Terlalu berharap itu menyakitkan

28 6 0
                                    

Siang ini Caramel ada kelas. Makanya sebelum jam satu siang udah ada di kampusnya. Sekarang dia lagi nunggu Giselle yang katanya lagi jalan ke kantin. Caramel emang nunggu di kantin, sekalian beli minuman. Dia haus. Pas lagi asik scroll Instagram, Giselle dateng sama Shotaro. Hadeh, dua bucin. Oh, kayanya tiga. Termasuk Caramel. Kan dia juga bucin. Caramel natap Giselle dan Shotaro yang lagi gandengan tangan dengan tatapan yang sulit di deskripsikan.

"Mata lo mau gue colok, Mel?" tanya Giselle pas sadar akan tatapan Caramel.

Caramel menggeleng, "ngga, lagian di kampus masih aja gandengan. Kaya mau nyebrang aja."

"Kalau ga punya tangan yang bisa di gandeng, bilang dong, Mel. Tangan gue yang satunya siap buat gandeng lo kok," canda Shotaro lalu tertawa.

"Inget pacar, bego!" seru Caramel.

"Ini mau langsung ke kalas aja apa gimana? Mulainya masih 15 menit lagi, sih." Giselle melirik jam tangannya.

"Nanti deh, minuman gue belum habis," kata Caramel.

"Kalau gitu, gue balik dulu deh. Lagian gue udah selesai kelas," kata Shotaro. Dia dapet kelas pagi, barusan jam 12 siang, dia bubaran kelas. Dan jemput Giselle yang ada kelas siang bareng Caramel.

"Hati-hati di jalan, sayang." Giselle tersenyum manis.

Shotaro membalas senyuman Giselle dan menepuk puncak kepala pacarnya itu, "iya, kamu belajar yang bener. Nanti pulangnya naik ojek aja, ya. Aku ga bisa jemput, Bunda minta di temenin ke butik."

Giselle mengangguk, "ngga kamu suruh pun aku bakalan naik ojek, kan biasanya juga gitu."

"Ya udah, pulang duluan, ya. Duluan, Mel." Shotaro mengajak Caramel untuk high five.

"Hati-hati," kata Caramel. Shotaro hanya mengacungkan ibu jarinya lalu pergi dari kantin fakultas ekonomi.

Caramel dan Giselle lanjut mengobrol. Mereka berdua mengobrol sampai tersisa 5 menit sebelum kelas di mulai. Mereka langsung aja pergi ke kelas sebelum dosen datang. Ga ada yang mau berhadapan dengan dosen di depan kelas, nanti bakalan di tanyain macam-macam. Habis darimana? Baru datang? Untung saya belum masuk. Banyak yang udah duduk manis di dalam kelas. Tempat duduk yang tersisa pun di barisan ke empat dari belakang, bagian pojok. Tempat duduk mereka terdiri dari enam baris, setiap barisnya ada 5 kursi.

Duduk di pojokan itu enak. Selain ga terlihat sama dosen, tempatnya juga paling enak buat chat orang diem-diem. Contoh aja si Giselle. Dia lagi chatan sama Shotaro, itupun diem-diem. Untung aja dosen lagi nulis di depan sana. Jadi ga terlalu memperhatikan. Sedangkan Caramel cuma ngelamun aja sambil coret asal buku catatannya. Ga tau apa yang di pikirin sama Caramel. Yang jelas, Caramel juga memikirkan Renjun. Lagi-lagi Renjun. Renjun aja terus. Ya gimana ya. Namanya aja bucin.

Caramel berniat buat melupakan perasaannya pada Renjun. Karena Caramel tau kalau dia ga bakalan bisa dapetin hatinya Renjun. Susah. Daripada susah-susah, mending Caramel melupakan perasaannya. Kalau belum di coba, mungkin bakalan susah. Tapi kalau udah di coba, siapa tau berhasil, kan? Ga ada yang tau. Niat move on seseorang itu di liat dari caranya. Caranya move on dari seseorang, dengan cara harus terbiasa tidak mencari kabar orang itu atau mencari sesuatu yang berhubungan sama orang itu. Intinya sih harus niat. Tapi Caramel belum seniat itu. Caramel masih belum bisa merelakan perasaannya. Andai aja Renjun orangnya gampang di deketin, palingan sekarang Caramel udah-

"Caramel Reswara, dengerin penjelasan saya?" suara sang dosen dari depan sana membuat Caramel langsung tersadar. Dia mengerjapkan matanya lalu menatap ke arah dosennya.

"Denger kok, pak. Cuma tadi ngantuk aja," jawab Caramel lalu menyengir. Untung aja pak dosen baik hati, jadi cuma di bales gelengan kepala sama beliau.

[i] The End of Us (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang