Tekad

36 5 13
                                    

Hari ini Jakarta tampak cerah dari biasanya. Langit berwarna biru dan awan-awan yang bertebaran di langit. Kicauan burung-burung menyapa orang-orang yang sedang beraktivitas di luar. Pohon rindang menjadi saksi seseorang berangkat dan pulang beraktivitas. Jakarta tampak ramai seperti biasanya. Banyak kendaraan lalu-lalang memungkinkan untuk terjadi kemacetan.

Pagi ini Caramel ada kelas. Tepat pukul sembilan, Caramel sudah menjejakkan kakinya di lobi fakultasnya. Sudah banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berkeliaran di sekitar fakultas ekonomi. Caramel pergi ke kampusnya dengan perasaan senang, meski ada sedikit rasa malas. Tapi dia harus pergi belajar ke kampusnya demi mendapat nilai yang sempurna untuk kelulusannya nanti.

Biasanya ada Giselle yang menemaninya. Tapi temannya itu sedang izin karena sakit demam. Dan Giselle menitipkan absen pada Caramel. Jadi, mau tak mau Caramel akan sendirian hari ini. Caramel ada banyak teman, tapi yang dekat dengannya hanya Giselle. Mereka berdua sudah seperti sahabat sejati. Padahal mereka baru kenal saat awal masuk kelas. Lalu mereka menjadi dekat.

Sekarang Caramel berada di kampus fakultasnya, dia ingin membeli segelas jus sebelum kelas di mulai. Gadis itu duduk di pojokan dekat taman. Kantin terlihat ramai, mereka sama seperti Caramel. Memesan minuman atau makanan sambil menunggu kelas di mulai.

Karena bosan, Caramel mengambil ponselnya untuk menyibukkan diri. Ya ... Cuma scroll media sosialnya aja. Tapi tidak ada yang menarik.

“Woy!”

“Uhuk! Uhuk! Uhuk!”

Coba tebak, siapa yang mengejutkan Caramel sampai dirinya tersedak?

“Haidar!”

Iya, betul. Itu adalah Haidar. Laki-laki yang suka menjahili Caramel itu sekarang sedang tertawa. Caramel hanya mendengus kesal mendengar tawa Haidar.

“Ngapain sih lo!?” ketus Caramel. Dia merasa kesal karena tersedak jus gara-gara Haidar.

Haidar berusaha meredakan tawanya lalu menatap Caramel, masih dengan sedikit tawanya. “Gapapa, sih. Sensi amat mbaknya,” ledeknya.

Caramel mendengus, “lo pikir aja! Siapa yang ga mendadak sensi pas habis di jailin?!”

“Santai, bos.” Haidar yang duduk di depan Caramel pun membenarkan posisinya, tiba-tiba raut wajahnya menjadi serius.

“Apa?!” Caramel mendadak kesal dengan raut wajah Haidar yang menjadi serius.

“Lo sama Renjun pasti ada apa-apa, ya?” tanya Haidar. Sedikitpun tak mengubah raut wajahnya yang serius. Pertanyaannya itu benar-benar serius dan membuat Caramel heran.

Caramel menyentil kening Haidar, siapa tau laki-laki itu lagi sakit. Makanya ngomongnya ngelantur.

“Aduh! Lo ngapain nyentil kening gue?!” Haidar mengaduh saat Caramel menyentil keningnya. Dia mengusap keningnya yang terasa panas. Sentilan Caramel tidak main-main.

“Ya, lagian lo ngomongnya ngelantur,” kata Caramel dengan santai. Gadis itu kembali menyeruput jus alpukatnya yang tersisa setengah.

“Ngelantur apanya? Gue tanya serius kok,” ucap Haidar. Dia menatap Caramel dengan kesal.

Caramel mengernyitkan keningnya, “kenapa lo tiba-tiba nanya kaya gitu?” tanyanya.

Haidar memasang pose berpikir, dia mengetukkan jarinya di meja. “Gue liat lo sama dia jalan, dua hari yang lalu kalau ga salah. Gue heran dong, kalian jadi deket gitu. Pasti ada apa-apanya,” jelasnya.

Caramel menghela nafasnya. Gadis itu tau kalau Haidar selalu penasaran dengan apa yang dia lihat. Makanya harus sabar kalau menghadapi Haidar. Caramel memutar bola matanya, “lo pikir aja dong?! Masa gue harus jauhin dia lagi? Nanti dia malah nanya ke gue mulu. Ya, gue sadar. Harusnya gue ga jauhin dia,” katanya.

[i] The End of Us (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang