Cingulomania
─────
Keinginan untuk memeluk seseorang..
•·················•·················•
❛❛Mungkin kita akan bertemu lagi dalam satu kota yang bernama, ingatan.❞
⚘•·················•·················•
Pagi ini,
Kamu membangunkanku dengan cara tidak biasa. Perlahan bayanganmu kembali masuk kedalam alam bawah sadarku. Mengingatkan kembali pada luka basah yang kau ciptakan semalam. Bersama kenangan singkat yang ada dalam mimpiku.Aku terbangun, memandang kosong pada tembok putih kamar miliku. Dan ketika aku kembali membuka layar ponselku lalu mencari namamu. Kenyataan menyambarku bagai petir, bukankah kamu harusnya tahu aku benci petir. Dan kenapa kamu malah membuatnya.
Aku tahu betul setiap pertemuan akan selalu ada perpisahan. Kalau boleh meminta aku ingin setiap pertemuan tidak ada perpisahan, jadi kalau sekiranya kamu akan pergi seharusnya kamu tidak pernah datang karena itu akan menimbulkan luka yang sangat dalam dan tidak bisa dilupakan.
Aku menunggumu Jisung, malam itu aku menunggumu sesuai keinginanmu. Aku tidak mendengarkan siapapun selain dirimu bahkan kata hatiku sendiri. Karena aku yakin kamu akan menepati apapun yang kamu ucapkan. Seperti kata Jeno, kamu memang brengsek tapi memiliki ketulusan.
Pagi ini matahari tidak menampakkan sinarnya, seolah ikut bersedih menemani diriku yang tidak suka kesepian. Aku tanpa mandi mengganti baju dengan tergesa, menutup rambutku dengan sebuah syal hitam milik ibuku. Aku berlari keluar mengambil motor, tidak peduli dengan teriakan ibuku yang menyuruhku menunggu ayah agar diantar.
Aku membawa motor itu dengan gemetar selain karena aku belum mahir juga karena kabar yang membuat darahku berdesir turun sehingga sekujur tubuhku melemas, perasaan takut memenuhi hatiku dan berharap ini tidak nyata.
Motor diparkirkan mengikuti barisan motor lain didepan rumah bertingkat dua itu.
Iya
Rumahmu, Jisung.
Aku masih ingat ketika pertama kali kamu membawaku kesini dengan penuh rasa senang. Tapi kenapa saat ini harus kembali dengan kesedihan.
Aku masuk kedalam dengan tergesa namun kembali keluar setelah sadar helm masih ada di kepalaku. Aku melepasnya dan kembali berjalan memasuki pagar namun baru beberapa langkah aku harus kembali keluar lagi karena aku lupa mencabut kunci motornya. Tanpa sadar, aku tertawa miris.
Lihat Jisung gadis bodoh ini sudah terbiasa dengan adanya dirimu, lalu bagaimana aku kedepannya tanpamu.
Aku meremat syal yang sedang aku pakai. Langkahku terhenti begitu saja saat dihadapanku terparkir mobil ambulan jenazah. Di pagar tertaut bendera kuning dengan tulisan nama. Dari halaman sampai keluar sudah banyak kursi putih yang sengaja disiapkan bagi tamu. Tubuhku gemetar hebat karena rasa takut memenuhi setiap sendi.
Dan lucunya aku masih bertanya dalam hati, apakah ini nyata?
Apakah ini nyata Jisung? Jawab aku, tolong!
Aku berjalan bagai mayat hidup memasuki halaman yang dipenuhi oleh orang-orang beragam usia. Kebanyakan dari mereka, aku tidak mengenalnya tapi aku yakin didalam sudah penuh dengan orang-orang lainnya.
Aku memukul pipiku, mencubit lenganku, mengigit bibirku keras-keras, setelahnya aku merasakan sakit luar biasa, bukan pada tubuhku melainkan hatiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Memories (End)
Ficção AdolescenteSuka cerita ini? you can follow me for more stories♡ Kenangan itu datang ketika aku tidak meminta kehadirannya. *** Aku, Wong Chenle akan menceritakan tentang dia, pria yang tiba-tiba saja hadir disetiap lembaran hari-hariku. Sosoknya seperti noda...