Karafernelia
─────
Kenangan yang menyisahkan luka.•·················•·················•
❛❛Kau tahu?
Aku masih mencari puing-puing dari hati yang hancur setelah kau kembalikan padaku.❞
⚘
•·················•·················•Sungguh aku merutuki diriku sendiri sambil berlari. Bagaimana hal sekrusial itu bisa aku lupakan padahal aku sendiri yang sudah menyiapkannya tadi malam dimeja belajar. Ya, salahku memang tidak langsung memasukannya kedalam tas. Dan berakhir sekarang aku harus berlarian keluar sekolah menuju tukang fotokopi.
Aku melewati tiap lorong-lorong sepi, menandakan kegiatan belajar sedang dimulai. Ayolah, ini masih jam 9 pagi jelas saja kegiatan belajar-mengajar sedang berlangsung. Hanya aku saja yang masih berkeliaran diluar kelas. Untungnya tidak ada guru dikelasku hanya diberikan tugas saja. Betapa baiknya semesta sedang berpihak padaku. Jika semesta adalah seorang manusia aku akan mentraktirnya dikantin. Membelikan apapun yang dia mau sekalipun setelahnya aku bangkrut.
"Chenle!?" Panggil seseorang ditengah aksi tergesaku berlari. Bukan sombong, aku hanya takut jika tempat fotokopinya penuh dan aku harus menunggu lama sedangkan tugas print-out itu harus dikumpulkan sebelum jam 10.
Aku menoleh ingin marah, tapi akhirnya aku telan lagi karena yang memanggil adalah guru fisika. Mau dikutuk jadi gelas ukur jika aku tidak menghiraukannya, kalau di kutuk jadi sepintar Albert Einstein tuh, aku mau.
"Ada apa bu?" Jawabku canggung.
"Kok kamu bisa-bisanya sama Jisung."
"Eh?" Aku celingukan takut pria ajaib itu tiba-tiba ada didekatku. Aku waspada, hidupku selalu tidak tenang semenjak dekat dengannya. "Saya sendiri bu, Jisung sedang dikelasnya. Mau saya panggilkan?"
Guru fisikaku bernama bu Sunny, beliau ini guru yang supel dan sangat asyik jika mengajar dikelas. Jadi ketika berbicara pun rasanya seperti seorang teman. Bu Sunny tidak pernah mempermasalahkan hubungan sepasang kekasih tapi harus tetap dalam aturan. Intinya bu sunny bukan guru yang kaku. Banyak sekali yang membuat sesi curhat dengan bu Sunny tapi tentu saja bukan aku, karena aku hanya curhat dengan bu Taeyeon. Guru kesukaanku. Guru mulok vocal.
"Bukan, bukan, maksud ibu kok kamu bisa pacaran sama Jisung. Kamu kan cantik Le, biasanya juga sama Jeno."
Tenggorokan ku tercekat. Tiba-tiba saja aku lupa cara menelan. "Je, Jeno darimana bu?" Ya, dari semua guru, bu Sunny tidak pernah menghukumku jika berisik dengan Jeno dikelas dan malah menjodohkan aku dengannya. Padahal dikelasku ada Jaemin, aku sering merasa tidak enak. Tapi untung saja aku dan Jeno selalu kompak berteriak menolak jika sudah dijodoh-jodohkan.
"Biasanya kamu paling berisik sama si Jeno Jeno itu dibelakang. Romantis banget anak muda."
"It, itu berantem bu saya, bukan pac---"
Bu Sunny mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahku. "Sudah-sudah. Walaupun ibu gak suka tapi ibu lebih mendukung kamu sama Jeno. Jisung itu hihh ampun deh ibu mau nyerah aja jadi guru kalo muridnya kaya Jisung semua..... Kok bisa ya bu Sooyoung tahan sama Jisung."
"Ng.. Saya gak tahu bu."
Bu Sunny menaikan kedua alisnya menatapku, "Haduhh... jadi curhat deh ibu. Jadi gini, tolong ibu ya bilang ke Jisungmu itu besok harus, wajib, kudu, masuk pelajaran ibu soalnya ada ulangan. Oke?" Bu Sunny langsung berbalik menuju ruang guru. "Ett... jangan lupa semangatin dia buat belajar ya? Nilai dia turun, ibu pusing mau nambahin nilainya darimana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Memories (End)
Teen FictionSuka cerita ini? you can follow me for more stories♡ Kenangan itu datang ketika aku tidak meminta kehadirannya. *** Aku, Wong Chenle akan menceritakan tentang dia, pria yang tiba-tiba saja hadir disetiap lembaran hari-hariku. Sosoknya seperti noda...