12. Candala

192 28 1
                                    

Candala
─────
Merasa tak layak.

Playlist kamu: Be Alright~Dean Lewis. (Acoustic cover)

•·················•·················•

❛❛Yang jauh hanya pijakan bukan hati.
Yang berjarak hanya raga bukan rasa.❞

•·················•·················•

Renjun menatapku dengan senyuman ganjilnya. Senyuman tipis yang nampak sekali ditahannya. Kemuraman mulai menyambangiku, itu bukan suatu hal yang biasa Renjun lakukan.

Belum sempat otakku mencerna situasi,

BRAAAKK!'

"CHENLEEE!"

Dua orang pria dengan satu orang wanita datang dengan mendobrak pintu ruang sempit itu, sangat tidak santai. Ketiganya datang dengan napas memburu hebat. Wajah mereka merah padam. Sangat terlihat jelas mereka habis berlari menuju kemari. Aku masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan untuk apa mereka semua datang menjemputku. Apakah aku harus tersanjung?

"Ada ap-"

Jeno menyerobot masuk lalu menekan sebuah tombol hijau didekat mic kecil khusus untuk penyiar. Sontak aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Mataku nyaris keluar dari tempatnya setelah menyadari hal super gila yang baru aku lakukan. Renjun sudah tertawa keras mengalahkan toa masjid.

"Chenle! Apa maksudnya? Kamu mem- "

"Jisung diam dulu." Haechan menengahi, sekaligus memutus perkataan Jisung. Ya, mereka bertiga itu, Jeno, Haechan dan Jisung. Aku tidak tau Jaemin kemana, mungkin belum selesai ujian.

"Tapi bagaimana bisa dia membicarakan pria lain saat dia memiliki aku!" Protes Jisung tidak terima dengan ekspresi wajah serius.

"RENJUUNN!!!" Aku memekik marah pada Renjun.

Jeno keluar dari ruang sempit itu. "Aku pikir tidak ada orang yang akan berlari kesini untuk mematikan audio. Baiklah urus masalah kalian aku pergi." Ucap Jeno benar-benar pergi. Tidak peduli pada diriku yang sedang frustasi menghadapi ketiga orang ini dan rasa malu.

Aku tidak tau jika Jeno yang notabennya adalah musuhku dikelas ternyata mau berlari hanya untuk menyelamatkan diriku dari rasa malu tujuh turunan. Ya walaupun kedatangannya telat, omonganku sudah terlanjur menggema disetiap lorong kelas. Kecuali di gedung tiga. Karena itu gedung baru belum sempat dipasang sambungan audio kecuali toa untuk bel.

"Kau melakukannya lagi!" Haechan membelaku.

Renjun menampikan wajah bersalah. "Maaf aku tidak tau jika akan seperti ini."

"Kau tega sekali, padahal dia temanmu Renjun."

Hal memalukan ini terjadi lagi. Sebelumnya Haechan adalah korbannya, secara tidak langsung saat itu Haechan mengungkapkan perasaannya kepada kak Taeil, kakak kelas populer disekolahku. Setelahnya Gadis itu tidak masuk sekolah selama dua hari karena malu. Sejak saat itu Haechan dan Renjun menjadi Tom and Jerry. Dimana pun mereka berada akan dimulai dengan sebuah pertengkaran kecil. Sebutan populernya adalah love-hate relationship.

Lalu bagaimana nasibku setelah ini? Apakah aku harus membolos seperti Haechan?

"Tidak apa-apa Chan. Salahku juga yang terus menggodanya," Aku menatap Renjun. "Maafin aku Renjun. Kau tau kan jika aku tidak benar-benar ingin menjadi istri kedua Guanlin. Ak-"

Midnight Memories (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang