29

913 143 50
                                    

.












.











.













.

"Salam hormat saya, Yang Mulia."






"Kau sudah kembali, Han. Bagaimana keadaan Yeji ku sekarang?"







"....,"







"Kenapa diam?"






"Kesehatan Nyonya semakin menurun, Yang Mulia. Tidak hanya pingsan saja, namun Nyonya juga sering kali mimisan beberapa hari ini."







"Bukankah aku sudah mengirim obat obatan itu ke sana? Apa Doyoung tidak bekerja sama sekali? Hingga membuat Yeji ku bertambah parah?!!!"



"Tabib Kim telah berusaha keras, Yang Mulia. Namun, memang sangat sulit mempertahankan keadaan, Nyonya saat ini. Dan tabib Kim tetap mengajurkan saran yang pernah dibicarakan beliau bersama Anda." Dia menjeda kalimatnya sebelum mengatakan maksud yang sesungguhnya.



"Apa Anda tidak ingin berubah pikiran? Ini untuk kebaikan dan keselamatan Nyonya Yeji, Yang Mulia. " Jisung harap Yongbok akan mengerti maksudnya ini.









"Tidak. Aku tidak akan pernah mengubah keputusan ku. Dia seorang tabib kan?! Harusnya dia tahu lebih banyak untuk menjaga Yeji. Bukan memintaku menyetujui hal tidak masuk akal itu."








"Ini masuk akal, Yang Mulia. Nyonya Yeji mengalami hal ini karena memang seharusnya Nyonya Yeji tidak mengandung di usia sebelia ini. Semua orang pun tahu bahayanya." jujur Jisung menahan dirinya untuk tidak berkata kasar terhadap orang di depannya ini. Jisung itu seorang kakak bagi adik perempuannya. Dan melihat kondisi Yeji, seakan itu mencubit hatinya agar memiliki rasa simpati yang sama seperti adiknya sendiri.






"BUUUKKK.....,"






"Aark..,"






"BUUUKKK..,"





"BUUUUKK....,"




"Uhukk.,"





"Kau menyumpahi kekasih dan anak ku pada kematian?! Kau ingin ku penggal, hah?!!!! Berani sekali kau berkata seperti itu!!!" desis Yongbok dengan mata melotot tajam.











"....." Jisung diam tidak menjawab, dia tidak ingin rajanya bertambah marah.











"Kau  benar-benar  membuat suasana hatiku memburuk. Rasanya aku ingin sekali merajam mu. Tapi kali ini kau selamat dari amarah ku. Berterima kasihlah kepada dua Permaisuri ku yang berhubungan dekat dengan mu."










"...,"








Yongbok mengibaskan jubahnya kesal sekali dan meninggalkan Jisung dengan lukanya begitu saja di depan singgasananya. Jisung menatap kepergian rajanya itu dengan tatapan sedikit dongkol.









Yongbok memang telah menemukan Yeji seminggu setelah kelahirannya pangeran Jeno. Dia bahagia sekali, wanita yang dicarinya selama ini telah di dapatkan nya kembali.





Waktu itu, Yongbok sudah ada rencana membawa Yeji masuk ke dalam istana dan memberikan posisi selir kehormatan untuk dia. Namun, saat kembalinya di istana rencananya berubah. Karena saat mengunjungi Hyunjin dan pangerannya, tiba-tiba saja Hyunjin membicarakan soal adiknya itu.







Mula mula Permaisuri cantik itu menanyakan keseriusan hatinya terhadap dia. Untung Yongbok bisa meyakinkan Hyunjin bahwa dia benar-benar mencintainya. Kemudian setelah menanyakan hal itu, Hyunjin memintanya agar melepaskan dan membiarkan Yeji hidup seperti orang biasa tanpa kekangan dari dia. Jika suatu saat Yeji ditemukan.









Yongbok tentu saja bingung jika dimintai hal seperti itu. Ia memang menyukai Hyunjin dan berharap selalu bisa menyenangkan hati Permaisuri keduanya itu. Namun, dirinya juga tidak bisa melepaskan Yeji yang ia cari susah payah begitu saja kan. Dia tidak mau usahanya menjadi sia sia.










Dan jadilah dirinya memutuskan Yeji akan tetap di simpannya di luar istana. Kalau seperti itu kan, dia seolah sedang menuruti keinginan Hyunjin dan menjaga hatinya. Tapi di saat bersamaan juga, ia masih dapat menggenggam Yeji dalam kuasanya. Bukankah itu ide yang cemerlang? Lagipula Yongbok seorang raja, satu atau dua pendamping saja tidak cukup. Dia butuh lebih.









Lalu masalah soal kehamilannya Yeji. Gadis kecil itu hamil setelah berkali kali digauli Yongbok. Tentunya dengan paksaan pria itu. Tidak mungkin sekali Yeji menyerahkan dirinya begitu saja kepada Yongbok. Walau dirangsang semenggoda apapun itu. Yeji tak kan berpengaruh, ketakutan malah iya. Yeji masih terlalu muda untuk membalas nafsu Yongbok. Lagipula tidak ada di jaman ini, gadis semuda Yeji tahu berbagai hal dewasa.








Gadis yang seumuran Yeji di masa ini masih sangat murni sekali. Biasanya di usia seperti ini mereka mulai belajar hal yang berbau kewanitaan, tatakrama, memasak, bahkan juga diajarkan merajut, atau pun masih banyak gadis yang bermain dan melakukan kegemaran mereka. Tapi soal urusan ranjang? Mana tahu.







Saat ini usia kehamilan Yeji akan menginjak  tiga bulan. Kesehatannya bertambah drop sekarang.  Tubuh kecilnya belum mampu beradaptasi dengan hadirnya janin dalam dirinya. Dia masih terlalu muda untuk mengandung seorang bayi. Yeji lebih sering pingsan dan mimisan karena kehamilannya ini. Apalagi Yeji yang selalu bersedih, tak ada semangat hidup itu, membuat keadaannya semakin parah.









Sebenarnya Doyoung (tabib yang dikirim khusus untuk merawat Yeji) sangat khawatir dengan keadaan Yeji sekarang. Dia sudah pernah menyarankan kepada Yongbok agar lebih baik merelakan calon anaknya itu agar Yeji dapat pulih lagi. Namun pria itu menolak dan tetap bersikukuh ingin mempertahankan anaknya. Meskipun nyawa Yeji lah yang menjadi taruhannya. Yongbok tidak peduli. Dia menginginkan seorang keturunan dari wanita yang dicintainya itu. Apapun resikonya akan tetap ia wujudkan.










Jika ada pertanyaan kenapa Yeji baru hamil tiga bulan? Padahal jika Yeji telah bersama Raja sejak pangeran lahir  setahun lalu? Seharusnya gadis itu sudah melahirkan bukan?









Jawabannya, Yeji bahkan belum mendapatkan tanda bahwa dia seorang wanita saat Yongbok menggaulinya. Dia baru mendapatkannya empat bulan lalu. Dan setelah itu, barulah dia bisa hamil karena digauli Yongbok.


Tbc

Ramein kuy

Ramein kuy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HwangieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang