisa melupakan Renjun, meski ia tau kalau itu tidak mudah. Namun hatinya enggan menghilangkan perasaan suka itu. Ah, perasaan cinta. Rasanya sulit menerima keadaan. Kenapa harus Renjun? Kenapa Caramel harus menyukai laki-laki yang jelas-jelas hanya menganggapnya sahabat? It's simple, he has no feelings for you.
Kalau Caramel mempunyai kesempatan untuk kembali ke masa lalu. Maka Caramel akan pergi ke masa dimana Caramel melihat Renjun di kantin, saat pertama kalinya mereka bertemu. Caramel akan memilih tidak peduli dan tidak berkenalan dengan Renjun. Dengan begitu, dia tidak akan menjadi sahabat Renjun, tidak akan dekat dengan Renjun, dan tidak akan pernah mencintai seorang Renjuandra Arkarna.
Terdengar konyol, tapi itu lah yang Caramel inginkan. Dia ingin memutar waktu. Ingin mengulang semuanya dari awal. Tapi rasanya sangat sulit. Kata orang, move on terbaik adalah amnesia. Apa Caramel harus terbentur dengan keras lalu amnesia dan tidak mengingat Renjun? Tapi bukankah ingatan itu akan kembali perlahan-lahan? Sama saja, ya?
"Kenapa ... Kenapa sesusah ini, Ren?" gumam Caramel.
Saat ini Caramel sedang duduk di dekat jendela kamarnya. Sekarang tepat pukul tiga sore. Langitnya tampak mendung, tapi tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Sedari tadi Caramel hanya duduk termenung memikirkan segalanya.
Hari ini adalah hari terakhir di bulan Desember tahun 2020. Orang tuanya belum pulang ke rumah, katanya mau menginap di rumah nenek untuk merayakan tahun baru bersama nenek. Jadi, kali ini mereka tidak merayakan tahun baru bersama. Itu tidak masalah. Caramel bisa merayakan tahun baru bersama temannya atau bersama Dirga. Tapi Dirga sudah mempunyai janji bersama teman-temannya. Mungkin saja Caramel akan merayakan tahun baru sendirian.
"Ren, andai aja gue bisa mutar waktu. Gue lebih memilih ga kenal lo," ucap Caramel.
"It hurts so much. Gue capek berusaha ilangin perasaan cinta gue ke lo. Seolah-olah perasaan ini udah permanen, ga bisa di hapus. Kenapa sih, Ren? Kenapa harus lo? Kenapa gue harus cinta sama sahabat sendiri? Kenapa? Iya, ini bukan salah lo. Tapi salah gue yang tiba-tiba naruh perasaan ke lo."
Caramel menghela nafasnya, rasanya menyesakkan. Tapi dia sudah terbiasa. Terbiasa tersakiti. Kenapa sih kisah cintanya tidak berjalan mulus seperti remaja-remaja pada umumnya? Apa Caramel tidak di takdirkan untuk jatuh cinta?
"Gila ah gue, ngapain juga mikirin dia. Caramel, ayo sadar! Jangan pikirin dia, ayo buang perasaan cinta lo ke dia. Dia ... Ga penting buat lo," ucap Caramel.
Tok tok tok
Hingga akhirnya pintu kamarnya terketuk. Caramel menoleh dan berdiri dari duduknya, ia membukakan pintu kamarnya. Ada Dirga yang berdiri di depan pintu. Masih pakai celana boxer dan kaos lengan pendek.
"Apa?" tanya Caramel.
"Nanti mau pergi?" tanya Dirga.
Caramel mengangkat kedua bahunya, "ga tau deh, kenapa sih emangnya?"
"Kirain mau pergi, gapapa sih. Berarti di rumah aja?" Dirga menatap Caramel sambil bersidekap dada.
Caramel mengangguk, "iya kayanya."
"Bilang aja ga ada yang ngajak tahun baruan," ejek Dirga.
Caramel tersenyum, "cepet pergi atau aku lempar pakai meja?"
Dirga terkekeh, "serem deh, ya udah lah. Kalau mau pergi ya pergi aja, daripada sendirian di rumah."
Caramel mengangguk, "udah sana pergi! Ganggu aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] The End of Us (END)
Teen Fiction[End] [Follow sebelum baca] [Vote dan komen] [OC] "Gak bisa, ya?" tanya gadis itu dengan air mata yang menumpuk di sudut matanya yang siap tumpah kapan saja. "Enggak. I love you, but we can't be together," jawab laki-laki yang berdiri di hadapannya...