04

1.4K 189 6
                                    

.




.





.

Jisung duduk dengan wajah menghadap ke bawah. Memang suatu keharusan yang dia lakukan jika bertemu dengan anggota keluarga kerajaan. Tanpa ijin dari mereka, memandang langsung wajahnya itu merupakan suatu pelanggaran.

"Apa kau sudah berhasil Han?" Tanya pria dengan pandangan tajam itu masih dengan posisi awalnya. Duduk santai minum arak beras nya dengan dikelilingi para wanita nya.


"Maaf tuanku, penyidik Hwang sama sekali tidak mau memberi tahu di mana putri nya berada. Siksaan yang anda perintah kan itu tak membuat nya gentar tuan."

"Begitu kah?" Tanya nya lagi berdecih tak suka.

"Benar tuanku."

"Prajuritmu juga apa belum menemukan nya?"

"Belum tuan ku."

"Baiklah.., aku tidak mau menunggu terlalu lama untuk mendapatkan mutiara ku itu. Bunuh saja tua bangka itu jika dia memang tak mau buka mulut. Dan setelahnya kau pimpinan lah mencari Yeji ku! Aku yakin kau tidak akan menge mengecewakan ku kan Han."


"Segera saya laksanakan tuan ku." Kemudian Jisung perlahan mengundurkan diri dan pergi dari ruangan tuannya tersebut.

.



.



.




.





.






.






.

"Aku tidak mau pergi tanpa mu kak. Kakak satu satunya keluarga ku yang masih bersama ku. Bagaimana pun pastinya aku tidak tahu keadaan orang tua kita di sana? Seperti yang kakak bilang kalau Yang Mulia itu kejam, bisa saja beliau telah menghukum ayah dan ibu. Aku tidak mau ditinggal lagi. Aku mohon biarkan aku bersama mu kak."

"Kita harus berpisah Jie..!!! Jika kita tetap bersama akan sia-sia pengorbanan orang tua kita. Kamu harus pergi jauh dari sini. Kamu tidak mau kan dijadikan gundik nya si bengis itu?!" Hyunjin mencoba melepaskan tangan adiknya yang memegang erat baju nya.


"Aku tidak mau kak...,"

"Oleh sebab itu pergi lah! Segera menjauh dari sini! Jisong juga akan ikut bersama mu nanti."


"Lalu bagaimana dengan mu kak? Jika Jisong bersama ku, siapa yang menjaga mu?"

"Kamu jauh lebih membutuhkan Jisong ketimbang diri ku. Kamu tenang saja, aku bukan lah seorang yang lemah. Kamu tahu kan sampai di mana kakak mu ini?"

"Tapi mereka memiliki prajurit yang banyak kakak ku. Bagaimana kamu bisa melawan nya sendiri? Bagaimana kalau kakak sampai terluka parah? Hiks, siapa yang akan menolong kakak?" Yeji mulai terisak gadis itu sudah amat ketakutan.


Ia tak mampu menghadapi tekanan ini. Dia belum pernah mengalaminya. Karena ya, selama ini ia di besar kan dalam lingkungan yang damai tanpa dorongan dari pihak manapun.

"Yakinlah aku bisa, Jie. Aku janji setelah ini akan segera menyusul mu."

"Kakak akan selamat kan?" Yeji meremat kuat pergelangan tangan kakaknya yang ia genggam. Ia sangat berharap lebih. Memang apa yang gadis kecil seperti diri nya ingin kan selain keluarga nya. Tidak ada kan?

"Aku pasti selamat dan kembali, Jie." Hyunjin mengusap air mata yang meleleh di pipi adik nya tersebut.

"Sekarang bergegas lah  pergi. Masih ada beberapa jam lagi, sebelum prajurit itu tiba di sini."

Ya Hyunjin berhasil membawa Yeji menjauh dari tempat tinggalnya bersama pelayan nya. Dan kini mereka masih sembunyi. Hati Hyunjin tak tenang setelah meninggalkan rumah nya semalam. Dia terus memikirkan keadaan orang tua nya. Yang entah seperti apa nasib nya. Karena ia tahu sebelum dia jauh dari rumah semalam. Jeongin, pelayan nya memberi tahu bahwa ada prajurit kerajaan yang menjemput kedua orang tua nya entah apa tujuannya. Setelahnya, Jeongin kembali lagi ke rumah tuan nya.


"Tuan muda..,"


"Pergilah Jisong, jaga adik ku."



"Bagaimana dengan anda? Mereka bukan lah orang orang yang mudah terkalahkan tuan." Jisong juga ikut khawatir dengan apa yang terjadi pada tuan muda nya nanti jika kembali ke rumah.


"Aku tahu, oleh sebab itu aku menyuruh mu untuk pergi bersama adik ku. Jadi ku mohon ikutlah menjaga adik ku. Dia harus selamat Jisong."

"Eunha..,"

"Iya tuan."

"Tolong titip adik ku ya. Kalian semua harus lolos dari kejaran para prajurit ini. Usahakan lah Yeji terbebas dari mereka."

"Saya akan mempertaruhkan seluruh jiwa raga saya tuanku."

Setelah mengatakan nya Hyunjin benar benar melepas genggaman sang adik dan pergi menjauh dari tempat persembunyian nya.

"Aku takut Jisong ah.., bagaimana kalau semua nya ketahuan."

"Aku yakin ini akan berhasil nona muda."

Tbc

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HwangieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang