"Nebul kok belom sampe-sampe, ya, Ona?" tanya Asya sembari melirik arloji merah mudanya yang ia lingkarkan di tangan sebelah kiri.
Keduanya masih terduduk manis di ruang sofa tamu. Sesekali mengecek ponsel, berharap Nebula mengirimkan pesan, seperti mau membawakan mereka sebungkus sate ayam gitu.
"Nanti juga sampe, Sya. Lagi teduh kali karena hujannya deres banget. Eh, apa jangan-jangan dia di jalan kesamber petir dan pingsan?! Nggak mungkin, ini cuman pikiran gue aja, sip." Astaga, bisa-bisanya penyakit pikirannya itu kambuh. Bagaimana jika omongan adalah doa? Waduh, bisa bahaya.
Ya ... tapi mau bagaimana lagi, karakter mereka itu sebenarnya tak beda jauh. Cuman yang satu masih bisa mengatasi, lalu kalau Nebula, sudah tahu sendiri apa yang akan terjadi selanjutnya.
Asya mengembuskan napasnya kasar. Seharusnya tadi dia enggak mengiyakan ajakan Halona untuk pergi duluan. Kalau begini, jadinya 'kan kasihan Nebula. Padahal bisa pulang bareng pake taksi daring. Tak jelas pula sekarang Nebula diantar siapa, semoga saja sama Arcas.
Hingga seorang gadis kecil yang tak lain lagi adalah Nash datang menghancurkan lamunan mereka. Gadis itu datang membawakan dua kotak susu vanila yang masih berkeringat dingin, lantas menaruhnya di atas meja.
"Ayah maksa Nash kasih Kakak Ona sama Kakak Asya minum. Kenapa coba tadi pake nolak permintaan Bibi?!" seru gadis berkucir dua itu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Maafin kita, ya, Nash," balas Halona dengan senyum super ramahnya.
"Ya udah, itu bawa susunya! Kata Ayah, Kakak-Kakak boleh masuk kamar Kak Nebul. Tapi awas, ya, kalau barangnya dicuri kayak si Prinses yang ambil laptop Kakak!" peringat Nash.
Pokoknya apa pun yang berkaitan dengan Nebula, ialah penjaganya. Awas saja, kalau sampai ada yang berani macam-macam, maka gadis berkaos kuning Gudetama dengan rok pendek putih itu siap maju ke garis terdepan!
"Oke, makasi banyak, Nash!" seru Halona yang langsung bangkit sembari menatap layar ponselnya dan berlari kecil ke lantai atas untuk naik ke kamar Nebula. Sementara Asya, cewek itu justru menebar senyuman sembari mengangguk pada Nash dan membawa dua kotak susu yang seenaknya ditinggalkan oleh Halona.
"Kak Sya ora odo sopan-sopanne. Koyok ora odo mulut buat ngomong makasih," ujar Nash sambil melempar lirikan tajam ke arah Asya yang baru saja menginjakkan kaki di tangga pertama.
(Kak Sya nggak ada sopan-sopannya. Kayak nggak ada mulut buat ngomong makasih)
"Tadi Sya udah nganggukkin kepala. Nash nggak liat?"
Nash menggeleng cepat. "Itu namanya lagi ngomong iyo, bukan makasih!"
"Kakak Ona udah ngumpet ke kamar Kak Nebul, kok dia nggak ditahan? Cuman Sya doang?" protes Asya sambil memanyunkan bibirnya lima senti.
"Urusan Nash sama Kak Asya! Coba Kak Sya ulangin ngomong makasihnya! Nash mau denger."
"Nash, udah, ya. Sya ngantuk." Asya membuka mulutnya sambil menutup pelan-pelan. Berharap bocah kecil itu segera pergi dan tidak mengganggu dirinya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Pacar Proposal
Teen FictionCitra Nebula sebagai selebgram yang baik dan apa adanya mendadak hancur ketika dirinya tidak sengaja mendorong Ms. Sunshine saat ponselnya disita. Baru saja berniat untuk meminta maaf, walau tidak ikhlas, Arcas--si Ketua OSIS galak, songong, berwaja...