18. Restoran

5.2K 334 2
                                    

"Gimana keadaan nyokap sama bokap lo sekarang?" Akash bertanya pada Restu, wajah sahabatnya itu penuh dengan kesedihan. Kecelakaan yang dialami oleh papanya, lalu kondisi mamanya yang jatuh sakit membuat Restu seakan kehilangan gairah hidup.

"Kayak yang lo liat tadi," Jawab Restu seraya menghela nafas kasar. "Gue gak tahu kapan bokap sadar dari koma, supaya nyokap gue juga gak drop lagi."

Mereka saat ini sedang berada di kantin rumah sakit, Akash dan Vani baru saja selesai memeriksakan kandungan. Usia kandungan Vani saat ini menginjak delapan minggu, dan ini merupakan kali pertama Vani memeriksakannya karena banyaknya masalah yang menimpanya.

"Gue yakin, bokap sama nyokap lo pasti bakalan sembuh." Ucap Akash.

"Iya, Aku juga berharap yang terbaik buat orang tua kamu." Timpal Vani, dia memberikan senyuman menenangkan agar Restu selalu positif pada kondisi orang tuanya.

"Kalo gitu," Kata Akash seraya berdiri diikuti oleh Vani. "Gue sama Vani balik dulu ya, kalo butuh apa-apa lo tinggal hubungin gue."

Restu mengangguk seraya berdiri, dia mengantar Akash ke luar. "Thanks Ya,"

Akash dan Vani kemudian pergi dan menghentikan sebuah taksi yang berjalan melewatinya. Hari ini mereka akan pergi ke restoran pemberian nenek. Alamatnya sudah diberikan oleh Om Ibra tadi pagi lewat pesan Whatsapp. Tiba disana, restoran tersebut seakan sudah lama tidak dioperasikan. Terlihat dari debu dan banyaknya daun-daun kering yang berjatuhan dari pohon di sebelahnya.

"Bener disini alamatnya?" Tanya Vani, matanya memperhatikan keadaan restoran. "Kamu gak salah' kan?" Lalu perhatiannya sekarang berpusat pada Akash yang mengeluarkan sebuah kunci dari saku celana jeansnya.

"Coba dulu aja." Kemudian Akash membuka gembok yang terpasang disana, dan terbuka. "Emang bener disini."

"Tapi, ini kok kayak gak pernah dipake ya."

"Mungkin aja Almarhum nenek mau kita mulai dari awal." Ucap Akash. Mereka berdua masuk dan debu langsung saja menyambut kedatangannya, membuat mereka terbatuk seraya mengibaskan tangan untuk menghalau debu.

"Terus rencananya kita mau ngapain?" Tanya Vani setelah batiknya reda.

"Pertama, kayaknya kita bersihin tempat ini dulu." Ucap Akash seraya membuka sebuah pintu diujung lorong yang bertuliskan 'Gudang' tersebut. Lalu keluar dengan membawa beberapa alat untuk membersihkan tempat ini. "Lo keluar dulu, gue mau bawa meja sama kursi keluar."

"Aku bantu ya." Tawar Vani yang langsungditolak dengan tegas oleh Akash.

"Lo duduk aja diluar, biar gue yang keluarin meja sama kursinya."

Vani menghela nafas, pasrah. Dia tahu alasan Akash melarangnya pasti karena dia sedang hamil. Vani mengelus perutnya yang belum membesar tersebut lalau keluar mengikuti instruksi dari Akash.

Duduk memperhatikan Akash yang sedang mengeluarkan meja dan kursi membuat Vani haus, jadi dia memutuskan untuk pergi ke mini market setelah Akash memberikannya uang.

"Minum dulu," Ucap Vani seraya menyodorkan sebotol air mineral pada Akash yang sedang duduk beristirahat. "Habis ini bersih-bersih kan?"

Akash meneguk terlebih dahulu air mineral tersebut, lalu mengangguk dengan tangan yang kembali menutup tutup botol itu.

"Gue masih bingung, nanti konsepnya gimana?" Akash bertanya pada diri sendiri. Dia meneliti restoran yang lumayan luas tersebut, semuanya harus dimulai dari awal dan Dia tidak tahu bagaimana cara memulainya.

"Kenapa gak coba renovasi dulu?" Tanya Vani, dia memandang banyaknya kursi dan meja yang telah dikeluarkan oleh Akash. "Bukannya Om Ibra ngasih modal buat renovasi ya."

"Tapi kayaknya gue mau ubah semuanya, mulai dari dekorasi, menu, pokoknya semua. Lo ada ide kita buat jadi apa tempat ini?"

"Kamu bisa buat kopi kan?" Akash menjawab pertanyaan Vani dengan anggukan. "Kenapa gak buat kafe aja? Jadi, target kita itu anak remaja yang suka nongkrong" Usul Vani.

Akash berpikir sebentar, kemudian menoleh pada Vani. "Bukannya lo bisa bikin kue? Atau apa gitu?"

"Iya, tapi takut gak enak."

"Coba aja dulu."

"Yaudah, kalo gitu habis dari sini kita belanja dulu buat bikin kue, gimana?"

"Oke."

Lalu setelah beristirahat mereka mulai membersihkan debu-debu yang bersarang ditempat ini. Nanti setelah mereka selesai membersihkan tempat ini, Akash akan menghubungi kenalannya untuk merenovasi restoran ini supaya menjadi lebih kekinian. Tadinya Vani diperintahkan oleh Akash agar tidak perlu membantu, tapi dengan keras kepala Vani tidak mendengarkan. Lagipula, beres-beres seperti ini tidak terlalu berat menurutnya, dengan berkerja sama akan cepat selesai.

Hampir tiga jam dengan Vani yang sesekali beristirahat dan sekarang mereka sudah menyelesaikannya. Akash juga sudah merapikan meja dan kursi didepan restoran, karena besok tempat ini akan di dekorasi. Karena saat ini sudah waktunya jam makan siang, Akash membawa Vani ke tempat Mang Rasman setelah mengunci restorannya.

Jaraknya lumayan jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki, jadi mereka memutuskan untuk naik taksi lagi. "Padahal boros lho kita kalo naik taksi terus." Kata Vani saat sudah berada didalam dan taksi sedang berjalan ke tempat tujuan.

"Tapi gak mungkin juga' kan jalan kaki?"

Vani hanya mengangguk, setelah itu tidak ada yang berbicara diantara mereka sampai mereka sampai ditempat tujuan. Dua mangkuk mie ayam sudah tersaji didepan mata beserta es teh manisnya.

Mereka makan dengan lahap, terlebih Vani yang memang tadi malam menginginkannya.

"Apa perlu beli motor?"

"Hah?" Vani melongo dengan pertanyaan Akash yang entah ditujukan untuk siapa, tapi karena hanya ada mereka berdua sepertinya pertanyaan itu ditujukan untuknya. "Gimana?"

"Ya, kayak yang lo bilang tadi. Kalo kita bolak-balik naik taksi atau kendaraan umum lainnya pasti bakalan boros," Akash menyeruput es teh manisnya sebelum melanjutkan. "Lagipula uang untuk renovasi yang dikasih sama om Ibra kayaknya terlalu banyak. Gimana menurut lo?" Tanyanya.

"Aku terserah kamu aja. Kalo emang uang but renovasi lebih ya beli aja, dari pada boros uang buat bolak-balik."

Mereka kembali melanjutkan acara makannya. Selesai makan mereka memutuskan untuk pulang karena memang tidak ada yang perlu dilakukan lagi. Saat sampai rumah Vani seakan melupakan sesuatu. "Lho, kita'kan belum belanja buat bikin kue."

Akash yang baru saja akan membuka kunci rumah langsung menghentikannya. Lalu menoleh pada Vani yang memasang ekspresi panik. "Lo masuk aja, biar gue yang belanja." Kata Akash yang sudah membuka pintu dan memberikan kuncinya pada Vani.

"Tapi kamu gak tau apa yang harus dibeli."

"Ya, lo tinggal tulis aja."

"Aku ikut aja ya."

"Lo tunggu dirumah aja, biar gue yang belanja. Sekalian mau jalan-jalan, tempatnya deket ko."

"Tapi kamu baru aja nyampe. Belanjanya nanti aja kalo gitu."

"Nanti kirim daftar belanjaannya lewat chat aja."

Tanpa mendapat persetujuan dari Vani, Akash segera berlalu untuk membeli bahan-bahan untuk membuat kue. Saat dijalan dia mendapatkan sebuah chat yang berasal dari Vani, berisi beberapa bahan yang harus dibeli olehnya.

Memasuki toko tersebut, Akash membeli semua yang tertera dilayar ponselnya. Tokonya memang tidak besar, tapi semua yang Akash butuhkan ada disana. Tidak kurang sekalipun, entah karena tokonya yang sangat komplit atau karena bahan yang Vani perlukan tidak terlalu banyak. Akash berdiri di depan pemilik toko untuk menghitung dan membayar belanjaannya. Lalu suara seseorang menghentikannya saat dia akan berjalan keluar toko.

"Akash?"

***

Tbc...


Vanilla (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang