Aksa
────
Jauh..
•·················•·················•
❛❛Keheningan dan suara.
Apakah mereka pernah menggenggam satu sama lain?
Erat seperti kita.❞
⚘•·················•·················•
Dua hari setelahnya,, sekitar jam 9 pagi aku, Haechan, Jeje, Sungchan, Felly dan pacarnya Felly merencanakan untuk berkumpul diruang lab untuk mencari peralatan sebagai ganti remedial ujian kimia yang mendapat nilai dibawah KKM kemarin. Pertemuan ini tidak resmi, itu sebabnya Felly berani membawa pacarnya. Seorang kakak kelas 3, Kak Abin namanya. Dia ini yang akan menjadi maps untuk ke tokonya.Kami semua terhitung satu angkatan yang mendapat remedial dibagi menjadi beberapa kelompok perkelasnya, dan mereka ini adalah kelompokku kecuali kak Abin. Tiap kelompok ditugaskan membeli perlengkapan lab untuk menopang kebutuhan lab yang amat sangat kurang. Jadi guru kimia kami mengakalinya dengan cara seperti ini.
Karena jika pun remedial dengan soal pasti hasilnya akan sama, remed lagi. Itu pasti akan membuang waktu, jadi yang simpel saja lah pikir guru kimiaku.Ini sudah jam 9 lewat 5 menit tapi yang datang tepat waktu hanya aku dan Haechan. Sedangkan yang lainnya menggunakan privilege kebanyakan setiap manusia. Dasar!
"Ish menyebalkaaaan!" Aku berteriak kesal.
"Siapa?"
"Semuanya."
"Jisung?"
"Ya dari semua orang dia yang paling menyebalkan." Aku memandang keluar jendela. Terbentang lapangan luas disana dengan sebagian anak yang sedang bermain bola. Biasanya Jisung menjadi salah satu pemainnya tapi saat ini tidak ada.
"Lalu bagaimana dengan masalah Jisung?"
Aku mengendikan bahu. "Entah."
"Kau sudah menghubunginya?"
Tanpa sengaja bibirku otomatis mengerucut. "Sudah, tapi tidak ada balasan. Di telfon ternyata ponselnya mati."
"Kau baik-baik saja?" Haechan mengapit pipiku dan menatap dalam mataku.
"Ya, memang aku harus bagaimana?"
Haechan melepaskan tangannya dari pipiku. "Hanya... kau terlihat tenang."
Aku menggembungkan pipiku sebelum berbicara. "Panik pun percuma, semua sudah terjadi tanpa aku tahu sedikitpun kronologisnya."
Aku berjalan pelan dan mendudukkan bokongku pada meja keramik diruang lab. Pikiranku bercabang ada cemas, ada takut, dan berusaha tidak peduli. Seperti halnya Jisung yang seolah tidak peduli padaku beberapa hari ini, aku berusaha melakukan hal yang sama.
Tiba-tiba pintu dibanting keras, membuat atensi 6 orang didalam lab termasuk diriku menatapnya. Itu Jeno.
"Tadaa.. tangan kanan Jisung datang." Celetuk Haechan.
Aku menatap Jeno yang habis berlari ke arahku, ia sedang mengatur napasnya sebelum berbicara. "Le! Jisung ada di tebe."
"Tuhkan." Haechan berjalan menjauhiku. Gadis itu memang sensitif kalo menyoal Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Memories (End)
Teen FictionSuka cerita ini? you can follow me for more stories♡ Kenangan itu datang ketika aku tidak meminta kehadirannya. *** Aku, Wong Chenle akan menceritakan tentang dia, pria yang tiba-tiba saja hadir disetiap lembaran hari-hariku. Sosoknya seperti noda...