19. Renjana 1

185 33 12
                                    

Renjana
─────
Perasa hati yang kuat.

•·················•·················•

❛❛Hanya butuh beberapa saat, agar mata kita bertemu dan kemudian hatiku tahu bahwa aku tidak akan sendirian lagi.❞

•·················•·················•

"Le tolong kasih tau Jisung besok ada ulangan ya!"

"Chenle suruh Jisung kerjain pr fisikanya."

"Le tolong ibu bilang ke Jisung, dia harus ikut remedial besok."

"Jisung gak masuk sekolah, kamu tau dia kemana?"

"Le kamu kan pacarnya Jisung, paksa dia buat jadi anak baik dong. Kamu berhak Le."

"Le kemarin pacarmu itu tidak mengerjakan tugas."

"Le nilai ulangan Jisung jelek banget loh, kamu ngapain sih sebagai pacarnya."

"Le udah mendekati ujian semester tapi kelakuan Jisung masih gini-gini aja. Kamu bilangin dong."

"Le..

"Le..

Dan masih banyak panggilan-panggilan yang lain karena hampir setiap berpapasan dengan guru selalu saja membahas soal Jisung. Aku jadi memiliki tanggung jawab lain selain diriku sendiri, dan sejujurnya  ini menjadi bebanku sebagai orang terdekat Jisung. Padahal hidupku pun sudah berat.

Tidak terasa sudah 6 bulan berlalu terhitung dari Jisung secara sepihak menyatakan aku sebagai pacarnya, ketika aku meninggalkannya di perpustakaan dulu dan Jisung mulai mengacaukan hari-hariku setelahnya. Maksudku, Itu berjalan begitu saja. Pada awalnya aku memang tidak menganggap Jisung sebagai pacar tetapi Jisung menganggapnya begitu jadi aku mengikutinya saja.

Aku masih belum sepenuhnya tahu tentang Jisung dan seberapa parah kenakalannya diluar sana. Inget ya, diluar sana. Walaupun pondasi dari sebuah hubungan adalah kejujuran, keterbukaan, dan kepercayaan. Tapi menurutku memang ada beberapa hal yang menjadi privasi masing-masing, juga karena hubungan ini masihlah tahap pacaran. Tidak berhak rasanya untuk berbagi secara menyeluruh.

Jisung sangat cuek dan dingin pada semua temanku, ah bahkan dengan semua orang. Hanya diriku yang diperlakukan spesial. Menurutku saja sih spesial.

Sejak pemanggilan oleh bu Yoona, aku jadi semakin memerintah Jisung dan untungnya dia selalu menuruti semua omonganku tanpa protes, bahkan dia sudah mulai mengerjakan pr-nya juga masuk sekolah dengan rutin tiap minggunya, ya walaupun ada lah satu atau dua hari dalam satu bulan dia bolos.

Hubunganku dengan Jisung sudah tersebar, bahkan hampir semua guru menjadikanku alat komunikasi untuk sekedar memberitahu jisung jika ada pr yang harus dikerjakan atau besok dia harus masuk karena ada ulangan harian. Padahal Jisung statusnya adalah adik kelasku namun aku yang lebih tahu jadwalnya dibanding dirinya sendiri. Bukankah sekarang aku lebih terlihat seperti babysitternya.

Jisung menarik tanganku saat aku ingin membeli siomay di kantin "Nanti kita main kerumahku ya?" Pintanya saat kita tak sengaja berpapasan dikantin. Jisung menyerahkan piring siomay miliknya padaku.

Saat ini sedang istirahat, aku bersama Haechan dan Jaemin memutuskan untuk membeli siomay untuk makan siang. Meski bel sekolah belum berbunyi tapi suasana kantin sudah lumayan ramai dan kelas Jisung yang paling mendominasi.

Midnight Memories (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang