Manusia memang tempatnya untuk lupa, tetapi ada satu hal yang wajib mereka ingat, etika berbicara.
-Arcas-
Kalau saja bukan karena ancaman, tak akan sudi Nebula berlaku seperti ini. Sepanjang jalan kedua kelopak mata gadis itu memicing. Memangnya si iblis betina itu pikir, dia ikhlas? Oh, tentu saja tidak!
Lo pikir gue kayak gini bahagia? Hah? Oh, apa jangan-jangan dia sengaja, batin Nebula terus berseteru, apalagi saat bayang-bayang wajah Miss. Sunshine yang rajin kali melintas seolah ingin menyuruh Nebula berlari ke arah kelas Arcas.
Napasnya pun memburu saat kakinya berhasil memijak lantai tiga. Iya, bayangkan saja, dengan tidak ikhlas gadis itu harus naik dari lantai dua ke lantai tiga, hanya untuk mengajukan permohonan pada seseorang yang tak berarti.
Cuih!
Allahuakbar, hampir saja saliva yang tengah ia teguk berlari dari tenggororokan. Baik, ini memang salah Miss. Sunshine yang tak pernah bisa membiarkan hidupnya tenang. Pokoknya segala sesuatu yang buruk itu pasti ulah sang guru bahasa Inggris.
Hingga akhirnya Nebula pun sampai di hadapan pintu cokelat kayu yang tertutup rapat. Menyisakan sekotak kaca di bagian tengah hingga memudahkan gadis itu untuk mengintip dan mencari tahu di mana letak makhluk hidup itu berada.
Namun, sebentar langkah Nebula terpaksa melompat pelan ke belakang saat sebuah wajah kotak milik seorang lelaki tiba-tiba saja memenuhi seisi kaca. Sembari menempelkan hidung dan rambut cepaknya, cowok itu terus melempar tatap ke arah Nebula yang sudah merasa sesak.
Diusaplah dadanya yang terus mengembang mengempis dengan cepat seraya mengatur napas yang tak lagi beraturan. Ya Tuhan, kenapa bisa ada sosok hantu yang bergentayangan di siang hari?
#Dret
Suara khas ala pintu terbuka akhirnya kembali memecahkan suasana. Gadis itu tak berani mendongak, melainkan terus terpaku pada lantai abu-abu bermotif marmer yang menampakkan dua buah kaki bersepatu hitam polos.
Baru secara perlahan, bola mata gadis itu melirik ke atas dan akhirnya ia bisa bernapas lega. Ternyata manusia. Aduh, napasnya masih terengah pula sampai membuat sosok yang tak dikenal tadi sedikit tertawa.
"Hai," sapanya sambil melambaikan tangan. Lelaki itu perlahan memamerkan sederet gigi rapi dan juga mata yang mengeluarkan sinar terpukau. Begitu takjub dengan kecantikkan Nebula dari dekat. Selama ini cowok itu tak pernah berpapasan secara langsung, hanya melihat dari jauh atau social media.
"Lo cantik banget hari ini." Lelaki yang tingginya hampir mencapai dua meter itu berucap seraya merapikan rambutbya yang tampak berantakkan.
Bukannya terharu atau terpesona, Nebula justru berdecak sembari menggelengkan kepala. Dasar cowok genit tukang penggoda. Berkenalan saja belum, tapi sudah berani memuji. Iya, ia juga sadar kalau dirinya memang cantik, tapi kenapa geli kali rasanya saat mendengar pujian langsung dari orang tak dikenal yang mirip siluman babi di kaca tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Pacar Proposal
Teen FictionCitra Nebula sebagai selebgram yang baik dan apa adanya mendadak hancur ketika dirinya tidak sengaja mendorong Ms. Sunshine saat ponselnya disita. Baru saja berniat untuk meminta maaf, walau tidak ikhlas, Arcas--si Ketua OSIS galak, songong, berwaja...