Hai, masih ada yang nunggu cerita ini gak?
Ya, walaupun gak ada yang jawab
Aku cuma mau ngucapin terima kasih buat kalian yang selalu vote dan komen cerita ini.
Aku semangat karena vote dan komen dari kalian.Happy Reading ♥️
Pernikahan yang dilaksanakan hari ini berjalan lancar, walaupun tidak dihadiri oleh orang tuanya, Vani tetap bersyukur karena Rania menyempatkan diri hadir disini. Dan yang paling membuatnya bersyukur adalah cowok yang mau menikahinya bahkan dengan keadaannya yang sedang mengandung. Air mata luruh saat ijab kabul dilakukan dan serentak semuanya mengucapkan Sah.
Hari ini Vani terlihat sangat cantik walupun dengan kebaya sederhana, wajahnya pun hanya dipoles make up seadanya oleh tante Nia tapi tetap saja Vani sangat cantik. Bahkan, tadi Akash sempat tidak berkedip saat pertama kali Vani keluar dari kamar.
Vani bahkan ingat saat tadi Akash mengecup keningnya setelah dinyatakan sah sebagai suami istri, perasaan hangat karena dihargai membuatnya tidak kuasa menahan tetesan air mata, teringat perlakuan Alvin padanya selama ini.
"Ah, gue masih gak nyangka lo udah nikah," Ucap Rania saat semua orang mulai pergi dari rumah. "Selamat ya kalian berdua, dan gue juga turut berduka cita buat nenek lo Kash, maaf gue gak hadir waktu itu." Lanjutnya dengan nada penyesalan.
"Iya." Jawab Akash memaklumi, lagipula dia dan Rania tidak begitu dekat walaupun teman sekelas.
"Van," Panggil Rania yang membuat Vani menoleh padanya. "Kalo gitu gue balik ya, soalnya nyokap sama bokap mau keluar kota."
"Makasih ya Ran, hati-hati dijalan."
Langit sudah berubah berwarna jingga saat Vani dan Akash sedang dalam perjalanan menuju rumah barunya, pemberian dari nenek, mereka diantar oleh Om Ibra dan Tante Nia yang malam ini akan pulang ke Bandung. Akash sangat bersyukur dengan kehadiran Om Ibra dan Tante Nia yang mau membantunya mempersiapkan acara pernikahan tersebut.
Mereka sampai disebuah rumah lantai satu yang sederhana, namun halamannya cukup luas dengan dibatasi pagar sepinggang. Banyak sekali tanaman yang tumbuh di sekeliling rumah, mulai dari pohon jambu hingga bunga mawar yang membuat Vani ingin segera menyiram bunga-bunga tersebut.
Saat memasuki rumah, Vani meneliti ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga karena di sana terdapat televisi, satu set sofa beserta meja dan beberapa bingkai foto pernikahannya tadi membuat Vani mengerutkan kening.
"Tadi tante yang nyuruh orang buat beresin rumah terus pajang foto itu." Perkataan tante Nia seakan bisa menjawab pertanyaan yang Vani utarakan dalam hati. "Ayo!" Ajak tante Nia, mereka menuju dapur.
Di dapur Vani dibuat terkejut dengan peralatannya yang sangat lengkap. "Tante tahu kamu itu pinter masak, jadi ya... itu, tante nyuruh orang juga buat beli peralatan memasak supaya kamu bisa masakin suami kamu makanan enak."
Mendengar kata suami, Vani sedikit tidak percaya bahwa dia sudah menikah lalu dia teringat Akash, yang tidak dilihatnya saat pertama kali memasuki rumah ini. "Akash sama om Ibra kemana tan?" Tanya Vani pada Tante Nia yang mengajaknya menuju kamar.
"Itu," Tunjuk tante Nia pada dua orang yang sedang berbincang seraya memindahkan barang bawaannya. "Mas, kita jadi pulang sekarang?" Tanya tante Nia, dia menghampiri om Ibra yang sedang berdiri di samping Akash.
Jam sudah menunjukkan pukul enam empat puluh lima saat mereka berempat keluar rumah. "Om, tante, Makasih ya." Ucap Vani tulus pada mereka berdua.
"Makasih buat apa sayang?" Tanya tante Nia lembut seraya mengelus puncak kepalanya.
"Makasih buat semuanya, kalo gak ada om sama tante kami gak tahu pernikahan ini berjalan lancar atau nggak." Sekarang Akash yang menjawab pertanyaan tante Nia, dia juga perlu berterima kasih karena kehadiran mereka berdua seakan menggantikan kedua orang tuanya dan kedua orang tua Vani sekaligus.
"Perasaan kami berdua gak bantu apa-apa," Om Ibra maju, dia menepuk pundak Akash. "Kamu yang mempersiapkan semuanya, Om sama tante cuma berharap kamu bisa menjadi suami dan ayah yang baik buat Vani."
"Iya om."
"Kalo gitu, kami pamit ya." Tante Nia melepaskan pekukannya dengan Vani, dia kemudian memasuki mobil dan melambaikan tangan pada Akash dan Vani yang masih setia menunggu. "Bye."
"Hati-hati dijalan om, tante. Nanti main kesini ya."
Lalu, perlahan mobil yang dikendarai oleh Om Ibra pergi meninggalkan halaman rumah ini. Mereka berdua memasuki rumah, dan berjalan menuju kamar.
"Lo mau mandi?" Tanya Akash yang sekarang sedang mencari pakaiannya yang masih belum dibereskan ke dalam lemari.
"Iya, tapi nanti aja Aku mau beresin baju dulu."
"Gue bantuin."
"Gak usah," Vani mencegah Akash yang akan kembali meletakkan pakaiannya. "Kamu mandi aja, biar aku yang beresin."
"Gue mau bantuin."
"Gak usah, kamu mandi aja. Lagipula ini sedikit doang kok."
"Yaudah." Akash akhirnya menyerah dan memasuki kamar mandi.
Sedangkan Vani sibuk membereskan pakaian yang masih berada dalam tas tersebut. Vani selesai membereskan semua barang-barangnya saat Akash keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar.
Sekarang giliran Vani yang memakai kamar mandi, tidak butuh waktu lama tapi Vani ingin berlama-lama. Ini malam pertama pernikahannya dengan Akash, walaupun dia yakin Akash tidak akan berbuat macam-macam, tetap saja Vani merasa gelisah, karena ini malam dimana mereka sudah resmi menjadi suami istri.
Dengan menguatkan hati dan tekad, Vani keluar dan tidak mendapati siapa-siapa di dalam kamar. Dia mendengar suara televisi yang menyala dengan Akash yang menjadi penontonnya. "Kamu gak tidur?" Tanya Vani, dia berdiri dibelakang sofa yang di duduki Akash.
Vani tahu, ini masih terlalu awal untuk tidur. Jam masih menunjukkan pukul delapan limabelas menit, tapi acara pernikahan dan pindah rumah membuatnya lelah dan mengantuk.
"Gue tidur disini. Lo kalo mau tidur, tidur aja." Ucap Akash, dia melirik Vani sekilas sebelum kembali menonton televisi.
"Kamu serius mau tidur disini? Gak dikamar aja?"
"Kamar mana?" Akash balik bertanya seraya membalikkan posisi tubuhnya menghadap Vani.
"Kamar mana aja." Jawab Vani.
"Disini cuma ada satu kamar."
"Eh, masa?" Tanya Vani , lalu mengedarkan pandangan, di dalam rumah ini hanya terdapat ruang keluarga plus tuang tamu yang luas, dapur dengan meja makan dan kamar mandi, lalu satu pintu kamar yang baru saja menjadi pintu keluar baginya ke ruang tamu. Vani meringis. " Iya, cuma satu."
Akash geleng-geleng kepala melihat tingkah polos Vani tersebut. "Lo tidur aja, gue udah bawa selimut sama bantal buat tidur disini."
"Kalo gitu aku tidur duluan ya. Selamat malam." Ucap Vani lalu masuk ke dalam kamar.
"Malam." Jawab Akash lalu mematikan televisi dan mulai berbaring. Hari ini cukup lelah karena mereka harus pindah rumah, sementara rumah disana diberikan kepada seorang ibu dan anak seperti yang nenek inginkan. Dan malam ini, dirumah baru Akash harap bisa tidur nyenyak.
***
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilla (COMPLETED)
Teen FictionHamil sebelum menikah apalagi saat SMA, Vani tidak pernah merencanakannya. Terpikirkan pun tidak. Rencana untuk masa depannya sudah tersusun rapi walaupun orang tuanya yang merencanakan. Tapi sekarang ia hamil dan Alvin yang seharusnya bertanggung j...