10

1.3K 172 23
                                    

.20112020

.








.











.








.







.

"Braaakkk....,"


"Yang mulia....," Pekik wanita paruh baya itu terkejut melihat ruangan yang semula indah ini berubah bak pembuangan sampah. Berantakan sekali.


Sedangkan yang dipanggil Yang Mulia itu tak mengindahkan. Malah melempar lagi benda di depannya hingga membuatnya hancur berkeping-keping bertubrukan dengan kerasnya lantai. Setelahnya ia terjatuh dengan posisi duduk. Matanya menatap kosong ke depan. Jejak air mata masih terlihat jelas di sana. Riasan wajahnya pun terlihat berantakan.



"Yang Mulia...,"  Wanita paruh baya itu mendekat.



"Hiks.., apa kurang ku Dayang Kim?! Kenapa lagi dan lagi Yang Mulia Raja berpaling dari ku?" Tanya nya masih tetap pada posisinya.



"Tidak Yang Mulia Ratu. Yang Mulia Raja tidak...,"


"Bohong..!!!! Kau jangan mencoba menutupinya Dayang Kim!!! Aku tau semuanya. Aku tahu hiks.., aku tahu Rajaku. Cintaku mengangkat selir istana lagi. Yang Mulia berpaling lagi dariku, hiks...," Wanita cantik dengan balutan hanbok merah muda itu menangis tersedu.


Eunjin terdiam tak bisa menjawab apa yang dikeluhkan majikannya itu. Iya sedih melihat wanita cantik itu menangis lagi untuk suaminya yang tak pernah berhenti menyakiti hati nya. Ia tak tahu cara apalagi yang bisa ia gunakan untuk menghibur nyonya nya itu.


"Dayang Kim.., apa yang dipandang Yang Mulia terhadap wanita wanita di luaran sana? Kenapa Yang Mulia sampai bisa terpesona oleh mereka?! Apa yang mereka miliki dan tidak aku miliki?" Sang ratu menghadap kepada Eunjin.



"Yang Mulia Permaisuri tetaplah yang terbaik. Tidak ada wanita yang lebih indah daripada anda, Permaisuri. Anda wanita yang tinggi derajatnya tak bisa di samakan dengan wanita di luar sana." Jawab Eunjin.



"Tapi kenapa Yang Mulia tak bisa memberikan pandangannya hanya untukku, Dayang Kim?! Kenapa?!" Suaranya terdengar amat putus asa sekali.

.




.




.





.

"Hiks.., ini semua salahku. Ini semua gara gara aku, Jeongin. Ayah, Ibu, kakak tidak mungkin mengalami keburukkan itu jika bukan karena aku. Hiks..., mereka meninggalkan ku. Hiks.., sekarang aku sendirian." Tangis Yeji setelah mendengar bahwa kakaknya di jatuhi hukuman pancung oleh raja mereka.

"Nona...,"

"Apa arti hidupku jika aku sendirian. Aku kesepian tanpa kehadiran mereka, Jeongin. Hidup tidak ada artinya lagi, hiks." Ratap Yeji menangisi nasib keluarga nya.

"Nona, anda tidak boleh mengatakan hal itu. Setidaknya, Nona tetap harus menjalani hidup ini untuk menghargai pengorbanan Tuan Hwang, Nyonya Hwang dan Tuan muda Hwang. Mereka telah mempertaruhkan kehidupan nya untuk anda, Nona."

"Braaakkk...," Pintu terbuka dengan keras dan menampakkan Jisong yang berlari tergopoh gopoh dari luar.

Dia kemudian lekas bersujud meminta maaf kemudian duduk bersila dengan napas yang masih tersendat sendat.

"Nona.., saya membawa berita bahagia untuk anda."

"Berita bahagia apa, Jisong?! Aku masih bersedih tentang kabar hukuman yang dijatuhkan kepada kakak ku. Tidak ada satu hal pun sekarang yang bisa membuatku bahagia." Tandas Yeji dengan muka murung.



"Tidak, Nona. Anda salah, Tuan Muda masih bernapas sampai saat ini."

"Maksud mu?!" Yeji bertanya terkejut.

"Yang Mulia Lee meringankan hukuman untuk Tuan Muda Hwang. Saat ini Tuan Muda sudah di kirim ke tempat pengasingan. Jika kita tahu di mana letaknya. Kita akan bisa membebaskan Tuan Muda, Nona." Jelas Jisong dengan wajah yang sumringah.

"Benarkah itu Jisong?! Kau sedang tidak bercanda?!"

"Iya Nona."

"Kakak, tunggu aku. Bertahanlah sedikit lagi, terima kasih kakak masih tinggal di sini." Guman Yeji dengan deraian air mata haru.

Tbc

Senyumnya nagih banget😘❤

Senyumnya nagih banget😘❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


HwangieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang