Hari ini Caramel lagi duduk santai di kantin fakultasnya, sama Giselle. Mereka berdua lagi ngomongin makanan mahal yang lagi diskon. Tadinya mereka berencana buat beli, tapi di tunda dulu. Soalnya mereka ngga bawa cukup uang. Mungkin besok atau lusa mereka bakal beli. Soalnya diskonnya cuma dua minggu doang. Jadi mereka harus cepet-cepet.
“Ah, sumpah. Gue males banget besok minggu,” keluh Giselle sambil mengaduk minumannya dengan wajah cemberut.
Caramel mengernyitkan keningnya, “emang kenapa?” tanyanya.
“Ke rumah nenek,” balas Giselle. “Ga bisa ngebucin.”
Caramel yang mendengarnya sontak melemparkan tissue bekas ke Giselle. Yang di lempar, langsung saja menendang kaki Caramel. Sampai Caramel meringis kesakitan.
“Kurang ajar banget lo jadi temen!” seru Caramel dengan kesal.
Giselle tertawa, “ya lagian, suruh siapa kaya gitu, hah?!”
“Ya lagian lo bucin banget, najis. Cuma ke rumah nenek doang,” cibir Caramel. “Kan bisa tuh video call.”
“Beda sensasinya,” kata Giselle. “Lo sih ngga pernah ngerasain, makanya buruan confess. Ntar kalau udah ada pacar, nangis-nangis,” ejeknya.
Caramel mendengus, “lo pikir confess itu gampang?!”
“Gampang lah! Lo tinggal bilang, ‘Ren, gue suka sama lo dari dulu. Tapi gue ga berani bilang, gue harap lo mau nerima confess gue.’ Gampang, kan?!” Giselle bersikap seolah-olah dirinya sedang melakukan confess ke seseorang. Dia menepuk dadanya dengan rasa bangga.
Ga tau aja kalau confess itu kaya senam jantung. Mana harus siap kalau di tolak. Kalau di tolak, ya nasib. Auto galau berhari-hari, nangis di kamar sambil nyetel lagu galau, kalau ketemu pasti menghindar demi kebaikan hatinya. Hayo, siapa yang kaya gitu? Kalian juga kaya gitu, hm? Hahahaha.
Caramel memutar bola matanya, jengah. Dia merutuki Giselle dalam hati. Emang ya temennya itu suka ngga ngaca. Padahal dulu sebelum Giselle pacaran sama Shotaro, dia minta saran ke Caramel. Gimana cara confess. Akhirnya Caramel ngasih saran ke Giselle buat memantapkan hatinya sebelum confess ke Shotaro, padahal mah Caramel ngga pernah tau rasanya confess. Dengan modal sok tahunya, dia ngasih saran ke Giselle.
Bagian Giselle confess ke Shotaro ngga bakalan di ceritain, kan ini ceritanya Caramel sama Renjun. Nanti bakal ada buku khusus Shotaro sama Giselle kok. Tapi bohong aja, sih. Hehehehe.
“Lo emang kaya setan! Ya ngomong doang sih gampang, kalau ngomongnya sama tembok. Bukan sama dia langsung!” ujar Caramel.
“Salah mulu gue, anjir?” Giselle menyedot minumannya.
Tiba-tiba Caramel melihat seseorang yang tiga hari ini dia hindari. Iya, Caramel udah menghindar dari Renjun selama tiga hari. Dia belum siap ketemu Renjun lagi, dia juga belum ada alasan kalau di tanyain sama Renjun. Nanti bisa berabe kalau pas Renjun nanya, Caramel jawabnya karena cemburu sama Karina. KAN. Nanti Renjun bisa tau rahasianya selama ini dong.
“Demi kerang ajaib, jangan bawa dia dateng ke sini.” Caramel mengangkat ke dua tangannya, seolah-olah menangkap uang jatuh dari atas.
Giselle yang melihat pun mengernyit, “kenapa sih lo? Kesurupan?” tanyanya asal.
“Diem lo! Itu ada Renjun, anjir. Pergi aja, yuk.” Caramel menarik-narik lengan Giselle.
Belum sempat mereka pergi, Renjun udah narik lengan Caramel. Bikin gadis itu tersentak. Dalam hati dia baca doa. Di kira Renjun setan kali, ya? Padahal Renjun cuma mau nyamperin Caramel, sekalian– ekhem, ngajak Caramel jalan-jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] The End of Us (END)
Teen Fiction[End] [Follow sebelum baca] [Vote dan komen] [OC] "Gak bisa, ya?" tanya gadis itu dengan air mata yang menumpuk di sudut matanya yang siap tumpah kapan saja. "Enggak. I love you, but we can't be together," jawab laki-laki yang berdiri di hadapannya...