Pikiran-pikiran kecil itu berlalu bagai kunang-kunang yang menghiasi langit malam. Tapi ... apakah mereka itu nyata ataukah semu?
-Nebula Merichie Karmayanti-
Astaga, kepada siapa pun Nebula meminta tolong agar semuanya dapat berakhir. Ia tak sanggup menerima takdir, apalagi jika sampai ini benar-benar terjadi. Lebih baik menghadap kematian daripada harus menerima kenyataan yang tak akan pernah bisa ia restui sampai kapan pun!
Gadis itu terus memijat kepalanya yang pening. Sesekali menoleh ke arah Halona dan Asya walau napasnya malah semakin dihela secara kasar. Ah, terlalu lama rasanya untuk menunggu dalam diam di atas kursi kayu yang menyambung dengan meja berwarna cokelat muda ini.
Nebula perlahan bangkit dan melangkah ke arah dua sahabatnya yang masih setia menunggu bibi-bibi penjual es krim tak bergigi itu.
"Belum?"
Halona—si gadis berkucir satu itu lantas menoleh dan menepuk bahu Nebula pelan. "Sebentar lagi."
"Mau Sya temenin duduk?"
Nebula menggeleng sembari berputar menuju tempat ia duduk tadi. Beruntung rasanya jam istirahat ditukar dengan pelajaran lain yang hendak melaksanakan kuis. Kalau tidak, mungkin gadis ini tak akan tahu apa yang siap terjadi selanjutnya.
Baiklah, ia akan mencoba 'tuk memejamkan matanya sebentar walau setetes air mata justru lolos dari pelupuk matanya. Dadanya yang begitu sesak justru tak mampu menahan isakan. Beberapa tatap mata sontak menoleh ke arahnya walau gadis itu dengan cepat segera menelungkupkan kepala agar semua orang mengira bahwa dirinya sedang tertidur.
Meneteskan tiap air mata rasanya membuat gadis itu semakin merasakan candu. Ia ingin lebih. Kalau saja bukan karena ada kuis, mungkin dirinya tak akan bertahan lagi di sekolah.
"Nebula? Are you okay?" Asya yang hendak menaruh semangkuk es krim cokelat bercampur vanila, serta beberapa bungkus lainnya langsung melangkah dan duduk di samping sahabatnya itu.
Sementara Halona yang baru saja selesai membayar pun ikut melakukan hal yang sama. Mengusap punggung sang sahabat, lantas memeluknya dengan hangat. "Ada apa? Cerita, yuk."
Dengan cepat Nebula mengusap air matanya kasar. "Gue nggak mau, Sya, Na. Jijik tau nggak, sih?"
Kedua mata gadis itu terpejam sebentar sembari membuang napasnya secara perlahan. "Please, bilang sama gue kalau ini cuman overthinking gue aja."
Halona mengangguk pelan sambil menarik mangkuk es krim yang sudah dihiasi oleh toping meses dan juga choco chips.
"Makan dulu, biar tenang."
Tangan kanan Nebula sontak meraih sendok plastik kecil yang menancap di atas krim berwarna putih itu. Mengemutnya secara perlahan, baru beberapa menit kemudian mood gadis itu membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Pacar Proposal
Teen FictionCitra Nebula sebagai selebgram yang baik dan apa adanya mendadak hancur ketika dirinya tidak sengaja mendorong Ms. Sunshine saat ponselnya disita. Baru saja berniat untuk meminta maaf, walau tidak ikhlas, Arcas--si Ketua OSIS galak, songong, berwaja...