Enaknya dijahit apa disulam bibirnya biar diem?
-Ibunda Ratu Matahari-
Sudut bibir lelaki itu seketika terangkat sinis—seolah tahu dengan apa yang akan terjadi beberapa saat kemudian usai dirinya menarik telapak tangan sang gadis secara tiba-tiba. "Mau di sini apa di mana?"
Hah ... apa maksud Arcas? Ini bukan pertanyaan yang normal, 'kan? Tak salah jika jantung Nebula sudah berdegup kencang, apalagi sampai merasakan sesak yang begitu kencang di dalam dada.
"Kak, gue mau diapain?" lirihnya dengan tatapan memelas pada seorang lelaki yang terus menariknya paksa—menuju tangga naik.
Arcas tak menjawab, bahkan untuk menoleh saja rasanya sulit sekali dilakukan oleh cowok itu. Entah memang ini sudah menjadi hobi atau bakat terpendam untuk menyiksa seorang perempuan, maka Nebula berjanji akan berdoa pada sang kuasa agar segala tindakan mengerikan itu ditarik sekarang juga.
Nebula pun berjanji bahwa dirinya akan dengan setia menuruti perintah sang ayah untuk melantunkan ayat-ayat suci sebelum tidur apabila Arcas bisa berubah.
"Kak," panggilnya sembari meneguk air liurnya susah payah.
Ia memejamkan mata walau sementara sampai tak sadar jika lututnya sudah terjatuh menyentuh lantai—sampai tak lagi merasakan apa yang namanya perih di permukaan kulit yang belum sembuh total usai kejadian pura-pura pingsan kemarin.
Beberapa pasang mata dari para siswa dan siswi yang baru saja selesai menuruni anak tangga paling akhir pun sampai rela 'tuk menyaksikan apa yang terjadi selanjutnya tanpa mempedulikan para cacing di perutnya.
"Arcas nyiksa seleb."
"Udah kayak sinetron hidayah anjir."
"Mending, masih lebih bagus kisah cinta Mas Al sama Andin di 'Ikatan Cinta'."
"Pergi lo semua!" Hanya dengan satu kalimat, tapi nyatanya sudah terlalu efektif dalam mengusir beberapa orang yang semula sibuk membicarakan keduanya. Iya, mereka tahu, bahkan sangat sadar apabila Arcas merupakan anak kesayangan para guru, serta orang yang paling dihormati di sekolah.
Area pembatas di antara pintu gerbang menuju kantin dan jalan di area tangga mendadak sepi. Menyisakan dua orang insan yang masih tak jelas mau melakukan apa.
"Jangan pernah lo berlutut depan gue karena gue bukan Tuhan."
Enggak, ini pasti pencitraan yang dilakukan Arcas agar Nebula mengurungkan niatnya untuk bercerita kepada Bul-Bul usai keadaan aman. Lagi pula, seseorang yang mau melecehkan perempuan macam Arcas, mana mungkin menunjukkan hidung belangnya?
"Nggak, gue bakal kayak gini terus sampe lo janji nggak akan bawa gue ke gudang."
Lagi dan lagi, Arcas terpaksa mengembuskan napasnya kasar sembari menyejajarkan posisi kepalanya di hadapan Nebula. Mengamit dagu gadis itu, lantas menatapnya tajam seolah ingin menelan sebuah mangsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Pacar Proposal
Teen FictionCitra Nebula sebagai selebgram yang baik dan apa adanya mendadak hancur ketika dirinya tidak sengaja mendorong Ms. Sunshine saat ponselnya disita. Baru saja berniat untuk meminta maaf, walau tidak ikhlas, Arcas--si Ketua OSIS galak, songong, berwaja...