🍩28. Kehilangan Arcas

70 9 0
                                    

"Intinya acara hari ini harus berjalan lancar! Terutama buat kalian yang ditugasin buat menjaga acara, gue harap enggak ada yang miss! Kalau ada, siap-siap angkat kaki dari OSIS!" seru Arcas sambil menyembunyikan kedua telapak tangannya di balik p...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Intinya acara hari ini harus berjalan lancar! Terutama buat kalian yang ditugasin buat menjaga acara, gue harap enggak ada yang miss! Kalau ada, siap-siap angkat kaki dari OSIS!" seru Arcas sambil menyembunyikan kedua telapak tangannya di balik punggung. Terus bergerak mondar-mandir di depan papan tulis ruang OSIS yang langsung saja membuat anggotanya mengangguk setuju. Lebih tepatnya, menuruti agar tak kena semprot.

Memang, dibilang betah bekerja sama dengan Arcas juga enggak, tapi kata orang, ini berguna untuk mencari potongan harga saat masuk universitas. Memang, sih, cowok itu kalau memimpin suka pakai urat, tapi banyak guru yang bangga sama cowok itu sampai memuji-mujinya tiap detik.

"Lo ... Harta, pimpin doa. Habis itu kita ke lapangan buat eksekusi."

Lelaki berambut jabrik dengan kacamata yang dikenal dengan nama Harta Tahta Kasta itu pun kembali mengangguk, lantas bergerak maju dan berdiri di samping Arcas baru berucap, "Teman-teman, mari kita berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing ...

Doa dimulai," lanjutnya sambil menundukkan kepala.

Semua siswa dan siswi berjas biru dongker itu pun ikut menundukkan kepala—berharap dan berdoa kepada yang maha kuasa dengan khusyuk agar tidak dimarahi oleh Arcas. Iya, salah sedikit, maka akan dipanggil dan diceramahi panjang lebar seperti warga yang siskamling. Iya, rasanya kayak 2x24 jam

"Selesai," sahut Arcas tiba-tiba yang langsung bergerak maju dan memanggil semua anggota untuk membentuk lingkaran. Perlahan, satu persatu tangan mereka pun mulai berkumpul di titik tengah, baru di bagian paling atas ditumpu oleh telapak Arcas.

Diam-diam Nebula justru berdiri di depan pintu sambil mengintip apa yang cowok itu lakukan. Sebenarnya enggak disuruh juga, cuman kepo aja. Daripada nanti dia diputus kontrak belajar bahasa inggris, mending jadi penguntit.

Di hati yang paling dalam, ada rasa takjub sampai gadis itu menggelengkan kepala pelan, seperti ada beberapa kupu-kupu yang berterbangan di perutnya walau ia sendiri tak paham ada apa. Jujur, ia akui Arcas hari ini sangat keren walau sedikit pucat.

"OSIS SMA DAUN BIRU!" teriak Arcas.

"DO THE BEST! LET'S FIGHTING!" seru mereka semua kompak yang kemudian langsung menaik-nurunkan tangan mereka.

"Ngomong apaan, dah?" tanya Nebula di balik kaca, sampai tak sadar jika kakinya sudah berjinjit depan pintu—sibuk memandangi wajah Arcas. Mengingat bagaimana cowok itu menjadi semakin jahil, bahkan terlalu banyak pemaksaan yang sebenarnya manis, membuat Nebula semakin ingin berdekatan walau ia sendiri tak mengerti dengan apa yang ia pikirkan,

"Kerja keras! Jangan lupa!" seru Arcas sambil melempar tatapan tajam pada Nebula.

"Ih apaan?" desis Nebula sambil memutar bola matanya malas. Ada-ada saja. Apaan coba pake dipelototin kayak gitu? Emangnya Nebula enggak takut?!

Me and My Pacar ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang