👩‍🦱27. Nilai Terakhir

61 8 0
                                    

"Ma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ma ... di mana? Lagi ngapain? Kakak mau nanya," ucap gadis bersurai hitam itu sambil menuruni tangga berkarpet merah itu. Sesekali gadis itu melirik ke arah kiri dan kanan, berharap sang ibu sedang berdiri di area dekat tangga—tepatnya dapur—sambil memotong sayur usai pulang dari supermarket bersama bibi di rumah.

Perlahan Nebula mengembuskan napasnya kasar. Sudah berhenti di lantai paling bawah, tapi wujud sang ibu tak juga terlihat. Ya ampun, padahal baru saja mau ia beri kejutan. Tapi dipanggil saja sulitnya minta ampun.

"Bi ...."

"Bentar, Non. Saya lagi tenangin adik! Nangis terus," sahut wanita muda itu dari balik kamar Nash yang terletak di lantai dua.

Ya ampun, benar-benar. Baiklah, akan ia cari sendiri ibunya sampai ketemu. Kenapa pula ayah harus pulang malam hari ini? Sudah begitu ketemunya jarang-jarang pula. 'Kan jadi kesulitan.

Enggak, Nebula. Mama pasti baik-baik aja. Mungkin lagi keluar arisan? batinnya pun berusaha menenangkan.

Iya, kata Shara—sang ibu, jadi cewek itu harus bisa berpikir positif terhadap keadaan. Walau ... ah sepertinya memang sudah sejak lahir ia diciptakan bersama overthinking!

Langkahnya terus bergerak, mengelilingi perkarangan rumah yang dihiasi oleh tumbuhan hijau di sekelilingnya. Berjalan dalam sepi, sesekali merapal doa agar kondisi ibunya memang baik-baik saja. Sip, overthinking itu cuman pikiran aja yang lebay.

Lagi dan lagi gadis itu berusaha menghela napas sembari mengusap dadanya yang terus berdebar. Namun, baru saja beberapa detik dirinya berhasil menenangkan diri, seolah ada yang menarik ekor matanya 'tuk melirik ke area ayunan putih yang disusun tepat di bawah pohon yang rindang.

"Mama ...." Seluruh tubuhnya mendadak bergetar saat melihat apa yang terjadi di hadapannya sekarang, bahkan untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya pun seolah tak bisa dilakukan saat itu juga.

Hanya membutuhkan hitungan detik, tubuh sang gadis berusia 12 tahun itu mendadak kaku. Membelalakkan matanya lebar sambil meneguk air liurnya susah payah. Enggak, ini pasti lagi mimpi.

Berkali-kali gadis itu menepuk kedua pipinya, sama. Apa yang ia lihat sama sekali tak berubah. Tak ada kelopak mata yang terbuka 'tuk melihat cerahnya matahari pagi.

Masih tak percaya dengan apa yang ia lakukan, sontak saja Nebula menampar pipinya sendiri hingga menimbulkan bercak kemerahan di sana.

"Ma ... jangan akting, dong! Cukup latihannya!" teriak Nebula yang langsung berlari menghampiri wanita bersurai cokelat dengan tubuh berbalut dress putih di sana.

"Om sutradara pasti puas banget sama hasilnya," ucapnya sekali lagi.

Enggak, keadaan sama sekali tak berubah. Wanita yang masih menundukkan kepala itu sama sekali tak mendongak, bahkan untuk bergerak saja tak bisa.

Me and My Pacar ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang