17. Redemansi

185 27 6
                                    

Redemansi
─────
Mencintai dan di cintai.

Playlist kamu: Malibu night~Lany

•·················•·················•

❛❛mencintaimu adalah sakit hati yang kubuat secara sengaja.❞

•·················•·················•

"CHENLE!" Aku memgembalikan fokusku saat mendengar suara yang aku kenal memanggil.

・・・

Aku dan Sungchan sontak menoleh memandang sekitaran mencari sumber suara. Sampai manik mataku berhenti pada tebe diseberang jalan, sekitar 20 meter dari tempatku.

Itu....Jisung.

ya, Jisung dengan seragam yang berantakan sedang duduk diujung sana, matanya lurus kedepan dengan pandangan yang kosong. Aku tidak tau apa yang terjadi pada jisung sebelumnya. Mungkinkah dia berkelahi, tapi dengan siapa? Satu yang pasti, sekarang aku tahu alasan bu Sunny menyuruhku mengingatkan Jisung. Pria itu bolos rupanya. Tanpa memberitahu diriku.

Jisung sepertinya melihat segala adegan tadi, perasaanku menjadi buruk. Aku takut jika jakam itu menghajar Sungchan. Ya, aku lebih mengkhawatirkan Sungchan dibanding Jisung. Katakanlah aku kekasih yang sangat buruk.

Kekasih? Mungkin. Sedikit gatal mengucapkannya.

"Jisung" lirihku setelah mendapati Jisung berjalan kearahku. Tangannya mengepal kuat. Aku segera berlari mendekatinya. Aku sangat cemas, wajah Jisung mengerikan jika sedang marah. Aku tidak ingin Sungchan dihajar olehnya hingga mendapat lebam atau yang lebih buruk robek pada ujung bibirnya. Atau, atau ada yang lebih buruk lagi. Salahku yang melupakan satu fakta penting, jika pria itu ajaib, seketika muncul dimanapun aku berada.

Jisung menatapku tajam. "Apa yang kamu lakukan dengannya?"

Aku menahan dada Jisung, "Kamu habis ngapain? Kenapa gak bilang kalau bolos?" Aku tidak menanggapi Jisung dan hanya membersihkan kotoran yang masih menempel pada lengan dan juga baju jisung.

Jisung memandang jengah, "JAWAB AKU!" Bentak Jisung. Aku otomatis berhenti, katakanlah aku terkejut, memang iya. Jisung sudah kesekian kalinya membentakku dan aku selalu merasa kecil. Seperti seluruh ragaku diatur olehnya.

"A, aku cuma nge-print terus ngobrol aja." Tanganku kembali merapikan rambutnya.

Jisung menghentikan tanganku yang sedang merapikan rambutnya, lalu dicengkramnya erat-erat tepat dihadapan wajahku. Aku sedikit menoleh dan melihat Sungchan yang juga sudah mengepalkan tangannya sambil berjalan kearah kami. Itu jelas membuatku panik, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Masalahnya ini tempat ramai, dan masih dilingkungan sekolah. Aku tidak ingin terlibat dalam masalah.

Aku menarik lenganku dari cengkraman Jisung, "Ji..." Jisung memandangku sekilas lalu menatap tajam Sungchan. Aku mengayunkan tanganku pada Sungchan untuk kembali saja, isyarat agar pria itu tidak memulai lebih dulu. Sungchan diam menatapku sekilas lalu mengikuti yang aku isyaratkan.

Jisung mengikuti Sungchan dibelakangnya. Aku was-was menarik seragam Jisung. Aku pikir jakam itu akan memukul Sungchan, tapi rupanya hanya melewatinya dan mendekati etalase potokopian.
"Berapa pak?" Aku melirik Sungchan tapi pria itu membuang pandangannya dariku. Kesal mungkin.

Midnight Memories (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang