Chapter 37

6.6K 462 45
                                        

Maaf ya sempet PHP, 2 minggu ini lagi ujian. Jadi gabuka wp, hihi.

Happy Reading.

_________________________

Plakk!!

"Bangun sat!"

Diruangan bekas gudang, terdapat 2 perempuan. Salah satunya terikat dikursi, dia tertunduk dengan keaadan pingsan. Sedangkan perempuan yang satunya, berdiri sambil menghisap rokoknya. Dia tertawa keras sambil menggelengkan kepalanya.

"Ternyata nyulik lo, ga sesusah yang gue kira."

Dia terus tertawa. Diruangan itu, hanya ada 2 orang.

Sedangkan di luar ruangan, ada beberapa pria berjaket merah muda yang ditugaskan untuk mengawasi sekitar.

"Apa yang istimewa dari lo? Cantik? Cantikan gue. Seksi? Jelas lebih seksi gue, apa yang bisa bikin dia tertarik sama lo?"

Perempuan itu, berjalan mengelilingi perempuan yang diikat di kursi. Kemudian, dia menatap cermin yang berada tak jauh darinya.

Tepat saat dia di depan cermin, dia melepas seragam sekolahnya. Entah dia gila atau apa, dia membuang seragam itu.

Menyisakan tubuh atasnya yang hanya tertutupi bra.
Perempuan itu membuang putung rokoknya. Dan mengamati dirinya sendiri dari atas sampai ujung kaki.

"Bisa bisanya lo milih dia, padahal udah jelas. Gue lebih sempurna."

Perempuan itu menggeleng tak percaya, dia tertawa. Tawanya memenuhi ruangan itu, namun tiba tiba kakinya menendang cermin didepannya. Membuat suara keras dan membangunkan perempuan yang terikat di kursi ruangan itu.

"Ely?"

*

"Kok kaya ada yang kurang?"

Andre mengamati teman temannya, dan menyadari jika adik sekaligus kembaran terlaknatnya tidak berada disini.

"Cewek gue mana?" tanya Refan.

Andre menggeleng tak tahu.

"Ely sama Alice juga? Mereka kemana?"

Sisi mengambil ponselnya, dan mencoba menelfon Audie. Saat dia menelfon nomor Audie. Dia baru ingat, jika ponsel Audie dibawa Sisi sendiri.

"Coba telfon Ely atau Alice, siapa tau mereka barengan."

Sisi mengangguk, namun Zilla dengan cepat mengatakan jika dia membawa ponsel Ely. Sedangkan saat Sisi mencoba menelfon nomor Alice, panggilan itu tidak diangkat sama sekali.

"Gue khawatir adek gue kenapa napa."

"Audie tadi pakai jam tangan warna abu abu kan?" tanya Refan yang dibalas anggukan oleh Andre dan Zilla.

"Tablet gue mana?" tanya Refan kepada Andre.

Andre sempat linglung sebentar, dan setelahnya berlari menuju mobil untuk mengambil tablet milik Refan yang selalu dia bawa.

10 menit sibuk dengan tabletnya, akhirnya Refan menemukan lokasi dimana Audie berada.

"Tempat bekas gudang, 20 menit dari sini," ucapnya sambil terus mengotak atik tabletnya.

"Kok lo ta-"

"Nanya nya nanti aja, kita kesana dulu."

**

"Ely?"

Perempuan itu membalikkan badannya, melihat musuhnya sudah sadar membuat senyumnya mengembang.
Namun setelahnya, dia memasang wajah marah.

"Lo barusan manggil gue siapa? Ely?"

Dia tertawa keras, lalu mendekati perempuan yang duduk di kursi itu.

"Mata lo katarak? Bisa bisanya, lo nyebut gue, Wulan yang cantik ini pake nama temen lo yang burik itu? HAHAHAHA!"






"Anjrot, gue dikatain burik sama dia!" protes seseorang yang sedang bersembunyi dibalik lemari kayu. Siapa lagi jika bukan Ely.

"Ssstt! Marahnya nanti dulu! Selametin dulu itu Audie!" tegur Alice.

"Kita ga mungkin ngelawan dia pake tangan kosong gini, telfon Refan!"

"Iya."

*

"Hape lo bunyi Pan."

Refan melirik ponselnya yang menyala, panggilan dari nomor tak dikenal menganggunya.

"Angkat ndre!"

Andre melirik Refan.

"Itukan hp lo, angkat aja sendiri!" tolaknya bercanda.

"Pangkat lo mau gue turunin?"

"Oke maap."

*

"Pantes aja lo selalu dilindungin sama temen temen lo, ternyata segampang ini nyulik seorang Audie?"

Audie tersenyum miring, se senang itukah Wulan? Memalukan.

"Lo pikir, gue bener bener kalah?"

"Lo bakal kalah setelah peluru ini mecahin kepala lo, Audie."


















Tbc

Mwehehehehe

Audie is the QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang