Malam minggu

36 5 4
                                    

Sore-sore gini enaknya beli jajanan di alun-alun. Apalagi Caramel lagi pengen banget makan sempol, soalnya dia udah lama ga makan sempol. Terakhir makan pas sama Renjun waktu itu. Ah, jadi keinget Renjun. Dia sama Renjun masih menjaga jarak, lebih tepatnya Caramel yang menjaga jarak dengan Renjun. Soalnya dia masih canggung buat ngobrol sama Renjun. Sekarang ini Caramel lagi nunggu Haidar yang lagi ke toilet. Tapi udah dua puluh menitan Caramel nunggu, Haidar ngga datang juga. Caramel nunggu di kantin fakultas kedokteran. Dia udah bosen banget nungguin Haidar, udah di telpon sama spam chat tapi ga ada satu pun respon dari Haidar.

Caramel yang lagi asik minum bobanya pun di kejutkan oleh suara seseorang yang akhir-akhir ini dia hindari.

“Lo ngapain, Mel?” tanya Renjun lalu duduk di depan Caramel.

Caramel tersenyum canggung, “hng, nungguin Haidar,” jawabnya.

Renjun mengernyit, “Haidar? Tadi gue liat dia udah pulang sama cewek, ga tau siapa.”

Caramel mengumpat dalam hati. Jadi, dia sia-sia dong nungguin Haidar? Sekarang Caramel bingung mau pulang pakai apa. Kalau pakai ojek, uangnya sisa seribu. Kalau bayarnya pas udah sampai di rumahnya, dia malas ke kamarnya. Caramel mendengus.

“Sialan,” gumam Caramel kesal. Tangannya memegang ponselnya dengan erat.

“Oh, iya.” suara Renjun membuat Caramel mendongakkan kepalanya, “kebetulan lagi malam minggu, nanti malem ke alun-alun, yuk? Udah lama kita ga jalan bareng,” ajak Renjun.

Caramel mengulum bibirnya, Renjun tiba-tiba mengajaknya jalan. Bener sih kata Renjun, mereka udah jarang jalan bareng. Dia jadi bingung mau mengiyakan atau tidak.

Baru aja Caramel mau jawab, Renjun langsung menyela. “Gue ga terima penolakan, gue tau lo pengen jalan-jalan juga, kan?” Caramel menyengir.

“Ya udah, nanti malem lo jemput gue. Jam 7, ya,” kata Caramel.

Renjun mengangguk, “ayo, gue anterin pulang.”

Caramel mendelik, “hah? Ga usah, gue naik ojek aja,” tolaknya.

“Udah, cepetan. Udah sore banget, nih. Kalau lo nungguin Haidar, pasti dia bakalan lupa kalau lo masih di sini,” ucap Renjun.

“Ah, ya udah deh. Ayo.” Caramel berdiri, tangan kirinya memegang segelas boba miliknya dan tangan kanannya memegang ponselnya.

Renjun dan Caramel berjalan beriringan ke parkiran fakultas kedokteran. Ternyata Renjun masih membawa helm yang biasa Caramel pakai. Caramel kira, Renjun bakalan ninggalin helmnya di rumahnya. Caramel diam-diam tersenyum saat Renjun memberikan helm kepadanya. Mereka berdua sudah berada di antara banyaknya pengendara motor dan mobil yang ada di jalanan. Caramel menikmati suasana sore itu. Langit tampak mendung, tapi tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Caramel jadi kangen pulang bareng Renjun atau di antar Renjun ke kampus.

Renjun benar, mereka jadi jarang pergi bareng. Mungkin karena Caramel yang menjaga jarak dengan Renjun, makanya mereka jarang pergi bareng. Ngobrol aja kayanya ga pernah. Kalau pas-pasan, pasti Caramel langsung bersikap seolah-olah tidak tau keberadaan Renjun. Caramel merasa kalau dia udah jahat banget sama Renjun karema udah menjaga jarak sama laki-laki itu. Padahal Renjun bilang kalau mereka jangan jauh-jauhan. Tapi Caramel malah membuat mereka menjadi jauh. Caramel bertekad buat menjadi dekat dengan Renjun, seperti dulu. Tapi dengan status sahabat tentunya.

Karena kebanyakan melamun, Caramel ga sadar kalau mereka berdua udah ada di depan rumahnya. Renjun juga diem aja, ngebiarin Caramel sadar sendiri. Karena Caramel merasa aneh kalau ga ada suara berisik dari kendaraan, dia langsung mengerjapkan matanya berulang kali. Ternyata mereka udah sampai di rumahnya. Caramel langsung buru-buru turun dari motornya Renjun.

[i] The End of Us (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang