30. Hilangnya Ego

6.1K 380 18
                                    

Maaf banyak typo!

"Gue bilang juga apa? Vani itu adek gue." Ucap Riko, dokter yang tadi mengatakan bahwa Vani adalah adiknya.

"Tapi, muka lo gak bisa di percaya. "Balas Akash tidak kalah sengit.

"Apa sih yang masih gak lo percaya dari muka ganteng gue?"

Akash tidak menjawab pertanyaan yang tidak bermanfaat tersebut, dia hanya memutar bola matanya malas saat mendengar kenarsisian pria di depannya ini. Saat ini mereka berdua sedang berada di ruangan Vani, melihat pertengkaran dua pria di depannya membuat Vani tersenyum seraya menggelengkan kepala. Lalu, tak lama perawat datang bersama bayinya. Vani tersenyum hangat saat bayi mungilnya berada dalam gendongan.

Seakan sadar Riko segera beranjak dari tempat duduknya. "Mas mau lanjut kerja dulu ya." Kata Riko seraya mengelus puncak kepala adiknya dengan sayang.

Vani tersenyum dan mengangguk, saat Riko hendak pergi meninggalkan ruangan tersebut Akash bertanya. "Eh, berarti Mbak Naya istri lo?"

"Bukan. Dia kakak ipar gue yang kebetulan suaminya dokter juga." Lalu Riko berhenti saat tangannya hendak memutar knop pintu. "Oh iya, kalo bisa kalo panggil kakak ipar itu yang sopan. Panggil abang, ok?" Dan kedipan tanda perpisahan membuat Akash bergidik di tempatnya.

Tidak ingin tambah pusing, Akash menghampiri Vani, dia menarik kursi dan duduk seraya memperhatikan bayi mungil yang sedang terpejam. "Kamu sudah punya nama untuk anak kita?" Tanya Akash, dia lalu mendongak saat merasakan Vani sedang menatapnya.

"Kamu ada saran? Aku belum kepikiran."

Mereka saling melempar pandangan, sebelum Akash kembali berujar. "Aku punya, tapi entah kamu setuju atau enggak."

"Eh, kalau kamu punya saran gak apa-apa. Lagi pula aku memang belum nyiapin nama."

"Chaska Arshiman. Chaska itu artinya anak sulung, sedangkan Arshiman itu pangeran langit. Jadi kalau disatukan artinya Anak sulung pangeran langit." Akash mendongak, dia menatap mata Vani dalam sebelum melanjutkan. "Sedangkan namaku sendiri Akash artinya langit, jadi kamu paham,'kan maksud aku?"

Vani hanya mengerjap sebelum matanya berkaca-kaca, mendapatkan Akash sebagai suaminya adalah sebuah keberuntungan untuk Vani. Selain membantunya menutupi aib, dia juga membuatnya mempunyai tempat bersandar selama ini, disaat diunia bahkan menentangnya.

Lalu, disaat Vani tidak berhenti bersyukur, kali ini Akash juga membuatnya merasa menjadi orang yang paling bahagia di dunia. Walaupun dia tahu bahwa bayi ini bukan anaknya, tapi Akash menyayanginya bahkan memberikan nama yang indah untuk bayinya.

Vani menangis tentu saja, apalagi saat merasakan elusan di puncak kepalanya. Dia mendongak, melihatAkash ang sekarang sedang tersenyum tulus. "Kamu hebat." Kata Akash. "Kamu wanita hebat yang gak pernah mengeluh tentang apa yang terjadi selama ini, aku beruntung dan pilihanku untuk menikahi kamu gak salah."

Akash membawa Vani ke pelukannya. Dia memberikan kecupan di puncak kepalanya lalu menghapus air mata yang tidak kunjung berhenti sedangkan Vani tidak mengucapkan sepatah kata pun.

"Udah ya, jangan nangis."

Tidak menuruti ucapan Akash, tangis Vani tidak berhenti walaupun tanpa suara. "Aku beruntung banget nikah sama kamu. Bukan cuma membantu, kamu memperlakukan aku dengan baik," Vani sesenggukan, sebisa mungkin dia mencoba melanjutkan walaupun terbata. "Kamu bahkan anggap bayi aku anak kamu juga kam-"

"Chaska memang anak kita. Aku nikahin kamu otomatis anak yang ada di kandungan kamu juga anak aku. Gak peduli walaupun aku bukan ayah kandungnya, yang penting kamu sama Chaska selalu ada buat aku." Kata Akash, dia kemudian mengambil Chaska yang ada di gendongan Vani.

Vanilla (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang