💨30. Maksa Intinya

69 7 0
                                    

"Gue mau lo jangan ngegas sama anak OSIS, kasian mereka capek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue mau lo jangan ngegas sama anak OSIS, kasian mereka capek. Cukup gue aja yang boleh ngomel-ngomel," ucap Arcas yang langsung menjauhkan wajahnya dari hadapan Nebula. Membuat gadis itu langsung mengembuskan napas kasar sambil memegangi dadanya yang tampak naik turun.

"Btw, gue juga bukan cowok murahan yang suka cari cewek belang." Arcas kembali menambahkan kata-katanya. Lagian, entah setiap detik, dituduh melulu, ya sudah ia ganggu saja sekalian. Biar kapok!

"Jangan gitu ... gue takut kalau muka lo maju-maju. Kayak om-om genit," balas Nebula sambil menundukkan kepalanya.

Sudah cukup, sedari kecil ia terus didoktrin oleh Shara untuk menjaga jarak dengan laki-laki. Kata sang ibu, cowok itu kebanyakkan hidung belang, suka menggoda, apalagi menyentuh fisik, dan ujung-ujungnya pergi begitu saja!

Tanpa disadari, Arcas malah tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya. Ada-ada saja, tapi ya sudah demi Nebula, apa pun siap ia dengar walau tak enak sekalipun, eh.

Gadis itu masih menunduk—menatap ke arah kaki Arcas yang semakin lama menghilang dari pandangan mata, baru kemudian Nebula mendongak. Baru sadar sampai ia melongo saat tahu dirinya ditinggal sendirian oleh Arcas.

"Nyebelin!"

"Takut, ya?" sahut Arcas dari ujung lorong. Pelan-pelan cowok itu melepaskan tawanya kala menengok wajah Nebula yang sudah tertekuk seperti origami.

"Kak Arcas!" panggil Nebula lagi sambil berlari kecil ke arah cowok itu.

Arcas kembali menghentikan langkahnya, namun sama sekali tak menoleh agar Nebula tak lagi berbicara yang aneh-aneh.

Menatap lurus ke depan—sesekali melihat ke arah arloji bermerk Apple yang melingkar di tangan kanannya.

"Nanti kita belajar inggris di rumah boleh nggak?" Nebula bertanya sambil memainkan kedua jari telunjuknya di depan dada. Terus mengadu ujung ke ujung jari sambil mengerucutkan bibir—berharap Arcas tak lagi bertanya soal apa pun yang aneh.

Sontak saja kedua bola mata Arcas terbelalak lebar. Sejak kapan gadisnya itu berambisi memiliki nilai bagus? Bukan katanya bahasa Inggris itu tidak penting?

Arcas masih terdiam selama beberapa detik, membuat Nebula yang masih berdiri di balik punggungnya terpaksa berdecak karena tak sabar menunggu lebih lama.

Apa mungkin semua anak OSIS itu kayak begitu? Memikirkan jawaban satu jam baru mau menjawab pertanyaan orang lain? Lagian tinggal berkata iya atau tidak aja sulitnya minta ampun.

"Nggak bisa, gue ada rapat evaluasi hari guru kemaren."

"Ya udah, ikut!"

"Enggak, lo pulang."

"Kenapa? Biasanya gue dipaksa jadi babu, terus kenapa dipecat?"

Arcas mengembuskan napasnya kasar, lantas berbalik dan menatap Nebula yang masih mengerucutkan bibir tak terima. Menatap manik kecokelatan milik sang gadis, kemudian mencubit pelan ujung hidung pesek milik Nebula gemas. Kayaknya lama-lama gadis bersurai hitam itu jadi hobi disuruh-suruh.

Me and My Pacar ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang