Menjauh Dari Renjun

47 8 1
                                    

hai, aku update lagi. semoga kalian ngga bosen ya aku update terus. jangan lupa vote! oh iya, mungkin kalian bisa share cerita aku ke temen-temen kalian. bantu aku buat bikin cerita ini tersebar luas ke wattpad. terimakasih. selamat membaca ( ╹▽╹ )

Malam ini Renjun makan malam di rumah Haidar. Bersama orang tua Haidar, Haidar, dan Shotaro. Makan malam itu di lewati dengan candaan. Suasana menjadi ramai karena lelucon yang di lontarkan oleh Haidar dan Ayahnya. Memang anak dan Ayah yang klop. Selesai makan malam, semua sibuk dengan dunianya masing-masing. Shotaro yang sedang bermain game di ponselnya, Haidar yang sedang melihat tutorial bikin rujak di ponselnya, dan Renjun yang sedang melamun di balkon kamar Haidar. Entah apa yang ada di pikiran Renjun. Dia bingung juga. Dia jadi kepikiran sikap Caramel sore tadi. Penasaran juga kenapa Caramel bersikap kaya gitu ke dia. Harusnya kalau dia ada salah sama Caramel, gadis itu kasih tau kesalahannya.

Haidar yang ngeliat Renjun melamun, dia nyenggol Shotaro. Shotaro yang di gituin langsung misuh gara-gara gamenya kalah. Padahal dia udah susah payah mainnya.

“Apaan, sih?!” seru Shotaro kesal. Dia melirik Haidar dengan tajam.

“Santai buset.” Haidar mendekatkan diri ke Shotaro lalu berbisik, “itu Renjun kenapa? Masih mikirin sikap Caramel yang menghindari dia?” tanyanya.

Shotaro melihat ke arah Renjun, “ga tau, iya kali. Sana lo samperin,” katanya tanpa melihat ke Haidar lalu lanjut main game.

Haidar langsung meletakkan ponselnya dan berjalan ke arah balkon, menghampiri Renjun. Dia berdiri di sebelah Renjun. Renjun belum sadar sama kehadirannya. Akhirnya dia berdehem, ngasih tanda kalau dia ada di sana. Renjun menoleh ke arah Haidar dengan tatapan bertanya. Haidar menyandarkan dirinya ke pembatas balkon lalu bersidekap dada dan menatap Renjun dengan intens.

“Ngapain sih lo liatin gue kaya gitu?” tanya Renjun dengan sinis.

“Lo mikirin apa, sih? Masih mikirin sikap Caramel?” tanya Haidar.

Renjun mengangguk, “gue jadi kepikiran. Dia kenapa kaya gitu, ya? Padahal gue ga ada salah sama dia,” katanya. Nadanya terdengar putus asa.

Haidar menggelengkan kepalanya, “lo suka sama Caramel apa gimana? Sampai kepikiran gitu.”

“Engga, ya!” sambar Renjun dengan cepat. Mana mungkin dia suka sama cewek modelan Caramel. Yang ada dia udah stress duluan.

“Terus kenapa? Kaya gitu doang sampai bikin lo melamun sama kepikiran.” Haidar terkekeh lalu menunduk, menatap lantai.

Renjun ikut menyenderkan punggungnya ke pembatas balkon lalu ikut bersidekap dada. Kepalanya mendongak.

“Ga tau juga. Kenapa gue kepikiran? Padahal Caramel bukan siapa-siapa gue,” kata Renjun lalu menghela nafasnya.

Haidar tertawa dalam hati, “lo yang ga peka jadi cowok. Makanya, peka dong! Cewek kalau udah kaya gitu, tandanya lagi apa? kalau lo peka, pasti lo sadar sama tingkah lakunya.”

“Lihat tuh di belakang. Dari sekian banyaknya cewek yang terang-terangan confess ke lo, bahkan sampai ngajak pacaran, ada satu cewek yang mati-matian bersihin pecahan kaca. Dia rela nutup hatinya buat satu orang, padahal dia tau kalau orang yang dia suka, ga bakalan suka sama dia. Buka mata lo, Njun,” sambung Haidar.

Renjun mengernyit. Kata-kata Haidar membuat dia bingung. Satu cewek di antara banyak cewek yang suka sama dia ... siapa? Gimana dia mau nebak kalau cluenya ga jelas. Kan dia jadi kepikiran. Emang Haidar tuh sukanya nambah beban pikirannya. Renjun mengacak-acak rambutnya lalu mengerang.

“Nanti lo juga bakal tau, Njun. Ga usah di pikirin,” sahut Shotaro dari dalam kamar. Sedari tadi laki-laki itu mendengar percakapan kedua temannya.

[i] The End of Us (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang