40. Tunangan

5.3K 357 46
                                    

CHAPTER KALI INI KHUSUS BUAT MANJAIN PARA BUCINNYA ELANG

Happy Reading.

200 vote, 200 komen. Otw Up part 41

-----

"Harus banget, ma? Zilla ada reuni, gabisa dateng." Zilla, gadis itu sedang menatap Ibunya, memohon. Dia dipaksa untuk ikut diacara pertunangan Elang dan perempuan yang dijodohkan dengannya, Sasa.

NUMFANG LEWAD.... Author lupa nama cewek yang mau dijodohin sama Elang. Anggep aja, namanya Sasa ye:v

"Narus, nak. Ini acaranya sohib kamu, loh. Masa iya ga dateng."

"Tapi.... Zila ada acara sendiri..." Zilla tertunduk lesu, hatinya menjerit sakit.

"Tunda dulu acara kamu, sekarang kita berangkat. Oke?"

Mau tak mau, Zilla harus mengangguk. Terlalu mendadak, hatinya belum sempat membuat tameng, untuk menahan rasa sakitnya nanti saat melihat Elang, memakaikan cincin dijari perempuan lain.

"Ayo, nak."

*

"Ah, harusnya gue terima aja pas gue dijodohin sama Zilla," ucap Elang meratapi kebodohannya sendiri. Dikunci dikamarnya sendiri, dipaksa orang tuanya untuk memakai pakaian rapi.

Ruang tengah dirumahnya, sudah di hias secantik mungkin.

Elang menoleh saat mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Dia tetap diam, menatap pintu tak berdosa itu dengan tatapan tajam.

"Ayo, Elang."

Elang bergeming di tepi kasurnya. Sambil membuang muka, berusaha untuk tidak menatap Ibunya dengan matanya yang menatap tajam seperti sekarang.

"Calon istri kamu udah dijalan, ayo, turun."

Elang masih tetap diam dalam duduknya. Berusaha meyakinkan dirinya, bahwa ini hanyalah, mimpi....

Sedetik kemudian, dia harus mengakui bahwa semua ini nyata. Dia ditarik keluar kamar, dan melihat ruang tengah rumahnya, yang dihias dengan beberapa bunga, juga beberapa meja dan kursi.

Tuhan, gue harap ini cuma mimpi.

20 menit menunggu, keluarga perempuan yang dijodohkan dengannya tak kunjung datang.

Elang tetap diam, sambil melihat bagaimana Zilla tertawa lepas saat berbincang dengan Alice dan Ely.

Bahkan, gadis itu tak terlihat sedang patah hati.
Tanpa sengaja, tatapan mereka saling bertemu, tawa yang menghias wajah Zilla kian menghilang.
Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyuman manis, dan memberikan kepalan tangannya, seolah menyemangati Elang.

"Nak." Senyum tipis Elang sirna, saat Ayahnya memanggil.

"Kamu mau pertunangan ini dibatalin, kan?"

Ada apa dengan Ayah dan Ibunya? Setelah berhari hari membujuk agar pertunangan ini dibatalkan, mengapa baru sekarang, mereka balik menanyakan ini?

"Terserah, Elang udah pasrah. Terserah, Elang mau dijodohin sama siapa."

"Lagipula..... cewek yang Elang suka, mau balikan sama mantan mantannya."

Orang tuanya saling menatap satu sama lain. Menghembuskan nafas pelan, dan mengangguk.

Perlahan mulut Ayahnya mengeluarkan kalimat, yang membuat Elang justru merasa, senang?

"Sasa....."

"Perempuan yang mau kita jodohin sama kamu. Pergi, keluarganya udah terbang ke NY, 3 jam yang lalu."

*

"Kasian banget, ga jadi punya pasangan ya, Bang."

Andre tertawa ngakak, saat mendengar kabar bahwa pertunangan Elang dibatalkan.
Audie Cs  berkumpul di ruang tengah rumah Elang, setelah selesai membereskan meja dan dekorasi lainnya.

Setelah mendapati berita, bahwa Sasa dan keluarganya terbang ke NY secara tiba tiba. Dan baru memberitahu keluarga Elang saat sudah 3 jam diperjalanan. Acara tersebut dibubarkan, dengan Alasan, sebenarnya ini bukan cara pertunangan sebenarnya, melainkan masih gladi bersih.

Beberapa tamu undangan merasa kecewa, namun batal karena Audie memberi mereka bingkisan yang berisi berbagai barang mahal. Seperti kosmetik, maupun dompet kecil.

Katanya, biar Tante sama Om gak malu...

"Kasian banget temen gue, baru aja mau punya pasangan, eh batal."

Orang yang sedang diolok olok, justru dengan santainya tiduran di sofa. Menggunakan paha Zilla sebagai bantalannya.

"Lo daripada ngolok olok gue terus, tapi ga ada pengaruhnya. Mending beliin ayam geprek, gue laper," ucap Elang sambil memejamkan matanya, mencoba tidur. Hatinya berbunga, perjodohan ini, batal.....

Semalaman dia stress, memikirkan jika pertunangan ini benar benar dilaksanakan, sepertinya dia harus kabur dari indonesia, dan mengucilkan diri dinegara lain.

"Duit?" tanya Bayu, yang siap pergi. Masalah makanan, selalu nomor satu.

"Minta Ayah Repan, atau ngga Bunda Audie."

Pipi Refan berkedut jijik, dan menatap Elang ilfil.

"Amit amit gue dipanggil ayah sama lo!"




















Tbc

200 Vote, 200 komen. Otw up chapter selanjutnya

Tetap temenin Audie sampai akhir cerita ini, ya!

Janlup mampir di ceritaku, L I A R
Mugkin bakal sedikit berhubungan, sama beberapa tokoh dicerita ini.

Thank You🌿

Audie is the QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang