Chapter 34

8.2K 501 47
                                    

H a p p y  R e a d i n g.

_______________________

DOR!

"Akh! Bangsat lo!"

"Gue? Bangsat? Elo kali yang bangsat," balas Audie santai sambil mengelus elus pistol abu abunya.

"Darah gue habis gara gara lo bangsat!" seru Wulan yang duduk lemas dengan wajah yang pucat. Seragam coklat yang dipakainya penuh dengan darah, terbelih di pundaknya yang tertembak.

"Lo ga bosen bilang bangsat bangsat mulu?" tanya Audie heran.

Audie mendekat ke arah Wulan yang terduduk lemas, jari telunjuknya menyentuh dagu Wulan yang membuat Wulan mau tak mau harus mendongak.

"Ini belum seberapa, kita lihat aja. Kalo lo berani ngelukain orang orang yang gue sayang. Gue bakal bikin lo sengsara, lebih dari ini!" ucap Audie tenang namun mampu membuat Wulan mengangguk takut.

Tika dan Vita yang melihat kejadian itu masing mematung, melihat peluru mengenai pundak Wulan benar benar membuat mereka berdiri kaku.

"Bawa dia kerumah sakit," ucap Audie ke Vita dan Tika. Keduanya mengangguk patuh dan mengangkat tubuh Wulan.

"Ngrepotin banget tuh orang, gue tebas nyaho lo!" seru Audie sambil melangkahkan kaki keparkiran sekolah.

*

"Gimana dek?"

Audie mengangkat jempolnya sebagai jawaban, Andre tersenyum lebar dan mengangkat kedua jempolnya.

"Lo yang terbaik!"

"Btw, tadi Ayah sama Bunda kesini," ucap Andre.

"Ngapain?"

"Mau beli soto dikantin. Ya jenguk gue lah jubaedah, gimana sih lo!"

"Terus mereka dimana?" tanya Audie.

"Udah pulang, ada telpon dari kantor." Audie nengangguk paham dan masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka.

"Wulan lo apain Au?" tanya Alice penasaran.

Audie mengusap wajahnya yang basah dengan tisu dan duduk di sofa lagi.

"Colek doang," jawab Audie.

"Lo colek pake apa? Pisau?" Audie menggeleng.

"Terus apa?" tanya Refan.

"Peluru," jawab Audie singkat. Gadis itu menyenderkan kepalanya di bahu Refan, tak lama kemudian ia tertidur.

*

"Biar gue aja yang nyetir, ntar kalo lo yang nyetir terus nabrak lagi kan ga keren," ucap Bayu sambil mengambil kunci mobil ditangan Andre.

"Udah gue bilang berapa kali sih, gue nabrak itu karena remnya blong," sungut Andre.

"Iya iya, biasa aja dong gausah pake urat."

"Ayo balik, kepala gue pusing kalo lama lama disini," ucap Andre dan menarik tangan Bayu menuju parkiran.

Meninggalkan Audie dan Refan yang masih tertidur di sofa kamar rawat Andre.

"Mereka gimana?"

"Udah ayo buruan!" ucap Andre tetap menarik tangan Bayu keluar kamar menuju parkiran rumah sakit.

Saat sampai di rumah sakit, Andre menyalakan ponselnya.

"Lo mau ngapain?" tanya Bayu.

"Nelfon Refan," jawab Andre.

"Kenapa ga lo bangunin aja tadi, geblek!" sungut Bayu kesal, tak faham dengan jalan fikiran Andre.

"Udah lo diem aja."

*

Drrtt
Drrtt

"Ck, siapa sih, ganggu aja." Refan membuka matanya, dan meraih ponsel di meja dekat sofa, panggilan dari Andre membuat dia melihat sekitar kamar rawat yg dipakai Andre tadi dalam kondisi sepi.

"Bangke, gue ditinggal," gumam Refan dan memencet tombol hijau.

"Ayo balik! Ngebo mulu lo!" seru Andre.

"Kampret lo, dosa sekebon lo udah ninggalin gue sama Audie berdua."

"Halah, berdosa berdosa, kalo seneng bilang aja dah. Buruan balik, gue udah dijalan ini mau pulang."

"Duluan aja, gue sama Audie mau ke markas," balas Refan.

"Oke, jagain adek gue. Pulang lecet, ginjal lo gue tumis."

"Iya, percaya aja sama gue."

"Udah pada balik?"

"Eh, udah bangun lo?" tanya Refan gaje.

"Lo pikir gue lagi ngelindur, gitu?"

"Ga gitu juga, yaudah ayo ke markas," ajak Refan.

Audie mengangguk sebagai jawaban, keduanya berjalan santai menuju parkiran. Tak sedikit pasang mata yang menatap mereka, mulai dari tatapan kagum, iri, benci, suka, dan macam macam lainnya.

Saat sampai di markas, keadaan markas RG seperti biasa, puluhan anggota berdiri tegak disetiap sisi untuk menjaga markas utama ini tetap aman.

"Bang satya mana?" tanya Audie ke Aura yang sedang memasak di dapur markas.

"Ada diruangannya ketua," jawab Aura sopan.

Audie mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju ruangan Satya, sedangkan Refan pergi ke ruang latihan.

"Ahhhh."

Audie menghentikan langkahnya saat mendengar suara dari ruangan Satya.

"Anjim, sakit banget bangke!"

Penasaran setengah mati, Audie perlahan masuk ke ruangan Satya.
Saat masuk Audie melihat Satya duduk sambil menunduk menatap ke bagian bawah tubuhnya.


Kaki.



"Lo kenapa bang?"

Satya menoleh ke arah Audie, wajah laki laki itu terlihat seperti menahan rasa sakit di kakinya.

"Kaki gue kena bara api, dek. Gila, rasanya anjim banget," ucap Satya terus mengipas ngipasi telapak kaki kirinya.

"Kok bisa kena?" tanya Audie penasaran.

"GA sengaja gue injek," ucap Satya menahan sakit.

"Yaelah, lo kena peluru aja masi bisa joget, masa kena bara kaya gini udah mau nangis!" ejek Refan yang tiba tiba datang.

"Lo belum ngerasain sih, bacot mulu bisanya!" ketus Satya.

"Emang belum ngerasain sih, tapi seenggaknya gue bisa ngejek lo sekarang. Hehe!"

"Keluar lo dari ruangan gue! Bisa kebakaran gue kalo ada lo disini!" Refan menjulurkan lidahnya, bermaksud mengejek Andre. Saat Andre mengangkat sepatunya, Refan lari terbirit birit menuju ruang latihan lagi.

"Percuma lo kipasin gitu, obatin sana! Nanti malem kemansion gue ya?"

Satya menatap Audie bingung. "Mau ngapain?"

"Ga ada, ngumpul doang."

"Oke deh, ntar jam 8 gue ke mansion lo." Audie mengangguk.

"Jangan lupa bawa jajanan yang banyak ya bang, gue pulang dulu. Byeee!"

Audie keluar dari ruangan Satya, meninggalkan Satya yang terbengong dengan wajah bingungnya.

"Yeh sukijem, gue kira nyuruh gue ke mansionnya mau diajak makan. Taunya malah gue yang disuruh bawa makanan. Sabar sabar....."












Tbc

Maaf telat, sibuk nugas hehe.

Maaf gaje, maaf juga part ini cm dikit, makasih juga buat 100k nya, buat siders, gpp aku maklumin, makasih buat yg masih setia nunggu crt ini up.

Audie is the QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang