34

961 127 2
                                    

.

.

.

Yeji masih belum sadarkan diri setelah melahirkan. Keadaannya  memang sangat lemah. Berlari dari kejaran para prajurit berhari hari, juga tak ada asupan makanan yang masuk membuatnya begini. Apalagi dia baru saja mengunakan seluruh tenaga nya membawa pangeran hadir di dunia. Jadi bisa dibayangkan betapa lemahnya keadaannya saat ini.


Yeji di bawa ke istana masih dalam keadaan pingsan. Bahkan dirinya tidak mengetahui bahwa  Youngbok langsung menganugerahkan gelar huibin, selir resmi  kepada Yeji sesampainya di istana. Alasannya tentu sangat dapat di terima. Karena memang Yeji telah melahirkan  pangeran untuk Yongbok. Hal itu memicu para selir Yongbok yang lainnya langsung memasang permusuhan terhadap selir baru itu. Dan membuat Hyunjin sakit hati karena merasa akan kehilangan perhatian suaminya. Hyunjin tidak mengetahui bahwa selir baru itu adalah adiknya sendiri.


Yeji terbangun dari pingsannya dan menatap bingung tempatnya berada. Tempat yang berbeda jauh dari sebelumnya. Kamar ini terlihat luas dan indah. Banyak hiasan juga guci mahal terpajang di sini.



"Di mana aku..?"



"Sreeekkk....,"




"Selir Hwang.., Anda telah sadar." Pekik Doyoung yang membuka pintu. Buru buru ia mendekat dan memeriksa keadaan Yeji.


"Di mana anak saya, tabib Kim?"






"Pangeran baik baik saja selir Hwang. Pangeran aman, anda tenanglah dan beristirahat agar cepat pulih."





"Saya ingin melihatnya sekarang, tabib!"





"Baiklah.., jika itu kehendak Anda. Saya akan memberitahukan pengasuhnya untuk membawa pangeran ke hadapan selir Hwang sekarang. Saya permisi...,"



"Tunggu..,"




"Iya, Selir Hwang."




"Apa terjadi sesuatu? Kenapa Anda memanggil saya selir Hwang? Apa saya...?"





"Benar, selir Hwang. Yang Mulia telah menganugerahkan gelar huibin untuk, Anda."




"Huibin?"





"Benar, selir Hwang."

.



.




.





.

Semenjak pengangkatan selir baru seminggu yang lalu itu Hyunjin sangat bersedih sekali. Dia jarang mau menerima tamu di paviliunnya. Dia hanya membiarkan pangerannya saja yang bertemu dengannya. Selain itu dia lebih suka menolaknya. Dia masih terlarut dalam perasaannya. Dan dia pikir menyendiri sementara itu untuk mengobati rasa sakit hatinya.





"Permaisuri Hwang, tabib Kim ingin meminta ijin bertemu dengan Anda. Apakah Anda memperbolehkan nya?"

"Saya belum menerima tamu saat ini, dayang Shin."


"Baik, Permaisuri."

"Saya mohon, Permaisuri mengijinkan hamba bertemu dengan Anda sekarang." sahutan pria lain terdengar tak lama setelahnya. Hyunjin kira itu pasti adalah tabib Kim.


"Kenapa Anda ingin sekali bertemu dengan saya, tabib Kim? Anda ingin membicarakan apa?"


"Ini penting Permaisuri. Saya mohon ijinkan saya bertemu dengan Anda."

"Baiklah.., dayang Shin bukakan pintu untuk tabib Kim."

"Baik, Permaisuri."

Begitu pintu terbuka tabib Kim yang biasa bergerak tenang itu malah terlihat gelisah menghampiri Hyunjin.




"Salam hormat, Permaisuri."





"Silahkan duduk."




Doyoung segera duduk di depan sang Permaisuri.

"Ada masalah penting apa yang ingin Anda bicarakan bersama saya, tabib Kim? Sepertinya sebelum ini saya bahkan belum pernah bertemu dengan Anda." tanya Hyunjin terheran.

"Tentang masalah selir Huibin, Permaisuri."

"Huibin? Saya tidak  dekat dengan Huibin. Kenapa tiba-tiba ingin membicarakan Huibin dengan saya, tabib Kim?"

"Bukankah Anda saudaranya selir Huibin,Permaisuri?"

"Maksud Anda?"  Hyunjin terkejut dengan kata saudara. Jangan bilang huibin itu adalah adiknya, Yeji. Tidak mungkin itu Yeji, Yongbok telah berjanji kepadanya membebaskan Yeji. Mana mungkin tiba-tiba Yeji menjadi selir.

"Saya memang tidak paham bagaimana hubungan Anda dengan selir Huibin, Permaisuri. Tapi selir Huibin sekarang sedang sakit keras dan terus memanggil saudara kembar Anda, tuan muda Hwang. Karena tidak mungkin saya menghandirkan tuan muda Hwang tanpa ijin Yang Mulia yang tengah berpergian, saya berinisiatif memberitahu Anda agar mau berjumpa dengan selir Huibin. Siapa tahu selir Huibin akan lebih tenang setelah kedatangan Anda karena Anda juga   bersaudara dengan selir Huibin. "


"Apa maksud Anda, selir Huibin itu Hwang Yeji, tabib Kim?"


"Iya, Permaisuri."


"Yeji...," tanpa banyak berkata Hyunjin berdiri dari duduknya dan bergegas keluar dari kamarnya dengan wajah yang memerah dengan aliran air mata yang menghiasi kedua pipinya.


Para dayang kebingungan dengan hal itu. Doyoung pun juga sama. Namun mereka tak banyak berpikir dan langsung pergi menyusul Hyunjin yang berlari ke paviliunnya Yeji.

TBC

HwangieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang