Asa
─────
Harapan.•·················•·················•
❛❛ Aku tidak ingin lelah mempertahankan, aku hanya ingin hidup tenang.❞
⚘
•·················•·················•
Playlist kamu: Strawberries 'n cigarettes
Aku berjalan pelan menuju ruang peralatan yang terletak didalam ruang guru, sambil mengangkat proyektor bekas tadi kelompokku presentasi. Sebenarnya disetiap kelas sudah memiliki proyektornya masing-masing, hanya saja belum sempat dipasang pada setiap kelas. Yang aku dengar, dananya belum ada. Jadi, ditunda terlebih dahulu.
"Chenle kesini sebentar, nak!"
"Iya bu."
Itu bu Sooyoung. Guru Bahasa Indonesia di sekolahku sekaligus merangkap menjadi wali kelas untuk kelasnya Jisung. Jika menyinggung nama jakam itu, aku sudah mencium hal-hal yang akan menyulitkanku.
Pada kebanyakan cerita fiksi remaja, memiliki kekasih seorang preman sekolah menyenangkan, tapi kenapa? Kenapa? Hal itu tidak terjadi padaku. Aku kesusahan, sungguh, harus menjadi perantara antara mereka semua yang ingin berkomunikasi dengan Jisung. Kenapa mereka tidak melakukannya sendiri. Seperti ketika bu Yoona ingin memarahi Jisung, tapi dengan cerdiknya Jisung malah membolos pada hari itu, sehingga aku lah yang dipanggil keruang BK lalu bu Yoona menumpahkan segala ceramahnya padaku terlebih dahulu.
Aku yang jadi merasabersalah padahal jelas aku tidak melakukan hal gila apapun, dan yang menyebalkannya adalah, itu memakan waktu hampir satu jaaaaam! Aku sampai kehilangan jam makan siangku. Mungkin bu Yoona pikir aku akan kenyang memakan segala ceramahnya.
Jika aku adalah ibu dari Jisung, aku lebih baik mengutuknya menjadi batu lalu batunya aku tenggelamkan kedasar laut agar dia tidak dapat berubah menjadi manusia lagi. Biar saja dia menjadi terumbu karang untuk rumah para ikan hidup, setidaknya itu jauh lebih berguna. Ah coba lihat, sekarang aku terdengar seperti tokoh yang jahat bukan?
"Ini kartu ujian Jisung. Tolong kasih ya. Jangan lupa beri dia semangat untuk belajar."
"Kenapa saya bu?" Aku sedikit bingung, maksudnya kan bisa dikasih ke Jisungnya langsung. Apa hari ini Jisung gak masuk sekolah lagi. Tapi tadi pagi dia mengabariku jika sudah sampai sekolah. Ataukah dia bohong.
"Jisung gak masuk." Benar saja jawaban dari bu Sooyoung sudah menjadi jawaban mutlak yang tidak dapat dibantah. Pria itu membohongiku. Dasar!
"Oh maaf bu saya gak tahu. Makasih ya bu. Saya permisi."
"Tunggu dulu Le."
"Iya bu."
Untungnya bu Sooyoung sangat lembut setiap menjadikanku seorang perantara untuk Jisung, sehingga aku tidak perlu kesal yang berlebih karena itu akan menguras tenaga dan membuat wajahku cepat tua.
Jadi ini memang sudah memasuki semester kenaikan kelas. Itu sebabnya kartu ujian mulai dibagikan. Aku pun sudah mendapatkannya kemarin tapi murid kelas satu sepertinya baru dibagikan hari ini dan bodohnya, Jisung malah membolos. Dia itu, huhh, aku tidak habis pikir sudah mendekati ujian tapi kerjaannya malah membolos dan membuat masalah-masalah baru.

KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Memories (End)
Fiksi RemajaSuka cerita ini? you can follow me for more stories♡ Kenangan itu datang ketika aku tidak meminta kehadirannya. *** Aku, Wong Chenle akan menceritakan tentang dia, pria yang tiba-tiba saja hadir disetiap lembaran hari-hariku. Sosoknya seperti noda...