11. Oblivion

207 29 0
                                    

Oblivion
─────
Terlupa akan sekitar.

•·················•·················•

❛❛Kita dapat menyukai satu hal yang sama namun dengan alasan yang berbeda.❞

•·················•·················•

Memasuki jam pelajaran ketiga, sebelum setelahnya waktu kebebasan para murid yaitu istirahat. Aku memilih bolos pelajaran mulok vocal, itu karena hari ini ujian dan kloter bagianku sudah lebih dulu melaksanakannya minggu lalu. Daripada tidak melakukan apapun diruang mulok dan hanya menunggu jam berputar berujung kesal, Iebih baik aku menghabiskan waktu diruang radio. Untuk sekolah Neo lebih sering menyebutnya ruang penyiaran.

Aku hanya sendiri kesana karena Haechan, Jaemin dan yangyang masuk dalam kloter hari ini untuk ujian. Aku mengintip sebelum membuka pintu. Tidak perlu takut bintitan, kan bukan dikamar mandi. Awalnya aku pikir ruangan itu akan kosong jadi aku bisa sedikit berisik sambil membuat daftar lagu yang akan diputar ketika istirahat, ternyata Renjun sudah lebih dulu ada sebagai penunggu ruang radio itu.

"Renjun!" Aku melompat menepuk kedua pundak Renjun.

"Lele bodoh! Bikin kaget saja." Renjun kaget memegang dada kirinya. Aku tau anak itu mudah terkejut.

"Kok udah disini? Gak ada pelajaran?"

"Ada tapi dikasih tugas doang. Daripada bete lebih baik kesini."

Renjun adalah temanku dari zaman zigot. Ketika kegelapan masih menyelimuti bumi sebelum Aang muncul membawa 4 elemen. Dan penemuan-penemuan hebat perkembangan skincare. Aku tidak bohong, ulang tahunku hanya beda seminggu bahkan waktu itu hampir lahir ditanggal yang sama tapi ternyata kontraksi palsu dan orangtua kami disuruh pulang karena prediksi mengatakan masih sekitar 5 hari lagi untuk lahir sungguhan namun ibuku akhirnya memilih caesar keesokan harinya. Katanya sudah tidak sabar ingin melihat sosok nyata diriku bukan lagi dari foto USG. Semoga saja ibuku tidak pernah menyesalinya.

Aku dan Renjun berada dikelas yang berbeda, dia masuk kelas IPS sedangkan aku IPA. Kami ini bukan tetangga, rumah kami beda gang walau masih dekat jika ditempuh dengan motor atau sepeda. Tapi kami ini sudah lebih dari sekedar soulmate karena sejak kecil kami sudah bertemu secara tidak sengaja, benar-benar tidak sengaja seperti ketika dirumah sakit dulu. Kami sekolah di Taman Kanak-kanak yang sama, Sekolah Dasar yang sama, Sekolah Menengah Pertama yang sama bahkan Sekolah Menengah Atas yang sama.

Betapa berjodohnya kami jika hubungan sesama jenis menjadi legal. Sayang Renjun sudah memiliki kekasih diluar sekolah. Namanya Guanlin, Ya Tuhan, kekasih Renjun itu, sangat tampan dan tinggi. Andai saja Renjun mengizinkan Guanlin memiliki dua istri, aku akan mendaftar secara suka rela paling pertama. Sayangnya Renjun sangat galak, aku selalu disiska jika mulai membahas hal itu. Padahal Guanlinnya malah senyum-senyum manja, membuatku ingin menerkam jika aku seekor harimau.

Alasan lain aku datang kesini karena aku tahu hari ini jadwal Renjun pada penyiaran sekolah dan sudah menjadi kebiasaan, aku akan mengumpulkan beberapa list lagu untuk diputar bergantian selama jam istirahat. Hal ini juga sebenarnya sebagai ajang modus untuk mendekati pujaan lewat lagu.

"Le gak ada guru juga?"

"Ada babe. Cuma ujian, kau sudah?"

"Oh sudah, baru kemarin. Kau sudah lihat nilai?"

"Emang keliatan?"

"Dikasih tahu."

"Serius? Ah ada Haechan sama Nana."

"Halloo!" Seseorang mengetuk pintu. Aku dan Renjun menoleh. "Pencet bel ya say." Ini bu Yoona mengintip dari pintu selaku guru BK sekolaku memegang tanggung jawab juga soal bel dan ruang penyiaran. Guru termuda, terasyik dan tergaul di sekolahku.

"Baik bu cantik." Aku dan Renjun menjawab berbarengan.

"Le pencet bel!"

Aku menekan bel istirahat saat jam sudah menunjukkan pukul 12 tepat. Ya itu tugas lain sebagai bonus dari seorang penyiar. Karena letak bel memang diruang penyiaran. Setelahnya aku sudah siap siaga dengan semua list lagu dinotes kecilku yang sengaja aku tempelkan pada monitor komputer agar Renjun langsung memutar lagunya.

"Renjun putar semua lagu pilihanku ya." Pintaku setelah menempel notes berisi judul-judul lagu pada sebuah notes kecil berwarna ungu.

"Ceban atau siomay!"

"Tapi Guanlin buat aku!" Candaku dengan wajah dibuat seimut mungkin.

Renjun mendelik tajam. "Ambil kalau dia mau."

"Serius?"

"Ya kali, gak lah bodoh!"

"Ya kali kan berubah pikiran." Ngelesku menggoda Renjun.

Renjun mengotak atik tombol yang aku sama sekali tidak tau fungsinya untuk apa dari semua tombol itu karena aku memang bukan anak ekskul penyiaran. Aku ekskul PMR, karena ketertarikanku pada dunia kesehatan. Sudah terlihat sejak dini, kan? Kalian bisa menebaknya, kan? Ya tepat! Mungkin aku ingin menjadi astronot ketika sudah besar.

"Gak ada capenya sih Le." Keluh Renjun matanya fokus pada monitor menyusun list lagu yang aku buat bersama list lainnya sebagai request.

"Cape apa?"

Renjun tidak menjawab. Kegiatannya dihentikan, tangannya merogoh ponsel pada kantung bajunya. Selanjutnya dia menunjukkan sebuah potret dua anak laki-laki seusia denganku dari ponselnya. Aku tahu salah satunya Guanlin, kekasih Renjun tapi satunya aku tidak kenal. Mereka mengenakan seragam yang sama. Jadi dapat dipastikan mereka teman satu sekolah. Tapi apa maksud Renjun.

"Gimana? mau move on?"

Oh! Aku paham sekarang maksud gadis itu menunjukan foto pada ponselnya. Rupanya dia tidak ingin hati tulusku untuk menjadi istri kedua Guanlin berlanjut atau bersaing sehat lagi untuk merebut GuanIin.

"Siapa namanya?"

Renjun berbisik padaku. "Lucas." Katanya, padahal disini hanya ada kita berdua buat apa dia berbisik.

"Menurutmu gimana?"

"Dia sangat tampan, badannya tinggi dengan pundak lebar sesuai tipeku."
Renjun menunjukkan senyum jahilnya, tapi aku tidak merasa ada sesuatu yang janggal dari senyum itu. Atau belum.

Aku melirik Renjun, lalu menganggukkan kepalaku menatap ponselnya yang sudah berada ditanganku. "Aku sangat menyukainya, dari tingginya, rambutnya, postur tubuhnya, pokonya semuanya. Bagiku semua itu sangatlah menarik. Tapi sepertinya dia termasuk murid populer disana dan sepertinya banyak yang menyukainya."

"Kalau aku jadi dirimu, Aku sih tidak peduli pada pesaingku yang penting Lucas belum memiliki kekasih."

"Ah Renjuuun! Jangan memancingku."

Renjun berbisik kembali padaku, kali ini menjelaskan lebih spesifik dari pria teman Guanlin yang bernama Lucas itu. Perasaanku mengatakan ada yang salah dari cara Renjun berbisik ditelingaku sejak awal tadi sampai saat ini. Pertanyaanku untuk apa Renjun berbisik sedangkan diruang sempit ini hanya ada kita berdua.

Renjun menatapku dengan senyuman ganjilnya. Senyuman tipis yang nampak sekali ditahan. Kemuraman mulai menyambangiku, itu bukan suatu hal yang biasa Renjun lakukan.

Belum selesai otakku mencerna situasi,

'BRAAAKK!'

♧⌞⌝⌟⌜⌞⌝⌟⌜⌞⌝⌟⌜⌞♧

Midnight Memories (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang