Lakuna
─────
Bagian yang hilang.•·················•·················•
❛❛ Kenapa aku bisa begitu nyaman dengan rumah yang belum kukenal pasti siapa tuan rumahnya. ❞
⚘
•·················•·················•Sederhana saja kebahagiaan seorang murid di SMA yaitu ketika tidak ada guru yang masuk kelas, atau jam kosong. Contohnya seperti sekarang ini. Sepertinya beliau ini sengaja ya tidak masuk karena ingin membuat senang muridnya sebelum besok akan diadakan ulangan harian dadakan. Biasanya seperti itu taktik guru untuk membuat muridnya speechless. Tahu saja para guru jika murid suka kejutan-kejutan romantis. Apalagi murid perempuan.
Untuk kejadian kemarin, untungnya murid sekolahku tidak menganggap serius setelah Renjun memohon permintaan maaf lewat radio. Dan peran bu Yoona untuk menetralisir suasana. Tidak banyak murid yang tahu soal confess kemarin, sepertinya mereka lebih fokus pada kantin. Dan beruntungnya audio belum terpasang sampai kantin, karena gedung tiga habis renovasi. Aku sedikit dapat bernapas lega. Hidupku tidak se-memalukan Haechan. Hehe.
Ini masih jam 10 pagi tapi mataharinya sudah sangat terik seolah sedang meberikan sebuah kisi-kisi bagaimana keadaan neraka nanti. 'Andaikan orang-orang lebih peka', begitu katanya. Tentu saja bercanda, ini hanya tanda-tanda pemanasan global. Kita sepatutnya mulai menyadarinya dan buat prinsip 'kurangi pemanasan global, tingkatkan gombal' bagi yang ingin memiliki banyak pacar. Eh kalian punya? Kalau aku sih otw punya. Hehe.
Diluar kelas maupun kantin masih sepi, jelas karena masih 2 jam untuk masuk waktu istirahat. Walaupun sepi tapi tidak boleh berisik sebab yang lain sedang belajar dikelas masing-masing. Hanya kelasku saja yang asyik diluar maupun dalam kelas karena tidak ada guru yang mengajar pun tidak ada tugas. Jadi mereka para murid memanfaatkannya dengan sangat baik yaitu untuk bersenang-senang.
Aku duduk diluar kelas pada kursi kayu memanjang tepat didepan kelasku bersama Haechan, Jaemin, Yangyang dan beberapa teman lainnya. Suasana hatiku sedang cerah hari ini. Tentu saja masalahku dan Jisung sudah selesai.
Tiba-tiba saja--
"WOY ORANG PALING SOMBONG SEDUNIA!" Itu, Jeno si musuh bebuyutanku baru keluar dari pintu kelas dan berteriak tepat ditelinga kiriku. Dia pikir aku ini mic, jadi bawaannya mau teriak saja kalau ketemu.
Aku sontak menutup kupingku. "Aishh Jeno!!" Teriakku berlari mengejar Jeno yang sudah lebih dulu melarikan diri. Benar-benar anak itu selalu mencari gara-gara denganku.
"APA?! Berani heh?" Teriak Jeno mengejekku, menjulurkan lidahnya seperti anjing, tapi itu malah terlihat lucu, kenapaaaaa harus Jeno yang memiliki wajah lucu itu. Aku kan jadi setengah hati jika ingin memukulnya.
Aku mendengus kesal, "Awas aja kalau kena!"
Aku berlari hampir memutari lapangan hanya untuk menangkap Jeno dan melakukan balas dendam. Namun aku tak bisa-bisa mendapatkannya. Itu karena Jeno berlari terlau cepat, kaki-kakinya sangat panjang. Eh-- ataukah karena niatku saja yang sudah buruk, ingin balas dendam coba ingin peluk pasti Jeno berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Memories (End)
Teen FictionSuka cerita ini? you can follow me for more stories♡ Kenangan itu datang ketika aku tidak meminta kehadirannya. *** Aku, Wong Chenle akan menceritakan tentang dia, pria yang tiba-tiba saja hadir disetiap lembaran hari-hariku. Sosoknya seperti noda...