"Eh, menantu idaman datang," sapa Karmayanto di ambang pintu dengan baju kokohnya. Entah, katanya malas berganti baju usai melakukan sholat jumat di masjid dan menumpuk cucian baju.
Sontak saja lelaki yang merasa namanya dimaksud itu tersenyum, kemudian menarik telapak tangan sang calon mertua dan menciumnya. "Ass-alamu'alaikum, Om Karma. Maaf jika terlalu sore mengantarkan Nebula."
"Wa'alaikum-ussalam, Arcas."
"Boleh saya minta izin untuk bicara sebentar?"
"Tentu saja!" balasnya sembari merangkul Arcas masuk dan menyuruhnya duduk di atas sofa ruang tamu. Sepanjang langkah kedua lelaki itu tersenyum, entah ada secercah rasa bahagia apa yang membuat mereka tampak bahagia kali hari ini.
Nebula yang baru saja melepas kaos kaki dan meletakkan sepatu hitamnya di dalam rak pun langsung menyusul keduanya dengan wajah yang masih tak dapat diartikan. Sepanjang jalan gadis itu mengerutkan wajah, bahkan sampai di rumah—entah itu pegal atau tidak, tetapi jujur ia masih bingung perihal apa yang diucapkan Arcas tadi di rumahnya.
Jadi ... ini betul enggak kalau Nebula sama Arcas udah berpacaran? Tapi rasanya kok kayak ada yang menggelitik perutnya andai dirinya mengingat seperti apa status mereka sekarang.
Seketika Arcas yang sudah duduk bersama Karma menoleh. Mengedipkan sebelah matanya.
Ya ampun, ada apa itu? Langkah Nebula justru bergerak semakin cepat sampai tak sadar bahwa dirinya sedikit berlari kecil ke arah dua manusia yang entah kenapa sedari tadi terus memamerkan sederet giginya. Bahagia kali mereka.
Nebula terduduk di samping Arcas, kemudian melirik ke arah sang ayah yang tampak menaruh kedua telapak tangannya di depan lutut. Pria paruh baya dengan kaos Polo hitam itu membuka suara. "Gimana?"
"Iya." Arcas tampak mengangguk seolah paham dengan apa yang dimaksudkan oleh Karma sekarang. "Sudah, Om, dan mau meminta izin di depan putri Om."
Karma mengangguk cepat dengan dagu yang sedikit terangkat. Ya ampun, bangga sekali rasanya memiliki menantu seperti Arcas. Ia yakin, pasti cowok itu dapat membawa Nebula menuju karakter yang lebih baik dan membanggakan.
"Sebenarnya tak perlu, karena sejak Nebula menampakkan wajahnya ke dunia pun, saya dapat menebak siapa jodohnya," ucap Karmayanto santai yang berhasil membuat sang putri terbelalak.
Arcas tak henti-hentinya tersenyum. Memang tak salah pilih calon mertua. Walau dalam pembuatan proposal, hal-hal yang diucapkan oleh Karma termasuk pembuangan kata-kata, tetapi untuk kali ini cowok itu maklum. Tak apa khusus Karma.
"Emang jodoh Kakak siapa, Ayah?"
"Arcas. Siapa lagi?"
Seketika Nebula terdiam seribu bahasa. Menatap sang ayah kikuk, lantas berganti melirik ke arah Arcas yang entah rasanya bangga sekali atas pencapaian mereka hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Pacar Proposal
Teen FictionCitra Nebula sebagai selebgram yang baik dan apa adanya mendadak hancur ketika dirinya tidak sengaja mendorong Ms. Sunshine saat ponselnya disita. Baru saja berniat untuk meminta maaf, walau tidak ikhlas, Arcas--si Ketua OSIS galak, songong, berwaja...