29. Karsa

173 31 21
                                    

Karsa
─────
Kehendak.

.

•·················•·················•

❛❛Karena tidak semua perasaan harus bersama pemiliknya.❞

•·················•·················•

Jika kalian lupa, ini masih penyebab Jisung berkelahi pagi-pagi buta di tebe kala itu. Dan kak Taeyong ingin memberitahuku sesuatu namun urung hingga pada akhirnya Jisung memilih bungkam ketika aku ingin membahasnya. Rupanya itu ada sangkut pautnya dengan gadis itu. Iya gadis yang bersama Jisung tempo hari. Dia adalah adik dari kak Jaehyun. Gadis itu bernama Jena, mantan kekasih Jisung. Itulah sebabnya mereka terlihat sangat akrab, dan Jisung seolah tak peduli padaku hingga hari ini.

Coba tebak, aku baru mengetahui semuanya hari ini. Pantas saja pria itu lebih memilih gadis itu. Pria itu belum selesai dengan masa lalunya. Brengsek!

Entah bagaimana caranya tapi rasanya aku mendapat kekuatan untuk bertemu Jisung dan membicarakan segalanya agar ini cepat selesai, mungkin karena amarah yang kutahan dari kemarin. Jikapun pada akhirnya harus selesai, maka aku akan menerimanya.

Ini masih jam 12, jamnya istirahat. Harusnya aku dapat melewatinya dengan tenang tapi bukan fokus pada pelajaran selanjutnya aku malah harus mencari keberadaan Jakam sialan itu, harusnya aku makan dengan tenang di kantin. Dasar!

Aku berjalan cepat dengan napas memburu, lelaki itu benar-benar keterlaluan. Aku sangat marah saat ini. Aku berjalan mendekat menerobos Hyunjin dan juga Jeno yang sedang berdiri diambang pintu tebe. Disana bukan hanya ada mereka bertiga saja tapi ada beberapa orang lainnya termasuk kak Mark yang sedang bermain gitar dibawah pohon dekat tebe itu. Sebenernya kak Mark juga ikut terlibat dalam masalah ini, dia juga harusnya bertanggung jawab. Tapi aku tak acuh, urusanku lebih ke Jisung.

"Mana Jisung?" Tanyaku geram, karena tidak menemukan jakam itu di dalam.

"Eh.. tidak ada Le." Jawab Jeno yang melihatku aneh dan menatap Hyunjin seolah bertanya. Jeno tidak masuk kemarin, jadi dia tidak tahu apapun yang terjadi.

"Dia tidak menemuimu?" Tanya Hyunjin.

"Arghh.. Tidak! Justru aku yang mencarinya sejak tadi." Rasanya kesal, sampai ingin menangis.

"Dia tidak disini, dia bilang ingin menemuimu. Membicarakan..." Hyunjin berkata ragu, melirik Jeno yang bahkan hanya diam ternganga.

Aku ikut melirik Jeno. "Membicarakan apa?"

"Apaan Jin?" Jeno malah ikut bertanya.

Hyunjin tidak menjawab malah berbisik pada Jeno-- membuatku ikut penasaran.

Jeno menelan ludahnya sebelum berbicara. "Le, percaya Jisung, kan?"

Aku melirik Hyunjin yang juga sedang menatapku dengam tatapan... Iba, entahlah aku merasa tatapannya seperti mengasihaniku. Dan.. aku tersinggung akan hal kecil itu.

"Apapun yang kemarin kau lihat itu hanya sandiwara."

"Sandiwara apa? Jelas-jelas kemarin dia lebih memilih gadis itu Jen dan seolah tidak mengenalku."

"Aduh gimana ya." Jeno menggaruk telinganya yang mungkin tidak gatal. "Bukan begitu." Lanjut Jeno, semakin membuatku bingung.

"Begitu apa? Kenapa kalian jadi mencurigakan?"

Jeno semakin terlihat seolah serba salah. Dia ingin menjelaskan sesuatu tapi bingung dengan kalimat yang harus digunakannya.

"Apa?" Aku mengerutkan alisku. "Ish kenapa semua jadi menyebalkaaan!" Aku berteriak frustasi, karena ucapan Jeno maupun Hyunjin sama sekali tidak membantuku. Malah semakin membuatku kesal.

Midnight Memories (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang