Solitude
─────
Kesendirian..
•·················•·················•
❛❛Percayalah ketika kita bersama, dunia akan lebih bersinar.❞
⚘•·················•·················•
.
'Le aku mau jelasin sesuatu. Kau boleh tidak mendengarku setelah ini.'
'terserah padamu, tapi aku menganggap, kau harus tetap tahu.'
Ucapan Jeno pagi ini sebelum lelaki itu tidak terlihat hampir setengah hari, alias membolos pelajaran dengan alasan eskul.
Sepertinya dia tahu jika hubunganku dengan Jisung sudah diujung tanduk. Mustahil untuk diselamatkan.
Sudah 15 menit berlalu, aku menunggu Jeno di belakang ruang dance. Tempat lain anak laki-laki jika ingin bersembunyi untuk sekedar merokok atau bolos pelajaran. Disana hanya berisi tumpukan matras dan rak buku tidak terpakai, tapi anak-anak itu mengubahnya menjadi tempat yang sedikit nyaman untuk dipakai membolos. Matras-matras bekas itu dijadikan alas untuk mereka tidur sedangkan lemari bekas disusun untuk menyembunyikannya. Pandai.
Disini sangat sepi, mungkin karena jam pelajaran sedang berlangsung. Aku membuka ponselku, tapi tetap saja tidak ada pesan dari Jeno. Pria itu membuatku kesal karena menunggu terlalu lama. Aku tidak suka itu, tapi aku pun tidak berniat untuk pergi dari sana.
Disaat aku mulai menyerah, suara orang berlari mendekat menyambangi telingaku. Membuatku sedikit emosi karena dia telat.
Aku menoleh dan benar saja itu Jeno, dia dengan baju futsalnya. "Ish lamaaa." Keluhku saat Jeno ikut duduk disampingku.
Jeno menggaruk tengkuknya canggung, "Maaf, baru selesai latihan." Jeno terkekeh untuk meringankan suasana.
"Umm.. Jisung disana?" Tanyaku ragu.
Jeno menggeleng, "Dia tidak masuk lagi hari ini."
"BELOM PULANG JUGA?!" Suaraku setengah berteriak. Aku terkejut, tentu saja. Anak itu sudah berhari-hari tidak pulang kerumahnya.
"Sudah, tapi..."
"Apa?"
"Kabur lagi. Sepertinya terjadi pertengkaran hebat dengan ayahnya."
"Ck.. aku sudah menduganya juga, sih." Lirihku kembali menatap jauh kedepan walaupun hanya ada pohon-pohon rindang sebelum tembok pembatas sekolah.
"Yaudah langsung saja, apa yang mau dibicarakan lagi?" Ucapku lagi to the point.
"Aku sudah bilang sebelumnya, kan? Aku pikir kamu harus tahu ini dan mempertimbangkan hubunganmu."
"Haruskah kau yang repot seperti ini, harusnya Jisung."
"Dia tidak akan mau menjelaskan ini padamu. Dia tidak akan membagi apapun yang akan mengganggumu, dia hanya ingin kau bahagia disampingnya." Jeno menghela napasnya, "Dia tidak ingin kau mengetahui hal paling buruk tentangnya. Tapi percayalah Jisung tidak seburuk itu."
Akhirnya aku tahu alasan Jisung tidak pernah menceritakan masalahnya padaku dan tidak membiarkan aku tahu tentang hal buruk dibalik namanya. Tapi apakah dia juga tidak faham jika pilihannya itu membuat masalah baru, aku jadi seperti seorang yang buta akan kekasihnya sendiri. Aku yang dianggap orang terdekat nyatanya menjadi orang yang paling tidak tahu masalah, keadaan, dan situasi Jisung. Aku jadi merasa seperti percuma menjadi seseorang yang berlabel pacar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Memories (End)
Teen FictionSuka cerita ini? you can follow me for more stories♡ Kenangan itu datang ketika aku tidak meminta kehadirannya. *** Aku, Wong Chenle akan menceritakan tentang dia, pria yang tiba-tiba saja hadir disetiap lembaran hari-hariku. Sosoknya seperti noda...