10. Efemeral

198 34 0
                                    

Efemeral
─────
Bersifat sesaat

Playlist kamu : Long Slow Distance~NCT127

•·················•·················•

❛❛Bukan teman maupun musuh, dia hanya orang asing dengan sebuah memori indah.❞

•·················•·················•

Pria dengan julukan melekat jakam itu tidak bohong. Dia kembali tepat ketika bel masuk berbunyi setelah istirahat, tentu saja masih bersana Hyunjin. Kedua pria itu berlari dari gerbang depan melewati lapangan. Anak itu terlihat sangat dekat dengan Hyunjin sama seperti kedekatannya dengan Jeno, aku rasa. Aku juga masih belum tahu pasti. Hubunganku dengan Jisung baru berjalan beberapa minggu. Yang aku tahu, Jisung berteman dengan Jeno. Sudah.

Saat pulang sekolah pria itu sudah menungguku di depan gerbang lengkap dengan motor trail berwarna hitamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat pulang sekolah pria itu sudah menungguku di depan gerbang lengkap dengan motor trail berwarna hitamnya. Aku jadi malu sempat merutukinya tadi didalam hati karena aku pikir dia pulang lebih dulu, padahal dia sendiri yang memaksaku untuk pulang dengannya. Bukannya aku berharap, hanya saja, aku kesal dengan pria yang tidak dapat memegang teguh ucapannya. Ada pepatah mengatakan, pria yang baik adalah pria yang dapat dipegang ucapannya, kan. Sebagai wanita yang baik, aku mengikuti itu, ya dengan sedikit berharap sih ehee.

"Wahh terbuka." Celetuk Jisung. Aku yang ingin menyentuh pundaknya, urung dan ikut melihat arah pandang Jisung. Dan itu sukses membuat wajahku seketika berubah datar. Dia sedang melihat tiga orang perempuan menaiki satu motor yang sama, tentu saja dengan pakaian yang sangat terbuka. Mereka itu punya niat sengaja, lewat depan sekolahku supaya di goda pria hidung belang. Macam Jisung ini.

"Apanya?"

"Eh Chenle. Itu umm masa depannya terbuka lebar." Ucap Jisung ragu. Dia pikir aku tidak melihat apa yang dilihatnya tadi. Dasar semua cowo sama saja. Mata keranjang.

"Kenapa bolos?'

"Hehehe," Jakam itu tertawa sambil menggaruk tengkuknya. "Masih ingat ya?" Aku memutar bola mataku dan melenggang menjauhi Jisung. Malas menanggapinya.

Awalnya aku tidak ingin marah dan menyelesaikan masalah ini dengan berbicara baik-baik tapi setelah melihat adegan tadi, aku jadi kesal. Aku tahu niatnya hanya bercanda tapi tetap saja terasa menyebalkan.

Jisung turun dari motornya, "Aku minta maaf, aku tidak cukup baik." Ujarnya menahan lenganku. Aku menepisnya cukup kencang, dan sepertinya itu membuat Jisung terkejut. "Kamu semarah itu?"

Midnight Memories (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang