Tidak seperti hari biasanya, pagi hari ini suasana kafe lumayan ramai pelanggan hanya untuk sekedar sarapan atau minum kopi. Bahkan, sampai siang hari pun banyak sekali karyawan kantor yang mampir pada jam makan siang untuk minum kopi, atau melakukan melakukan pertemuan bisnis.
Walaupun pemiliknya, tapi Akash tidak hanya bersantai melihat pegawainya kerepotan disaat seperti ini. Akash sedang menyajikan kopi saat Doni, salah satu pegawainya yang sudah berkuliah datang Menghampiri.
Akash memamg membagi shift menurut jam kuliah, atau bahkan jam saat pulang sekolah. Shift pagi, akan diberikan kepada pegawainya yang mempunyai kelas sidang, sore atau bahkan malam, tapi dikarenakan disini banyak yang mengambil kelas karyawan, maka Akash putuskan shift malam akan disini oleh pegawainya yang masih SMA. Akash tidak mau, hanya karena bekerja padanya, mereka semua melupakan tugasnya untuk menimba ilmu, cukup dia yang berhenti sekolah, teman-temannya jangan.
"Bos, ada yang mau ngomong sama lo," Kata Doni saat sudah berdiri di samping Akash. Lalu, dia mendekati Akash. "Itu bos, yang ada di meja nomer tujuh." Bisiknya.
Tanpa kata Akash langsung mengangkat pandangannya dari gelas kopi, ke meja nomer tujuh yang Doni sebutkan tadi. Disana, Akash hanya melihat Alvin yang sedang tersenyum dan melambaikan tangannya.
"Bilang aja gue sibuk," Jawab Akash tanpa menatap lawan bicaranya, tatapannya hanya dia berikan kepada Alvin yang sedang tersenyum miring, seakan menantangnya.
"Tapi bos, dia gak nerima penolakan."
Anjir, kayak nembak cewek aja gak nerima penolakan Batin Akash, lalu memberikan kopi di tangannya dan berjalan untuk menghampiri Alvin.
"Apa kabar?" Sapaan pertama Alvin saat Akash baru saja duduk di hadapannya.
"Mau apa lo?" Tanya Akash to the point, di tidak suka berbasa-basi, apalagi dengan makhluk brengsek seperti Alvin.
"Santai bro," Ucap Alvin, dia menyandarkan punggunya seraya melipat tangan di depan dada. "Kita minum dulu, lo mau pesan apa? Gue traktir."
"Gak usah basa-basi, lo mau apa sebenernya?"
"Tenang, gue lagi nunggu orang. Nah, selagi nunggu lo mendingan ngopi dulu, supaya mata lo lebih seger terus pikiran lo gak semerawut."
Akash diam. Dia tidak menjawab atau meladeni perkataan Alvin. Menit demi menit terlewat hanya dilakukan untuk menatap tajam Alvin, dan saat dia akan beranjak dari tempatnya Alvin berseru.
"Tuh, mereka udah datang." Ucap Alvin saat sepasang suami istri baru saja datang membuka pintu Kafe.
Akash mengerutkan kening, merasa tidak mengenal mereka sama sekali. Lalu, saat Alvin berdiri dan mengatakan bahwa dia adalah suami dari Vani, semua terjadi begitu saja. Mulai dari kemarahan dari Om tadi, sampai dengan tubuhnya yang kesakitan karena pukulan bertubi-tubi yang mengenai tubuhnya.
"BERENGSEK!" Teriakan dari om tersebut semakin menambah ricuh suasana kafe, yang semenjak dia dipukuli menarik perhatian mereka semua, jangan lupa jika kafe hari ini sangat ramai. Bahkan ada yang merekam kejadian hari ini, tapi Akash tidak peduli, dia bahkan tidak mempunyai keinginan untuk membalas pukulan-pukulan tersebut.
"KAMU SUDAH MENGHAMILI ANAK SAYA, DASAR LAKI-LAKI KURANG AJAR"
Sekarang Akash tahu, yang memukulinya sekarang adalah ayah dari Vani. Hal tersebut tentu saja menambah alasan kenapa dia tidak membalas setiap pukulan yang dilakukan kepadanya. Kerumunan bahkan tidak ada yang berusaha untuk menghentikannya. Mama Vani, tante yang ikut bersama dengan Papa Vani bahkan berulang kali berteriak memintanya untuk berhenti.
![](https://img.wattpad.com/cover/258174357-288-k500166.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilla (COMPLETED)
Novela JuvenilHamil sebelum menikah apalagi saat SMA, Vani tidak pernah merencanakannya. Terpikirkan pun tidak. Rencana untuk masa depannya sudah tersusun rapi walaupun orang tuanya yang merencanakan. Tapi sekarang ia hamil dan Alvin yang seharusnya bertanggung j...