Risak
────
Seorang pengganggu..
•·················•·················•
❛❛Sebab dekat bukan berarti terikat.
Dekat juga bukan berarti tak memiliki sekat. Tetapi dekat masih harus menghargai batas.❞
⚘•·················•·················•
.
Pukul 8 malam, untuk anak SMA sepertiku yang pulang sekolah hampir jam 5 sore dan berangkat jam setengah 6 pagi, aku sudah sangat mengantuk padahal itu termasuk masih sore. Di luar sedang hujan membuat suasana semakin mendukung untuk tidur. Tapi
sialnya aku masih belum bisa tidur karena PR yang menumpuk. Aku heran, kenapa masih ada PR jika dalam 1 hari saja aku sudah menghabiskan waktuku untuk belajar di sekolah. Lalu kapan waktu untuk beristirahat atau sekedar bermain dengan gadget. Aku merasa waktuku dijarah habis-habisan oleh buku secara sopan dan malangnya aku tidak bisa melakukan apapun selain melaksanakannya dengan taat jika tidak mau dihukum.Aku sedang duduk di meja belajar kamarku tentunya dengan buku memenuhi tiap sisinya. Sampai suara ponselku membuatku kaget ditengah situasi emosional yang sedang aku alami karena kelemahanku yang hanya bisa menjadi budak buku untuk menjadi cerdas. Bukan berniat sombong tapi, ponselku BB bold dan itu terkeren pada masanya alias baru rilis dan aku salah satu yang memilikinya setelah mengganti dari ponsel nexian. Di zamanku ponsel canggih belum menjadi hal yang lumrah, aku tidak terlalu sering menggunakannya hanya sekedar punya saja agar sama seperti yang lainnya. Tapi aku sering bingung, kenapa orang-orang bisa sangat seru ketika memainkan ponselnya. Sedangkan aku, sumpah, tidak ada yang menarik sama sekali bahkan aku merasa bosan. Sampai-sampai aku meminjam ponsel teman-temanku hanya untuk memenuhi rasa penasaran karena mereka bisa sampai seharian memainkan ponselnya dan ya, setelah aku melakukan penelitian pada 5 orang temanku, ternyata sama saja. Tidak ada yang seru bagiku. Mungkin karena mereka mempunyai kekasih maka ponsel mereka terlihat lebih mengasyikkan.
Aku membuka ponselku untuk melihat isi pesan yang ternyata nomornya tidak tersimpan dalam kontakku. Isinya cukup aneh, dia mengenalkan namanya secara lengkap beserta tujuannya mengirimiku pesan pada malam itu.
Isinya kurang lebih seperti ini,
"Hai! Ini chenle kan? Eh, selamat malam. Kenalin, aku Jisung Jung tapi mereka memanggilku jakam, khusus untuk kamu panggil sayang aja hehe. Bercanda. Aku lahir pada 05-02-99. Aku kasih tau biar kamu gak perlu repot tanya-tanya. Rumah aku, ah aku gak bisa kasih tau. Ayah aku galak, nanti kamu takut lagi. Aku kenal kamu, tapi kamu gak kenal aku, eh sekarang kamu udah kenal aku. Hobi aku main bola soalnya cita-cita aku jadi pemain sepak bola. Doakan. Eum... Sama mainin cewek. Aku gak bohong, aku sering main cewek. Aku anak nakal Le, itu kata ayah aku tapi bunda gak kok. Aku harus jujur kalau mau dapat pacar yang tulus. Jadi aku cuma mau bilang, kasih aku waktu 1 bulan buat bikin kamu suka sama aku. Boleh kan?"
Pesan yang cukup panjang itu sukses membuat diriku senyum-senyum sendiri setelah membaca keseluruhan isi pesan dari pria bernama Jisung itu. Isi pesannya aneh baru pertama kali aku dikirimin pesan seperti itu dari sekian lama aku memiliki ponsel. Tapi tentu saja aku mengabaikannya karena aku pikir dia hanya iseng. Lagi pula aku sama sekali tidak kenal dengan Jisung atau pria dengan panggilan jakam itu atau akunya saja yang terlalu kuper sampai tidak tau jakam sekolahku sendiri. Oiya jakam itu seperti preman sekolah atau pentolan sekolah. Orang yang hampir ditakuti oleh satu sekolah bagi orang-orang yang tahu, tapi karena aku tidak tahu jadi aku tidak takut. A, atau belum.
Aku meletakan ponselku yang masih berkedip dan kembali berkutit dengan soal-soal rumit yang baru aku kerjakan setengahnya karena aku keburu malas, hasil yang aku peroleh tidak ada dalam pilihan jawabannya. Aku yakin kalian tau maksudku. Jadi malas kan nerusinnya. Aku sedang berpikir keras bagaimana cara cepat menyelesaikan soal lalu tidur sebelum tiba-tiba ponselku berbunyi lagi, tapi kali ini sebuah panggilan suara. Aku meraih ponselku dan itu dari nomor yang sama, Jisung menelponku. Mungkin karena aku tidak membalas pesannya. Aku juga tidak tahu alasan pastinya pria itu malah menelpon, karena aku mengabaikan panggilan itu. Bukan bermaksud sombong hanya saja aku sedikit takut. Aku tidak terbiasa ditelpon bahkan jika temanku yang menelpon aku membiarkannya sampai panggilan terputus sendiri lalu setelahnya baru aku mengirimkan pesan untuk sekedar bertanya 'kenapa menelpon?' kalian pasti ada yang sama denganku. Jujur hayo.
Getaran berhenti dan sorot cahaya dari ponsel itu padam. Jisung terhitung 3 kali menelponku tapi tidak mengirimkanku pesan lagi, hanya menelpon saja dan aku tidak membalas pesan maupun mengangkat teleponnya. Aku tidak penasaran, tapi lebih ke takut. Karena Pria yang mengaku bernama Jisung itu bilang sendiri jika dia nakal dan suka main perempuan, aku sebagai perempuan jadi ikut takut. Salah dia bilang seperti itu. Memberi kesan buruk diawal perkenalan untuk dirinya sendiri.
Aku mengabaikan ponselku dan memilih untuk tidur karena besok aku harus bangun pagi untuk berangkat sekolah. Jarak sekolahku cukup jauh itu sebabnya aku harus berangkat jam setengah 6 jika tidak ingin telat atau ditinggal ayahku karena aku berangkat dengan diantar ayahku tersayang. Sekalian ayahku itu berangkat kerja sebagai seorang Angkatan Udara. Yang letak pangkalannya tidak jauh dari gedung sekolahku. Lalu ketika pulangnya, aku fleksibel, terkadang dijemput atau naik bis atau juga bareng temanku. Tapi tidak jalan kaki karena cape.
♧⌞⌝⌟⌜⌞⌝⌟⌜⌞⌝⌟⌜⌞♧
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Memories (End)
Teen FictionSuka cerita ini? you can follow me for more stories♡ Kenangan itu datang ketika aku tidak meminta kehadirannya. *** Aku, Wong Chenle akan menceritakan tentang dia, pria yang tiba-tiba saja hadir disetiap lembaran hari-hariku. Sosoknya seperti noda...