22 Januari 2021
Terhitung sudah hampir dua minggu sejak tahun baru kemarin, kini Caramel menjalankan hari-harinya seperti biasa. Dia masih berteman baik dengan Renjun. Bedanya kali ini Caramel merasa kalau rasa sukanya sudah sedikit berkurang. Dia sudah menyerah. Untuk apa melanjutkan kalau Renjun tidak ada rasa padanya? Mending mundur, kan?
Caramel juga di kabarkan sedang dekat dengan anak fakultas sebelah. Padahal mereka hanya sebatas teman. Dan ternyata laki-laki yang di kabarkan dekat dengan Caramel adalah anak tongkrongan yang sama dengan Haidar. Laki-laki yang pernah bertatapan dengan Caramel, apa kalian ingat? Ya, dia orangnya.
Hampir setiap hari Caramel di antar dan di jemput oleh laki-laki itu setiap memiliki jadwal yang sama. Caramel tidak keberatan. Toh, Caramel hanya menganggapnya teman. Tidak lebih. Tapi terkadang mereka berdua sering bercanda. Bercandanya soal menjadi pasangan goals di kampus. Sekali lagi, padahal status mereka hanya teman.
Hari ini Caramel mendapat kelas siang, kebetulan laki-laki itu ada kelas yang sama dengan Caramel. Tapi Caramel tidak menyuruhnya untuk menjemput dirinya. Jadi, Caramel di jemput oleh Haidar yang kebetulan memiliki jadwal yang sama dengannya. Kenapa tidak minta Renjun? Karena Caramel tidak mau merepotkan Renjun lagi.
“Cepetan dong, lama amat,” ucap Haidar.
Caramel yang sedang mengunci pagar rumahnya pun berdecak, setelah itu berjalan mendekati Haidar yang duduk di atas motornya dengan wajah kusut.
“Sabar dong! Tangan gue cuma dua,” kata Caramel dengan kesal.
“Gue tuh mau jemput mbak gebetan, malah lo nyuruh gue jemput. Kenapa ga sama Renjun aja, sih?!” Haidar memberikan helm pada Caramel.
Caramel langsung memakainya, “bacot banget jadi orang. Kan gue udah bilang, ga mau ngerepotin dia lagi!” sungutnya lalu naik ke motor Haidar.
“Tiap hari lo ngerepotin gue mulu,” cibir Haidar.
“Kan lo–” belum sempat Caramel menyelesaikan ucapannya, “HAIDAR!” Caramel berteriak karena Haidar tiba-tiba melajukan motornya. Membuat dirinya hampir terjungkal.
“Anjing lo!” seru Caramel. Sedangkan Haidar hanya tertawa.
Haidar menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata. Karena dia tidak mau di amuk oleh Caramel. Caramel itu kalau marah langsung jadi ganas banget. Makanya Haidar tidak mau mencari masalah dengan Caramel.
Caramel yang masih kesal dengan Haidar, hanya diam saja selama di perjalanan. Jantungnya hampir copot karena terkejut dengan kejadian tadi. Ingatkan Caramel untuk memukul Haidar dengan sepatu saat sudah sampai nanti.
Tidak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di kampus. Haidar memarkirkan motornya di parkiran umum untuk para mahasiswa. Caramel langsung turun dari motor Haidar dengan wajah kesalnya.
“Awas aja lo!” Caramel menunjuk Haidar. Sepertinya ada dendam kesumat.
Haidar terkekeh, “maaf ya, cantik. Lagian lo bacot mulu,” katanya.
“Kalau jantung gue hampir copot, gimana?!” seru Caramel.
“Ya tinggal mati, lah. Repot amat,” kata Haidar acuh.
Caramel langsung memukul Haidar dengan helm yang di pegangnya.
“Sialan,” desis Caramel. Dia memberikan helmnya pada Haidar lalu langsung pergi.
“Woy, makasihnya mana?!” teriak Haidar.
“Ga usah sok kenal!” balas Caramel berteriak.
Orang-orang yang lewat sudah maklum dengan Caramel dan Haidar yang selalu ribut dimanapun dan kapanpun. Mereka malah tertawa karena melihat perdebatan Caramel dan Haidar. Memangnya lucu, ya? Mereka berdua malah kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] The End of Us (END)
Teen Fiction[End] [Follow sebelum baca] [Vote dan komen] [OC] "Gak bisa, ya?" tanya gadis itu dengan air mata yang menumpuk di sudut matanya yang siap tumpah kapan saja. "Enggak. I love you, but we can't be together," jawab laki-laki yang berdiri di hadapannya...