07

1.4K 187 11
                                    

.






.







.







.
Suara riuh langsung terdengar begitu keras menerobos gendang telinga Hyunjin begitu gerbang tinggi di depannya di buka oleh para prajurit. Di depan mata nya nampak ratusan atau bahkan ribuan orang terlihat ricuh berdesakan untuk bisa melihat diri nya.

"Cepat jalan nya...!!" Prajurit yang memegang lengannya di kanan dan kiri menarik dirinya kasar. Membuat dirinya terhuyung ke depan kesulitan menyeimbangkan diri.

Dengan tertatih Hyunjin mencoba berjalan mengikuti tarikan para prajurit itu. Putra dari penyidik Hwang ini beberapa kali hampir jatuh dari posisi berjalannya. Kondisi nya benar benar memprihatinkan. Wajah putih yang biasa tertutup topeng separuh itu kini nampak semua. Namun di hiasi dengan lebam lebam kebiruan. Beberapa bagian pun terlihat membengkak. Seperti di mata dan tulang pipinya. Sudut bibir kering dan pecah pecah nya juga terdapat darah yang mengering. Pelipisnya juga tak jauh berbeda. Hyunjin yang ini benar benar berbeda jauh dari Hyunjin yang sebelumnya.


Sepanjang langkah nya Hyunjin mendengar banyak ratapan kaum miskin yang menangisi hukuman yang dijatuhkan kepada keluarga Hwang. Keluarga yang mereka anggap sebagai malaikat mereka itu harus berakhir di hukum mati begini karena menolak menyerah kan putri mereka kepada sang raja. Tentu mereka merasa amat kehilangan terhadap sosok penolong hidup mereka ini. Di jaman penuh penindasan ini, keluarga Hwang berbeda sekali dengan para bangsawan lain yang suka memeras dan sombong. Mereka dermawan dan sangat bersahaja.


Tapi tak jarang juga Hyunjin mendengar banyak orang orang berpakaian sutra di sepanjang jalan itu menyumpah serapahi keluarga nya, terutama diri nya. Mereka amat bersyukur karena keluarga yang mereka anggap arogan itu kini dimusnakan oleh junjungan mereka. Mereka senang sekali tak kan ada orang lagi yang akan sok mencampuri urusan mereka dengan para pekerja dan budaknya.

Hyunjin tersenyum miris mendengar semuanya. Kebaikan keluarga nya selama ini  dianggap batu sandungan oleh bangsawan lain. Astaga.., bahkan di depan  ayahnya dulu mereka amat hormat dan memuji muji. Ternyata hati mereka mengatakan lain. Busuk..!!!



Semakin lama tempat yang akan digunakan untuk mengeksekusi dirinya di tengah kota ini terlihat jelas. Senyum datar nya tersungging mengingat hidup nya akan berakhir di penggal hari ini. Hukuman itu telah menanti. Ia sama sekali tidak takut. Dia malah menampakkan ekspresi yang terlihat siap sekali menjemput ajalnya.


Ya memang pada kenyataannya, Hyunjin ingin segera berakhir di dunia ini. Ia telah hancur dan tak mampu memperbaiki dirinya lagi. Akan lebih baik jika dirinya segera musna dari bumi ini. Itu akan membuatnya bahagia ketimbang hidup tapi terbayang selalu bagaimana pria tiran menghinakan nya. Ia tak kan sanggup menatap mentari lagi. Ia benar benar merasa amat menjijikkan dan kotor.



Kaki kakinya mulai menampak tangga menaiki tempat eksekusi. Suasana tempat itu terlihat semakin memanas. Terdengar banyak doa yang memohonkan mukjizat untuk Hyunjin. Ada juga yang meminta agar segera memenggal kepala Hyunjin dan menggantung nya di gerbang masuk kota. Biar dikenang sebagai pekhianat raja karena berani membantah.


Yongbok yang berada di sana hanya menanggapi suasana yang menurut nya meriah itu dengan santai. Seringgaian jahat nya tak pernah lelah tersungging di bibir nya. Dengan perasaan yang begitu puas dia menyesap anggur nya yang kini terasa berkali-kali lipat jauh lebih nikmat ketimbang sebelum belum nya. Karena ia dapat menikmati wajah pemberontak nya itu tak bernyawa, kosong, hampa, tak ada harapan lagi.

'Bukankah aku ini raja yang baik hati karena telah mengabulkan keinginan mu agar  segera pergi ke neraka, Hyunjin?' Batin Yongbok mengambil gelas anggur nya yang ke tiga itu.



Di atas sana algojo telah bersiap dengan pedang tajam nya untuk menebas leher Hyunjin. Perintah telah  Yongbok berikan. Hitungan mundur pun telah mulai bergulir. Tinggal beberapa ketukan lagi pedang mengkilat itu menyentuh leher Hyunjin. Namun teriak keras meminta agar hukuman itu di hentikan membuat keadaan berubah rumyah. Apalagi remaja delapan belas tahun itu juga sudah tak mampu bersimpuh tegap lagi. Ia terkulai lemas tak sadarkan diri.

TBC

Ayo dong zheyeng jejak nya,
Gak ada yang mau nyemangatin aku nih?

Ayo dong zheyeng jejak nya,Gak ada yang mau nyemangatin aku nih?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HwangieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang