Happy Reading ♥️
Akash terbangun dari tidurnya yang memang tidak nyenyak, saat dia mendengar teriakan dari arah kamarnya yang saat ini ditempati oleh Vani. Dia bergegas untuk melihat ke arah Vani yang tidak berhenti berteriak meminta tolong. Dan, masih sebuah keberuntungan nenek tidak bangun karena mendengar teriakan dari Vani, karena nenek Akash memang sudah tidak bisa mendengar dengan jelas sejak dua tahun belakangan, dan harus menggunakan alat bantu dengar.
Akash membuka pintu kamar dan melihat Vani berusaha melepaskan tubuhnya seakan memberontak padahal tidak ada siapa-siapa, Vani juga tidak berhenti menangis. Akash bergegas membangunkannya, mengguncang tubuh Vani yang seakan tidak mendengar perkataan darinya.
"Vani," Panggil Akash seraya mengguncang tubuh Vani, lalu menepuk kedua pipinya pelan. "Hei, ini gue. Ini gue. Akash." Ucap Akash seraya mengguncang tubuh Vani lumayan kencang sehingga Vani bangun dari tidurnya.
Vani mengerjapkan matanya, nafasnya memburu dia meneliti kamar yang sedang ditempatinya. Bukan kamar miliknya. Lalu pandangannya jatuh pada seseorang yang saat ini sedang memegang kedua pundaknya.
"Akash?" Tanya Vani setelah sadar dan dalam keadaan duduk. Dia langsung memeluk Akash saat itu juga dan tangisnya tidak berhenti bahkan setelah Akash memenangkannya dengan menepuk punggungnya. "Tadi... Tadi... tadi Alvin datang ke sini." Ucap Vani seraya mendongak memandang Akash yang saat ini mengelap keringat yang ada di dahinya.
"Gak ada. Gak ada siapa-siapa, cuma ada lo sama gue. Lihat." Kata Akash, dia mengedarkan pandangan mencari seseorang yang sekiranya ada disini. Dia juga membuat Vani melakukan hal yang sama untuk membuktikan bahwa disini memang tidak ada siapa-siapa. "Sekarang lo tidur lagi." Ucap Akash dan membaringkan Vani untuk kembali tidur.
Saat Akash akan berdiri Vani mencegah kepergiannya. Memegang tangan Akash agar tidak pergi dari sini. "Nanti dia kesini lagi. Please, jangan tinggalin aku sendiri. Gimana kalo nanti kamu pergi dia balik lagi?" Tanya Vani dengan mata yang terus saja meneliti kamar Akash.
"Gak akan. Gue jaga di luar, ok? Sekarang lo tidur lagi."
Vani kembali duduk. "Kalo gitu, Aku ikut kamu." Kata Vani, dia segera turun dari ranjang dan berdiri berhadap-hadapan dengan Akash. "Aku mau tidur di luar."
"Tapi di luar dingin." Kata Akash mencoba meyakinkan Vani.
"Tapi disini takut Alvin datang lagi." Balas Vani yang membuat Akash menghela nafas.
Kemudian Akash keluar kamar dan Vani mengikutinya di belakang. " Lo tidur di situ." Ucap Akash, dia memberikan bantal dan selimut yang tadi di pakainya pada Vani.
"Terus kamu tidurnya pake apa?" Tanya Vani yang keheranan karena Akash memberikan selimut dan bantal yang dipakainya tadi, sedangkan Vani tidak membawa bantal dan selimut dari kamar Akash.
"Jangan pikirin gue. Sekarang lo tidur, nanti keburu siang."
Itu adalah kalimat Akash beberapa menit yang lalu, dan saat ini dia sedang membawa Vani yang tertidur pulas kembali memasuki kamarnya. Akash memilih opsi tadi karena itu lebih baik dari pada menemani Vani di dalam kamar yang hanya berisi mereka berdua.
Dengan perlahan Akash membaringkan Vani, takut jika tidak seperti itu akan membangunkan Vani yang bahkan terusik saat Akash akan menarik lengannya yang menjadi bantalan kepalanya. Setelah selesai, dia kemudian memakaikan selimut untuk Vani sampai batas dada.
Akash keluar dari kamar dan menutup pintu dengan perlahan, saat dia melihat jam dinding sudah hampir jam tiga dini hari. Akash bimbang antara lanjut tidur atau tidak, dia kemudian mengambil ponselnya yang tadi habis daya dan menelpon seseorang untuk menanyakan tugasnya.
"Gimana?" Tanya Akash pada orang diseberang sana. Dan dia menghembuskan nafasnya, merasa lega karena tidak terjadi apa-apa pada Alvin.
Akash memang bukan cowok baik, tapi saat Alvin tidak berdaya tadi dia langsung menelpon Restu untuk mengantarkan Alvin ke rumah sakit karena Akash takut keadaanya akan parah jika tidak segera di tolong dan tadi Akash menelpon Restu untuk menanyakan keadaannya. Kata semua baik-baik saja seolah cukup untuk membuat Akash tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan Alvin.
Sekarang Akash hanya tinggal memejamkan mata dan kembali tidur. Tapi, itu seakan bukan waktu untuknya tidur karena dia mendengar pecahan gelas dari kamar neneknya. Dengan kembali tergesa Akash membuka pintu kamar nenek yang memang tidak pernah terkunci. Di sana nenek sedang berusaha mengambil minum, namun gelas itu terjatuh dari tangannya.
"Nek, nenek gak apa-apa 'kan?" Tanya Akash seraya mendudukkan kembali neneknya diatas kasur. Dia kemudian membereskan pecahan kaca yang berserakan dibawah ranjang. Akash memungutnya bahkan sampai pada pecahan paling kecil agar tidak mengenai kaki nenek.
Dia kemudian membawa sapu dan serokan untuk membersihkan beling yang tidak bisa di sentuh oleh jari, dan segera ke dapur untuk membuangnya dan membawakan nenek segelas air minum yag baru.
"Nenek beneran gak apa-apa?" Akash bertanya lagi, tapi kali ini dia bertanya secara perlahan, takut nenek tidak mendengar dengan jelas.
"Gak apa-apa. Nenek haus mau minum, terus gelasnya jatuh pas nenek ambil." Ucap nenek pada Akash yang menghela nafas lega.
Lalu Akash menyodorkan gelas baru yang terisi air minum dan memberikannya pada nenek. Airnya hanya tinggal setengah dan nenek kembali melanjutkan tidur. Malam ini Akash tidak tahu harus menyebutnya apa, malam yang panjang? Atau justru malam yang singkat?
Sekarang Akash sepertinya tidak akan tidur, jadi dari pada hanya termenung dia mulai membersihkan rumah, mulai dari menyapu lantai, mengepel bahkan mencuci baju.
Matahari sudah terbit saat Akash selesai menjemur pakaian. Dia kemudian membuatkan sarapan untuk nenek dan Vani. Seperti biasa, nenek hanya makan bubur dan makanan lembek lainnya. Sedangkan untuk Vani, Akash hanya akan membuatkan nasi goreng dengan telur mata sapi.
"Nenek kira kamu masih tidur." Perkataan nenek pagi ini mengejutkan Akash yang sedang membuat sarapan.
Akash tersenyum dan membuatkan nenek secangkir teh hangat yang selalu menemani pagi nenek. "Kalo masih tidur, siapa dong yang buat sarapan?" Tanya Akash menggoda nenek.
Akash Membenarkan alat bantu dengar yang tidak terpasang dengan benar di telinga nenek. Dia kemudian duduk berhadapan di meja makan yang menjadi sekat antara ruang tv dan dapur. Sarapan sudah tersaji dan nenek dengan segera memakan makanannya.
"Tadi nenek ke kamar kamu," Ucap nenek menggantungkan kalimatnya seraya berpikir tentang kalimat selanjutnya. "Kalo kamu lagi masak, terus siapa yang masih tidur?"
Dan, pertanyaan nenek selanjutnya membuat Akash tersedak air yang sedang diminumnya.
***
Tbc
See you next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilla (COMPLETED)
Fiksi RemajaHamil sebelum menikah apalagi saat SMA, Vani tidak pernah merencanakannya. Terpikirkan pun tidak. Rencana untuk masa depannya sudah tersusun rapi walaupun orang tuanya yang merencanakan. Tapi sekarang ia hamil dan Alvin yang seharusnya bertanggung j...