Nayanika
─────
Mata indah yang memancarkan daya tarik.Playlist kamu: ILY~The Rose
.
•·················•·················•
❛❛Pintar-pintarlah membaca keadaan, karena tidak semua yang mendekat mau mengikat.
Mungkin, sebagian untuk menghilangkan sepi, sebagian lainnya hanya menginginkan sesuatu.❞⚘
•·················•·················•
.
Chenle menatap luar jendela, langit sudah berganti tema. Suasana perpus dimalam hari sedikit menakutkan walaupun masih ada penjaga sekolah diluar. Tapi tetap saja butuh beberapa menit jika sesuatu tiba-tiba saja terjadi. Bukan percaya takhayul, tapi ketika sekolahku terkena kesurupan masal dulu, ruang perpustakaan menjadi salah satu tempat menenangkan mereka. Aku sedikit takut jika tiba-tiba saja sesuatu terjadi.
"Ini hampir isya, kita sudah di tegor pak Dong dua kali. Lagi pula tugasnya masih seminggu lagi."
"Tapi, ini masih banyak yang harus dikerjakan. Kau tahu?!" Temanku bernama Minie menjawab. Tangannya masih terus bekerja tanpa henti.
"Yah, semua akan menjadi sama saja hasilnya. Kau terlalu memaksakan diri." Timpalku mendukung pernyataan dari Jeje. Sesaat kemudian aku tertawa kecil. "Hahaha kau mau tidur disini untuk menyelesaikan tugasnya? Jika iya besok aku akan berangkat pagi untuk secara eksklusif membangunkanmu disini." Candaku yang mendapat sebuah pelototan dari Jeje.
"Hahaha sial! Ku pikir hanya aku yang memikirkan itu." Felix menyikut pundakku sambil tertawa.
Gadis berkacamata itu terbelalak, membuat matanya terlihat lebih besar. Felix makin keras tertawa dan kali ini ditambah tepukan-tepukan riuh. Minie melirik felix tak mengerti cara merespon teman satu mejanya itu. Akhirnya ia ikut tertawa canggung, yang aneh.
Diantara kami memang Minie yang paling ambisius itu karena dia peringkat pertama satu angkatan. Aku juga tidak terlalu paham hubungannya apa, tapi menurutku ada sedikit kesinambungan untuk sebuah peringkat dan keambisiusan. Bukan aku menembak setiap yang cerdas pastilah seorang ambisius, tidak seluruhnya tapi sejauh spesies yang aku temukan memang begitu nyatanya.
"Yeah Minie kau seperti wanita tua untuk sekedar menikmati dunia daripada sebuah buku."
"Siapa bilang? Aku tahu dunia lebih dari kalian karena sering membacanya."
"Dunia lebih indah jika dilihat secara langsung dibanding membacanya dari sebuah buku. Itu hanya sebuah kertas bos." Jeje memanglah epic jika sudah berucap soal dunia. Anggota mapala diluar sekolah ini memang sangat tahu perihal alam. Dia sudah menjinakkan gunung-gunung tertinggi di pulau jawa. Belum semua, tapi beberapa gunung terkenal seperti gunung Arjuno dia sudah hatam.
"jangan mengatakan hal semacam itu tentangnya. Dia penyelamat kelompok kita kalau kalian lupa." Aku menengahi suasana yang mulai menegang. Pikirann dan fisik sudah lelah emosi tidak akan stabil. Jika terus dituruti maka sebuah pertengkaran hebat mungkin saja terjadi. Aku pula yang akan repot nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Memories (End)
Teen FictionSuka cerita ini? you can follow me for more stories♡ Kenangan itu datang ketika aku tidak meminta kehadirannya. *** Aku, Wong Chenle akan menceritakan tentang dia, pria yang tiba-tiba saja hadir disetiap lembaran hari-hariku. Sosoknya seperti noda...