8. Rumah

5.9K 347 5
                                        

Typo bertebaran
Happy Reading ♥️
Tadinya gak bakal up, tapi karena gak tega jadi Up deh.
Jangan lupa vote dan komen ya.

Suasana rumah saat ini terasa hangat. Ditemani suara televisi dan tawa dari Akash dan neneknya, Ani. Televisi yang sedang menampilkan acara komedi tersebut tidak terlihat dengan jelas karena antena yang tertiup angin dan bergoyang. Akash berniat akan memperbaikinya saat suara petir mengagetkan mereka berdua.

Setelah mematikan televisi Akash mengantar neneknya pergi ke kamar dan mengecek laci yang berada di kamar neneknya dan obatnya sudah habis. Lalu, setelah memastikan neneknya sudah tertidur Akash membawa payung dan memakai jaketnya karena sangat dingin diluar sini.

Jarak apotek tidak jauh dari rumahnya, hanya melewati beberapa gang, mini market dan belokan. Kemudian, Akash sampai di apotek yang buka 24 jam, apotek yang berada di daerahnya memang tidak besar. Tapi, obatnya lumayan komplit. Dia juga menyempatkan pergi ke mini market untuk membeli sikat dan pasta gigi.

Akash melihat aksi kejar-kejaran dua orang preman, entah mengejar siapa, dia tidak peduli karena itu merupakan hal yang biasa terjadi di daerah sekitar sini. Hujan malam ini sangat deras, bahkan Akash sampai menggigil karena angin yang lumayan kencang.

Samar dia mendengar orang yang sedang bercakap-cakap, dan saat melihat ke sebelah kiri disana ada sepasang kekasih yang tidak tahu tempat. Akash berusaha tak acuh dan berlalu dari sana saat dia mendengar jeritan minta tolong yang sangat putus asa.

Akash masuk ke sana, sebuah gang yang cahayanya remang-remang tersebut memang sering di jadikan penjahat untuk melakukan aksinya. Disana, terlihat seorang perempuan yang tampak putus asa, jadi tanpa kata Akash langsung menendang si cowok brengsek itu, lalu melempar payungnya asal.

"SIAPA LO HAH? GAK USAH IKUT CAMPUR URUSAN ORANG LAIN!" Teriak Alvin murka pada Akash yang kemudian kembali memberikan tendangan di dada sehinggga membuat Alvin terbatuk.

Saat Akash akan menghantam wajahnya, Alvin mengangkat tangan menyuruh Akash untuk berhenti dengan satu tangan menyentuh dadanya yang sesak.

"Oke gue nyerah," Ucap Alvin, sekrang dia mengangkat kedua tangannya tanda benar-benar menyerah. "Lo duluan baru gue."Katanya, yang membuat Akash tidak paham.

"Maksud lo apa?" Tanya Akash, mencoba bersabar karena jika tidak dia tidak menjamin wajah Alvin akan baik-baik saja.

"Lo mau dia,'kan?" Alvin menunjuk Vani yang ketakutan seraya menyilangkan tangannya di depan dada. "Kalo gitu, lo dulu yang pake baru gue. Gimana?" Tanya Alvin

Akash melirik ke arah Vani yang berdiri ketakutan seraya menangis, lalu saat Alvin lengah dia langsung saja memberikan beberapa hantaman pada wajah sang ketua Osis yang sangat brengsek itu. Alvin jatuh terlentang dan Akash duduk diatasnya dan tidak henti-henti untuk memberikan beberap pukulan hingga wajah Alvin berdarah.

Dilihatnya Alvin yang sudah tidak berdaya, bahkan matanya sudah akan menutup dan tangan Akash mengambang di udara saat Vani memeluknya. "Berhenti, aku mohon." Lirih Vani di punggungnya.

Nafasnya memburu dan melihat Alvin sudah tidak berdaya memberikan kepuasan tersendiri baginya. Lalu, Akash berdiri disusul Vani. Dia melihat penampilan Vani yang sangat berantakan. Kancing seragam terlepas semua, rambut yang berantakan, darah dikening dan bibirnya dan wajahnya yang pucat serta menggigil kedinginan.

Akash melepas jaketnya dan memakaikannya pada Vani yang tidak bergerak sama sekali. Dia menarik retsleting jaketnya sampai ke atas, dan Vani langsung memeluknya lagi untuk mengucapkan terima kasih. Entah takdir atau apa, tapi Akash selalu ada jika Vani sedang dalam bahaya.

Mereka melepaskan pelukan tersebut, hujan masih sangat deras dan Akash mengambil payung yang dia lemparkan tadi untuk menghalau hujan agar mereka berdua tidak lebih basah lagi.

"Rumah lo dimana?" Tanya Akash seraya berjalan beringan. "Gue anter pulang." Lalu Vani berhenti berjalan dan Akash melakukan hal yang sama.

Bukannya menjawab Vani malah menangis, dia tidak tahu harus kemana setelah peristiwa tadi. "Aku diusir dari rumah."

"Terus lo mau kemana?"

"Aku gak tau. Selain Rania aku gak punya teman lain. Kalo kesana pasti ngerepotin Rania sama orang tuanya, karena adiknya banyak." Jelasnya panjang lebar.

Lalu mereka kembali berjalan, dan sampai disebuah rumah sederhana yang di tempati oleh Akash dan neneknya. Akash membukakan pintu dan menyuruh Vani untuk masuk karena diluar sangat dingin.

Baik luar dan dalamnya sangat sederhana. Hanya ada sebuah televisi berukuran kecil yang di letakkan di atas sebuah meja, dan sebuah karpet yang menjadi alas untuk menonton bersama. Sederhana tapi penuh dengan kehangatan keluarga.

Akash kembali dengan sebuah baju dan celana yang berada di tangannya. " Ini baju gue yang udah kecil, lumayan daripada lo masuk angin."

Vani menerima baju tersebut. "Kamar mandinya dimana?" Tanya Vani pada Akash yang akan ke dapur.

"Ikut gue."

Mereka berjalan ke dapur dan kamar mandi berada tepat disebelah dapur. Akash menunjuk kamar mandi tersebut dan Vani segera masuk ke dalam. Selagi Vani mengganti baju, Akash membuat teh hangat untuk mereka berdua.

Vani keluar. Baju yang melekat di tubuhnya terasa kebesaran dengan panjang diatas lutut dengan celana pendek yang mencapai bawah lutut, padahal baju itu merupakan baju saat Akash masih kelas sembilan SMP. Akash menyuruh Vani duduk beralaskan karpet tersebut, lalu dia menyuguhkan teh nya. Akash mengambil kotak P3K dan duduk berhadapan dengan Vani.

Dimulai dari keningnya, Akash mulai membersihkan, mengobati dan mulai menempelkan plester. Lalu, di bibirnya. Vani meringis saat Akash mulai membersihkan dan mengobati bibirnya.

"Pelan-pelan." Rintis Vani saat Akash menyentuh bibir bagian bawahnya akibat digigit itu. Akash mengobatinya dengan pelan, lalu saat sudah selesai ia melirik ke leher Vani yang sepertinya bekas gigitan itu.

"Ini kenapa?" Tanya Akash seraya menunjuk lehernya sendiri, namun arah pandangnya pada leher Vani. Kali ini Vani tidak menjawab, dia menggeleng dan menutupi lehernya tersebut.

Akash melirik jam yang menggantung, sudah malam hampir jam sepuluh. "Habisin teh nya, gue mau ganti baju dulu" Ucap Akash yang kemudian berdiri untuk berganti baju, walaupun tidak terlalu basah, tetap saja jika dibiarkan akan masuk angin.

Teh Vani sudah habis saat Akash sudah selesai berganti pakaian. Dia lalu meneguk habis Teh nya dan mengantar Vani menuju kamar.

"Maaf kasurnya kecil." Ucap Akash saat Vani duduk di tepi ranjang.

Akash akan berbalik pergi saat Vani memanggil namanya. "Akash," Panggil Vani dan Akash menoleh. "Terima kasih."

Akash mengangguk dan keluar dari kamar saat Vani berbaring. Akash mencuci gelas yang tadi dipakainya dan Vani lalu masuk ke kamar lagi untuk mengambil selimut dan bantal saat Vani sudah tertidur. Dia meletakkan obat yang tadi dibelinya di laci nenek. Dan, berjalan menuju depan televisi untuk tidur.

***

Tbc
See you next Part

Vanilla (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang