..
.
Seminggu telah berlalu dan kabar kedekatan raja dengan selir Hwang yang semakin dekat membuat Yoorim semakin teriris hatinya. Perasaan yang ia coba tekan itu malah meledak. Dan dirinya memutuskan menemui Yongbok siang ini untuk melakukan protes.
Ia pikir perasaannya akan lega setelah melakukan ini. Namun ternyata dirinya malah mengundang bahaya untuk dirinya sendiri. Yongbok murka dengan protesan nya dan gelap mata menjadi menyakiti fisik maupun hatinya.
"Kau hanya ingin ku tiduri kan, Yoorim?" suara rendah Yongbok membuatnya takut.
"Saya tidak bermaksud seperti itu, Yang Mulia." Yoorim berusaha menjawab pernyataan Yongbok tenang. Meski keringat dingin sudah terasa di pelipisnya.
"Baiklah kalau itu mau mu. Aku akan melakukannya untuk mu. Kalau terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan setelah ini. Jangan salahkan diriku. Salahkan saja rasa cemburu mu itu." Yongbok menarik Yoorim menempel pada dada bidangnya.
"Dan ku tegaskan sekali lagi. Jangan pernah kau mengganggu Hwangie! Kalau sampai ku dengar kau mencoba mengganggunya dalam bentuk apapun itu. Siap siap saja menerima hukuman dari ku, Ratu."
"Yang Mulia, Sa-ya...,"
"Sreeeekkk....,"
Yoorim terkaget saat tiba-tiba pakaian indahnya di robek begitu saja oleh Yongbok.
"Bruuukk....,"
Belum tuntas terkejut dengan itu, tubuhnya sudah di banting di atas tempat tidur. Membuat seluruh tubuh nya terasa remuk. Karena Yongbok melakukan itu seolah tengah melumpuhkan musuhnya daripada perlakuan seorang suami yang menidurkan istrinya.
TERLAMBAT....!!!!!!
Yoorim terlambat menyadari kemurkaan itu. Tanpa persiapan dan belaian apapun yang membuat dia tenang. Yongbok malah langsung menyatukan dirinya dengan kasar terhadap ratunya itu setelah merobek pakaian dan membantingnya di atas tempat tidur.
"Aaakkkkkkhhhhh....!!! Hiks...., Ya-Yang Muliaaa...!!! Toloongg.., pelanh..., aarrkh....," tangis Yoorim begitu keras.
"Aku tak akan bersikap lembut pada mu saat ini. Terima saja apa yang kuberikan padamu. Jangan menolak dan jangan meminta apapun dari ku."
Yongbok terlalu berigas kali ini dan membuat Yoorim menangis karena rasa sakit atas perlakuan itu.
"Hiks..., Yang Mulia...,"
"Aku bilang buka kaki mu yang lebar. Maka lebarkan juga kaki mu ini, Yoorim. Jangan membuat ku semakin bernafsu menyakiti mu!" Desis Yongbok memaksa kaki Yoorim mengakang lebih lebar untuk nya. Mengabaikan rintihan kesakitan wanita itu.
"Hiks..., sa-saya mohon ampun, Yang Mulia. Ampuni saya, hiks. Tolong berhentiii...," Yoorim menangis memelas belas kasih agar segera dilepaskan. Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi. Yongbok semakin kasar padanya.
"Aku tidak menerima ampun mu, Yoorim. Aku akan tetap melakukan nya hingga kau mengingat ini sepanjang hidup mu dan tak akan pernah lagi meminta apapun dari ku. Apalagi mengurus di mana aku akan tidur."
Yongbok menghentikan perbuatannya itu ketika Yoorim sudah benar-benar pingsan. Baru setelahnya dia menarik tubuhnya dari Yoorim. Kemudian memanggil para dayang yang berada di luar kamarnya agar segera membawa pergi Yoorim kembali ke paviliunnya sendiri.
"Dasar manja dan keras kepala. Dia pikir dia bisa memerintah ku? Cih...,"
.
.
.
Setelah hari itu Yoorim tidak banyak melakukan apapun. Tidak juga meminta apapun dari rajanya itu. Dia lebih senang menyendiri di paviliunnya. Tidak banyak yang ia lakukan selain melamun dan menangis. Ia merasa trauma akan perlakuan buruk Yongbok hari itu. Dan berharap dirinya tidak akan bertemu dengan pria kejam itu lagi. Walau kenyataan tidak mungkin jika dirinya tetap menjadi ratunya Yongbok.
Jika Yoorim menjadi takut dan tidak menginginkan Yongbok. Berbeda dengan keadaan yang dialami oleh Hyunjin. Semakin bertambahnya hari Hyunjin semakin jatuh oleh Yongbok. Perubahan sikap Yongbok yang total terhadap dirinya itu membuat dia semakin nyaman. Yongbok yang tidak pernah lagi berkata kasar kepadanya. Nadanya selalu lembut dan penuh kasih sayang. Tidak pernah sekalipun marah terhadapnya. Meski banyak kesalahan yang ia perbuatan. Pria itu memperlakukan nya amat baik. Sangat memanjakan nya dengan segala hal.
Sekarang Hyunjin sudah seratus persen percaya terhadap pria itu. Dia telah mengubur masalalunya. Melupakan kesalahan besar yang dibuat pria itu. Dan kini sepenuhnya menerima dirinya sebagai pendampingnya pria itu.
"Yang Mulia..., apa Anda akan menemani saya di sini?"
"Aku akan tetap di sini bersama mu. Jadi berjanjilah untuk tetap berjuang dan selamat membawa pangeran. Aku akan bahagia jika kau lakukan itu."
"Saya akan lakukan, Yang Mulia. Tapi Anda jangan pernah meninggalkan saya, Yang Mulia."
"Tidak, tidak akan. Kau harus kuat, Hyunjin."
Yongbok mengusap peluh yang membanjiri kening Hyunjin. Dia merasa sesak melihat selir cantik itu terlihat kesakitan menahan kontraksinya yang akan segera melahirkan. Para tabib masih mengumpulkan obat obatan dan peralatan untuk operasi kelahiran pangeran sejak tadi. Tapi tetap saja bahan bahannya masih kurang dan mereka berusaha keras mencari dan membawanya segera ke istana. Mereka tidak ingin, Nyonya mereka menahan sakit terlalu lama lagi. Pasti itu sangat menyiksa sekali. Mereka tidak tega.
Oh.., ada yang menanyakan kenapa Hyunjin tidak melahirkan secara normal saja? Hey.., bagaimana cara dia melahirkan secara normal ketika dia ini merupakan seorang lelaki. Membayangkan dia hamil pada awalnya saja sudah membingungkan. Apalagi melahirkan bayi secara normal. Itu akan menjadi hal yang lebih gila bukan.
Tbc