Kalau udah kehilangan aja, baru, deh ... menyesal.
Maaf, nomor yang Anda tuju sedang sibuk. Silakan hubungi beberapa saat lagi, terima kasih.
Lagi dan lagi, gadis bersurai hitam dengan setelan jas biru dongker dan rok abu kotak-kotaknya kembali menghentakkan kaki ke atas lantai. Sudah berapa puluh kali operator menjawab? Heran, mau dihubungi saja sulit kayak menelepon 119 buat minta surat sertifikat vaksin.
"Bye, Bul. Pulang dulu, ya ...," ucap seorang cowok yang baru saja melintas di hadapan Nebula. Iya, dia si ketua kelas.
Bukannya mengangguk, gadis itu justru mendengus kala melihat siapa yang lewat. Iya, sudah beberapa menit dirinya menunggu di samping gerbang bercat abu-abu yang menjulang tinggi, tapi suara motor Arcas enggak bunyi-bunyi. Apa jangan-jangan dia sudah pulang duluan?!
Baik, dirinya pun bingung harus berbuat apa sekarang. Bukan, ini bukan masalan mengeluarkan uang untuk transportasi, tapi ... Arcas seharusnya memberikan kabar terkait jam pulangnya. Iya, mereka memang masih berstatus teman, cuman Nebula juga butuh supir gratis untuk memenuhi rasa nyamannya selama berdekatan dengan Arcas.
"Kak, lo di mana, sih? Bolos beneran? Nggak mungkin ...." Sembari menengok ke kiri dan kanan—berusaha mencari keberadaan sang guru pengurus OSIS, gadis itu pun menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Enggak mungkin 'kan semua pikiran negatifnya menjadi nyata? Tolong, Nebula akui kali ini dirinya kalah. Ia tak bisa melihat siapa pun yang ada di sekitarnya menghilang tanpa kabar. Sudah cukup kejadian Shara dulu.
"Duh, Arcas ko mana? Nggak boleh tinggalin gue sendirian ...," ucapnya lagi sambil menatap layar ponsel. Berharap ada sebuah notifikasi yang muncul walau sedari tadi ia tunggu juga berujung sia-sia.
Semilir angin pun terus bertiup mengembuskan napasnya ke arah wajah Nebula. Semakin menambah rasa sepi dalam diri gadis itu. Terus menengok, berharap kali ini Arcas mau memberikan jawaban, tetapi hasilnya nihil. Tak ada yang melintas, hanya ada satpam posko yang sibuk duduk di dalam sambil menyaksikan pertandingan di televisi.
Hingga akhirnya, seorang pria paruh baya berkaos putih polos turun dari mobil. Menghampiri seorang gadis yang masih terdiam sambil menatap ponsel dengan helaan napas, lantas membawanya masuk ke dalam.
🍰🍰🍰
"Kak Arcas!" teriak Nebula yang baru saja melintas melewati kelas Arcas. Lelaki itu entah mengapa sudah berjalan keluar dari sana, sendirian sambil membopong tasnya di bahu kiri dengan tatapan lurus ke depan.
Entah apa yang membuat lekaki itu terus berjalan tanpa menoleh, yang jelas Nebula yakin suaranya sudah cukup kencang untuk membuat orang lain datang menghampirinya dan bertanya kenapa. Tapi, ini kenapa kayak disumpal kapas? Masa iya, dia marah karena Nebula kemarin enggak membantu membereskan lapangan, bahkan sempat-sempatnya pula membentak wakil ketua OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Pacar Proposal
Teen FictionCitra Nebula sebagai selebgram yang baik dan apa adanya mendadak hancur ketika dirinya tidak sengaja mendorong Ms. Sunshine saat ponselnya disita. Baru saja berniat untuk meminta maaf, walau tidak ikhlas, Arcas--si Ketua OSIS galak, songong, berwaja...